Perspektif

Guru, Selalu Salah!

4 Mins read

Salah dan Selalu Salah

Beberapa waktu terakhir, dunia pendidikan dirundung berbagai masalah. Dari masalah antar siswa, hingga melibatkan guru. Namun, pendidikan tetaplah menjadi tumpuan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai guru memang tak mudah, seperti gaji yang tak seberapa dengan amanah yang amat sangat menentukan bagi generasi penerus bangsa.

Guru adalah sosok yang menjadi pahlawan tanpa tanda jasa, meski bakti dan jasanya akan selalu terasa pada siswa hingga akhir masa. Tapi, rasa segan dan hormat kepada guru semakin lama semakin berkurang.

Guru yang dituntut bukan hanya memberikan pengetahuan tapi juga mendidik, seakan tak lagi dihormati. Tak jarang kita dipertontonkan sikap siswa yang berani melawan gurunya. Sebagai guru, dia pasti akan merasa dilema. Kadang guru meladeni anak didiknya dengan tak kuasa menahan emosi, kadang juga siswa yang memang sengaja memancing emosi guru.

Di satu sisi, guru hanyalah manusia biasa yang kadang bisa salah. Namun, guru juga bukan malaikat yang selalu benar. Bukan hanya di mata siswa, kadang di mata wali murid pun, guru selalu salah.

Tak jarang wali siswa meluapkan emosinya secara langsung ataupun melalui media sosial. Terlebih jika ada kekhilafan pada guru dalam menghadapi siswanya. Karakteristik anak didik memang berbagai jenis, dan guru dituntut untuk memahami itu dari setiap muridnya.

Guru yang dulu beda dengan sekarang. Guru yang memukul siswa dulu, akan menghasilkan siswa yang disiplin. Namun sekarang, guru yang memukul siswa akan menghasilkan delik. Memang, mendidik tidak harus memukul, namun seperti yang saya uraikan di atas tadi, guru adalah manusia biasa.

Guru Tak Lagi Digugu, Apalagi Ditiru

Guru seakan tak lagi dipercaya (digugu). Banyak hal yang disampaikan guru yang tak diikuti muridnya. Meski tak seluruhnya, terkadang ada saja murid yang berani melawan perintah guru. Padahal, menjadi guru tidaklah mudah.

Baca Juga  Salam Domestik dalam Pandangan Agama Islam

Ia mengorbankan waktunya untuk mendidik murid secara intelektual, etika, integritas, dan juga karakter. Tapi, siswa sekarang tak suka dikekang. Siswa sekarang (seakan) makin lebih berani kepada guru, pun pula wali murid sekarang yang kebanyakan melek media. Sehingga,  ketika tidak terima dengan hal-hal yang sekiranya masih bisa diatasi melalui jalur kekeluargaan, sekarang lebih sering ditempuh jalur meja hijau.

Guru sejatinya mempunyai dan diikat oleh kode etik. Namun kejadian yang diluar dugaan atau bahkan tidak disengaja yang mengakibatkan kerugian bagi siswa, adalah seakan sepenuhnya menjadi salah guru.

Guru tidak akan memukul siswa jika tidak ada sesuatu yang berlebihan dari siswa, memang siswa butuh bimbingan. Namun, membimbing siswa tak semudah membalikan telapak tangan. Kadang juga bisa berbuah ringan tangan.

Jika mengingat zaman dulu, ketika siswa dipukul guru di sekolah, ketika pulang dan mengadu kepada orangtua, malah ditambahi pukulan. Sekarang tidak, siswa pulang mengadu maka delik pun menunggu. Ketika bertemu guru, siswa pun mengucapkan salam, cium tangan dan merunduk sebagai tanda hormat bakti mereka. Tapi kini hampir sudah jarang kita temui, guru seakan tak lagi digugu apalagi ditiru.

Guru, Manusia Biasa yang Luar Biasa

Guru hanyalah manusia biasa. Namun berkat merekalah, kita tahu dan kita bisa menghadapi kerasnya dunia. Gaji yang tak seberapa, tak menyurutkan semangatnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sering kita melihat perjuangan dan dedikasi seorang guru di berbagai daerah. Mereka rela mempertaruhkan nyawa demi masa depan siswanya. “Guru bukan dewa yang selalu benar, dan murid bukanlah kerbau,” begitulah sepotong kutipan quote dari Soe Hok Gie.

Tapi sekarang, guru lah yang selalu salah atas apa yang terjadi di sekolah. Padahal, berkat jasa guru lah para tokoh bangsa dan beberapa orang cerdas ada.

Baca Juga  Muhammadiyah Sebagai Renewable Energy Of Indonesia

Sejatinya, guru adalah sosok yang luar biasa setelah kedua orangtua kita. Mereka orangtua kedua kita yang seharusnya kita patuhi nasehatnya, kita teladani kebaikannya. Setiap siswa mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu pula guru.

Namun, biar bagaimana pun juga, dari guru lah kita bisa membaca, menulis, dan berhitung. Terlepas dari kehidupan pribadinya, guru tetaplah orang yang seharusnya kita hormati dan patuhi.

Dia (guru) adalah manusia biasa yang luar biasa, menggoreskan ilmu yang akan menjadi bekal pada kehidupam kita. Pada guru lah pendidikan kita bergantung, karena gurulah kita mengerti sesuatu yang membuat kita menjadi manusia beruntung.

Menjadi Guru, Meniti Jalan Menuju Surga

Menjadi guru adalah pekerjaan mulia, meski upah hanya ratusan ribu rupiah, ia tak pernah lelah. Karena sejatinya, menjadi seorang guru adalah menggali amal jariyah.

Jika seorang anak manusia mati, maka terputuslah darinya semua amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim no. 1631).

Dari salah satu hadis inilah, guru mendedikasikan dirinya untuk pendidikan. Di mana, ilmu yang bermanfaat dari seorang guru yang diterima dan diamalkan siswa, merupakan tabungan seorang guru untuk bekal ketika ia meninggal kelak.

Guru yang kehadiran, peran, dan kesejahteraannya yang kadang terabaikan, kini malah sering menjadi sumber kesalahan. Kewajiban seorang guru dalam meluruskan perilaku yang buruk pada siswa dengan sedikit teguran atau sanksi, terkadang malah berbuah bui (penjara).

Sungguh ironi, di kala guru memperjuangkan pembangunan sumber daya manusia yang berilmu dan berakhlak, justru membuatnya menjadi berurusan dengan hukum. Guru adalah orang yang berjasa setelah kedua orangtua kita, guru juga jalan yang ditempuh sebagian orang untuk meraih ridhaNya.

Baca Juga  Teori Konspirasi: Kesempatan Emas Menuju Jahiliyah

Guru selalu memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilaku yang buruk. Oleh karena itu, guru mempunyai kedudukan tinggi dalam agam Islam. Dalam ajaran Islam, pendidik disamakan dengan ulama yang sangatlah dihargai kedudukannya. Firman Allah Swt:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadalah 11).

Sesungguhnya, tidak ada guru yang ingin menyakiti muridnya. Dan setiap murid sejatinya menyadari betapa besar jasa gurunya. Semoga, kita bisa menghargai guru-guru kita, karena berkat merekalah kita menjadi manusia yang tahu dan mengerti banyak hal.

Semoga kita juga bisa menjadi guru yang mampu mendidik siswa dengan cinta, karena siswa adalah anak kita yang masa depannya ada di tangan kita. Semoga tidak ada lagi guru yang masuk bui karena menghadapi muridnya. Semoga tidak ada lagi murid yang terjerat hukum karena melawan gurunya.

Karena sesungguhnya hubungan guru dan murid merupakan simbiosis mutualisme yang saling membutuhkan satu sama lain, semoga juga suatu saat nanti kesejahteraan guru diperhatikan. Sehingga guru baik swasta maupun negeri mendapatkan gaji yang sesuai dengan perannya yang amat sangat besar, mencerdaskan kehidupan bangsa.

Editor: Yahya FR
Hendra Hari Wahyudi
97 posts

About author
Anggota Majelis Pustaka, Informatika dan Digitalisasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur periode 2022-2027
Articles
Related posts
Perspektif

Sama-sama Memakai Rukyat, Mengapa Awal Syawal 1445 H di Belahan Dunia Berbeda?

4 Mins read
Penentuan awal Syawal 1445 H di belahan dunia menjadi diskusi menarik di berbagai media. Di Indonesia, berkembang beragam metode untuk mengawali dan…
Perspektif

Cara Menahan Marah dalam Islam

8 Mins read
Marah dalam Al-Qur’an Marah dalam Al-Qur’an disebutkan dalam beberapa ayat, di antaranya adalah QS. Al-Imran ayat 134: ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ…
Perspektif

Mengapa Narasi Anti Syiah Masih Ada di Indonesia?

5 Mins read
Akhir-akhir ini kata Syiah tidak hanya menjadi stigma, melainkan menjadi imajinasi tindakan untuk membenci dan melakukan persekusi. Di sini, Syiah seolah-olah memiliki keterhubungan yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *