Oleh: M. Khusnul Khuluq*
Pada kesempatan kali ini kita akan sedikit membicarakan tentang Giordano Bruno (1584-1600). Seorang filsuf Italia. Mengapa penting? Bruno adalah salah satu pendobrak modernitas. Seorang filsuf yang memartirkan dirinya untuk kebebasan dalam berfilsafat, ilmu pengetahuan, dan secara umum juga modernitas. Dia adalah pendobrak gerbang Modernisme.
Bruno adalah anak dari seorang ayah bernama Gioan. Dia dikirim ke biara oleh Ayahnya. Sejak kecil sudah tampak kecemerlangan pikirannya. Bruno sering berdebat dengan rekannya. Dalam pergumulannya dengan pemikiran Aristoteles, Dia menemukan banyak inkonsistensi.
Sebagai seoranag Kristen, Giordano Bruno tidak segan-segan mempertanyakan doktrin trinitas itu sendiri. Sebagai seorang yang kritis, kehidupan biara tentu tidaklah cocok untuknya. Itulah mengapa dia kemudian melarikan diri.
Dalam sebuah riwayat, dia pindah ke Swiss, kemudian Prancis. Dan di Perancis, dia diangkat sebagai salah satu pembaca kerajaan (lecteurs royaux). Posisi yang hanya diduduki oleh otak-otak cemerlang. Dia juga sempat tinggal di Inggris dan Jerman. Kemudian, ia kembali ke Italia. Di situlah dia mengakhiri ajalnya oleh inquisisi gereja katolik. Pengalamannya di berbagai negara menghasilkan banyak karya seperti The Shadow of Ideas, The Art of Memory, Incantations of Circe dan banyak lainnya.
Pikiran Giordano Bruno
Pikiran Bruno yang terkenal adalah mengenai alam semesta yang tidak terbatas (unimited univers). Menurutnya, alam semesta tidak terbatas. Ini merupakan kelanjutan atas pikiran Copernicus. Dimana Copernicus juga salah satu pendobrak modenitas.
Namun, Copernicus masih mendasarkan pikirannya pada alam semesta terbatas. Dimana matahari hanya dikelilingi beberapa planet. Itulah alam semesta ala Copernicus. Namun, Bruno jauh lebih radika dari itu. Alam semesta menurutya tidaklah terbatas dan penuh misteri.
Karena alam semesta tidak terbatas, maka apa yang kita pikirkan tentang alam semesta hanyalah model. Artinya, gambaran kita tentang alam semesta hanyalah model alam semesta yang kita ciptakan berdasarkan pengetahuan kita tentang alam semesta. Artinya, kita tidak pernah mengetahui bentuk alam semesta sesungguhnya karena keluasannya yang tidak terbatas.
Kemudian, tentang atom. Semua benda yang ada di alam semesta terdiri atas susunan atom yang identik. Adapun Tuhan, bersemayam dalam tiap atom-atom ini. Ide yang dikembangkan Bruno tentang atom ini adalah kesetaraan substansi. Ide ini yang berseberangan dengan gereja. Dimana gereja tentu memisahkan Tuhan dari material.
Seorang Martir Sejati
Karena berbeda pandangan dengan gereja, di dituduh sebagai penyebar bid’ah. Atas tuduhan itu dia dihukum penjara beberapa tahun dan kemudian di eksekusi mati dengan dibakar hidup-hidup.
Eksekusi atas Bruno tersebut terjadi pada hari Rabu Abu, 17 Februari 1600. Rabu Abu adalah hari perayaan dimana umat katolik mengingat akan kefanaan. Bahwa manusia pada saatnya akan menjadi abu. Karena itu hendaknya bertaubat sebelum hari itu datang. Sedangkan tahun 1660 adalah tahun yubelium bagi katolik. Kemungkinan, dia sengaja dibiarkan mendekam dalam penjara beberapa tahun untuk dieksekusi pada hari tersebut.
Eksekusi itu yang membuat Bruno dikukuhkan sebagai seorang martir kebebasan, seorang martir filsafat dan juga imu pengetahuan. Dia adalah salah satu pendobrak modernitas. Seorang martir yang megorbankan dirinya untuk membuka pintu modernitas. Mengorbankan nyawanya demi kebebasan filsafat, dan tentu ilmu pengetahuan. Keberaniannya dalam memperjuangkan kebebasan pikiran mesti diacungi jempol. Baik itu dalam konteks filsafat, juga ilmu pengetahuan.
Bagi saya, Bruno sudah memperkirakan akan kematiannya itu jika kembali ke Italia. Namun dia tetap pada pilihan itu karena suatu alasan. Sebagaimana seorang jihadis yang siap mati karena suatu alasan. Itu di satu sisi.
Di sisi lain, dia ingin mengobrak-abrik hegemoni atas ilmu pengetahuan yang dilakukan gereja. Meskipun dia paham resiko yang dia hadapai. Memang, kecerdasan yang melampui batas kadang punya alasan yang sulit diterima oleh orang pada umumnya. Termasuk oleh para pembela Bruno sendiri.
Pelajaran dari Filsafat Bruno
Apa pelajaran yang bisa kita petik dari pikiran Bruno? Unlimited universe sebetulnya adalah pengakuan atas keterbatasan manusia itu sendiri. Secara semiotik, dia ingin menyampaikan bahwa intelektualisme gereja jelas tidak punya kemampuan untuk memahami alam secara utuh. Karena itu, jangan membatasi manusia untuk mencari tau.
Ini merupakan sindiran keras bagi gereja dari seorang Giordano Bruno. Karena ini mungkin dia dihukum. Adapaun tuduhan sebagai penyebar bid’ah hanyalah kedok untuk menghabisi seorang Bruno. Artinya, Gereja tidak siap untuk mengakui ketidaktahuannya. Karena akan berdampak pada runtuhnya hegemoni dan tentu otoritas gereja.
Tentang equality of material, Bruno hendak mengajarkan kesetaraan antara manusia dengan alam. Dan tentu antar manusia itu sendiri. Manusia bukan satu-satunya entitas yang agung. Namun sederajat dengan entitas lain. Lalu dimana Tuhan? Tuhan menjelma dalam setiap atom penyusun material itu. Artinya tuhan inheren dalam alam dan juga dalam manusia. Segala yang ada adalah jelmaan dari tuhan.
Karena itu, wajar jika manusia tidak memiliki pengetahuan tentang alam semesta kecuali sedikit. Keluasan alam semesta paralel dengan keluasan Tuhan. Ini bisa dirumuskan dalam sebuah diktum. Bahwa Tuhan itu maha luas dan meliputi segala sesuatu. Dan manusia tidak punya pengetahuan kecuali sedikit.
Akhir dari semua itu, mesti diakui bahwa seorang Bruno adalah seorang jihadis ilmu pengetahuan. Yang berani mensyahidkan dirinya untuk kepentingan jangka panjang umat manusia. Dia dikenang sepanjang masa. Para pemikir Eropa pasca Bruno angkat topi untuknya. Sambil mengenang keberanian seorang martir sejati.
*) Human Right Defender, Kader Muda Muhammadiyah.
Editor: Nabhan