Tajdida

Misi Internasionalisasi Muhammadiyah: Rahmatan lil ‘Alamin

3 Mins read

Internasionalisasi Muhammadiyah Memasuki abad ke 2 di usia yang menjelang 109 tahun, kehadiran Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan yang berbasis pada gerakan sosial keagamaan patut di apresiasi di satu sisi.

Di sisi lain, tantangan Muhammadiyah sebagai gerakan Civil Society seakan semakin banyak dengan banyaknya tantangan dan jalan terjal yang tentu akan dilalui ke depannya.

Sungguh, menjadi sebuah hal yang kiranya perlu kita syukuri bersama bahwa kehadiran Muhammadiyah dengan spirit gerakan Amar Ma’ruf-Nahi Munkar yang bersifat moderat mampu membuat Muhammadiyah selalu dinamis dan konsisten untuk menebar kebermanfaatan melintasi batas zaman sejauh ini.

Akan tetapi, dengan landasan gerak yang membuat Muhammadiyah dapat dinamis melintasi zaman, seakan membuat misi persyarikatan ini untuk terus menebar manfaat semakin banyak dan tidak ada habisnya.

Muhammadiyah ibarat sebuah pondasi peradaban. Yang mana, jika boleh dibilang, organisasi ini adalah salah satu pondasi bagi sebuah peradaban besar, yakni peradaban bangsa Indonesia.

***

Dengan konsep Darul Ahdi Wa Syahadah, Muhammadiyah turut menopang bangsa ini sejak awal kelahirannya hingga saat ini ketika berbagai macam badai menghampiri bangsa ini (Nashir , 2014).

Namun, bukan berarti hadir sebagai pondasi peradaban bangsa ini maka perjuangan Muhammadiyah untuk bangsa ini berhenti atau lepas begitu saja.

Makin tua makin menjadi, dalam derap langkahnya di abad kedua, gerakan persyarikatan ini tidaklah menjadi stagnan atau bahkan mengalami kemunduran.

Justru dengan makin banyaknya pengalaman dan kekuatan, pos-pos untuk menebar kebermanfaatan bagi bangsa ini semakin menjamur masif dengan makin banyaknya amal usaha baik di bidang sosial, pendidikan, maupun kesehatan di seluruh Indonesia.

Hal ini adalah salah satu bukti konkrit bahwa bukan berarti hadir sejak kelahiran bangsa ini lantas perjuangan Muhammadiyah untuk senantiasa membesarkan bangsa ini berhenti begitu saja.

Baca Juga  Jangan Pisahkan Islam dari Cinta dan Peradaban!

Permasalahan yang Makin Kompleks

Muhammadiyah di usia yang lebih dari seratus tahun bersamaan dengan eksistensinya di era globalisasi membuat dihadapkannya Muhammadiyah dengan berbagai permasalahan yang semakin rumit ke depan adalah sebuah keniscayaan.

Maka dari itu, bersandar pada prinsip berkemajuan yang dimilikinya, Muhammadiyah dalam hal ini dituntut untuk mampu menjawab tantangan-tantangan tersebut dengan cara mampu bergerak baik di dalam maupun di luar.

Mampu bergerak di dalam untuk senantiasa merawat perjuangan bangsa, sembari meluaskan sayap-sayap kebermanfaatannya di luar dalam rangka membawa misi Islam rahmatan lil’ alamin.

***

Tentu, langkah besar tersebut memerlukan strategi yang matang dalam dinamikanya. Maka dari itu,  sesuai dengan amanat Muktamar ke-47 di Makassar tahun 2015, Muhammadiyah mencanangkan langkah internasionalisasi sebagai salah satu fokus upaya strategi Muhammadiyah ke depan.

Selain menjadi perwujudan dari misi rahmatan lil alamin, langkah internasionalisasi Muhammadiyah tidak lepas dari kehadirannya di era globalisasi saat ini yang mana mau tidak mau, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan dituntut mampu untuk hidup berdampingan dengan era ini.

Di mana, segala akses kehidupan begitu mudah dijangkau dengan berkembang pesatnya teknologi. Di sisi lain, di balik segala kemudahan yang ada, terdapat berbagai macam permasalahan yang menumpuk di depan mata, terlebih lagi dalam skala lintas batas negara.

Maka dari itu, melalui kebermanfaatannya, Muhammadiyah seolah menjadi harapan besar tak hanya bagi masyarakat Indonesia, namun juga masyarakat dunia untuk dapat menjawab persoalan tersebut.

Kehadiran PCIM: Ikhtiar Internasionalisasi Muhammadiyah

Tentu memerlukan upaya yang tidak mudah dan waktu yang tidak sebentar untuk mewujudkan hal tersebut. Namun setidaknya, langkah-langkah yang dilakukan Muhammadiyah untuk mencapai hal tersebut kiranya telah dilakukan melalui pendekatan-pendekatan ideal. Di mulai dengan didirikannya PCIM atau Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah yang telah tersebar di di puluhan negara di berbagai belahan dunia.

Baca Juga  KH Mas Mansur (8): Sikap Muhammadiyah Terhadap Lima Golongan

Kehadiran PCIM ini tidak dapat dianggap remeh. Dengan hadirnya Pimpinan Cabang Istimewa ini, kader-kader Muhammadiyah yang berada di luar negeri memiliki wadah berdakwah untuk menebar kebermanfaatan antar sesama. Tidak hanya terhadap sesama WNI yang berada di luar negeri, namun juga kepada masyarakat sekitar yang ada disana.

Contohnya seperti yang dilakukan oleh PCIM Taiwan, berbasis puluhan-ratusan anggota maupun partisipan, PCIM ini memiliki klinik pemeriksaan temporer bagi seluruh masyarakat baik masyarakat Taiwan maupun WNI yang ada disana.

Selain itu, PCIM ini juga memiliki sekolah kejar paket yang diperuntukkan bagi tenaga kerja Indonesia untuk mendapatkan sertifikasi dan keahlian sebagai prasyarat kerja.

***

Di samping itu, kehadiran PCIM menjadi gerbang awal bagi Muhammadiyah untuk melebarkan sayap dakwahnya lebih luas lagi.

Hal ini dapat kita amati dengan diterbitkannya izin pendirian kampus Muhammadiyah pertama di luar negeri, yakni Universiti Antarbangsa Muhammadiyah Malaysia (UMAM) yang tentu upaya ini tidak lepas dari peran diplomatis Pimpinan Cabang Istimewa setempat.

Dan yang terakhir, Muhammadiyah lewat salah satu ujung tombak Trisulanya yakni Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) menjadi agen kemanusiaan sekaligus penengah bagi konflik-konflik yang terjadi di berbagai negara seperti di konflik Israel – Palestine di Timur Tengah, maupun diskriminasi terhadap etnis Rohingya di Myanmar (Latief & Nashir, 2020).

Maka dari itu, dengan upaya ini, Muhammadiyah kiranya menjadi salah satu organisasi keagamaan yang patut diperhitungkan eksistensinya di kancah internasional.

Misi Rahmatan lil ‘Alamin

Upaya yang dilakukan Muhammadiyah dalam langkah internasionalisasinya bukan semata-mata untuk memperbesar eksistensinya di kancah dunia. Akan tetapi upaya tersebut dilakukan dalam rangka mewujudkan misi Islam sebagai rahmat bagi alam semesta.

Baca Juga  Tiga Tawaran Moderasi Keindonesiaan dari Muhammadiyah

Artinya dalam konteks ini, kebermanfaatan yang ditebar oleh Islam tidak berhenti pada batas teritori suatu negara saja, akan tetapi dunia secara keseluruhan. Dan seiring berjalannya pula, Muhammadiyah dengan geraknya yang bersifat dinamis diharapkan mampu untuk mengimbangi pola kehidupan yang selalu berubah seiring berjalannya waktu selaras dengan teologi Al-Ashr. Sehingga nantinya, Muhammadiyah sebagai representasi Islam dapat menjadi poros kebermanfaatan bagi dunia.

“Demi masa (1) Sungguh, manusia berada dalam kerugian (2) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kesabaran (3)” (QS Al-Ashr 1-3).

Editor: Yahya FR

Avatar
3 posts

About author
Alumni Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta, Kader IMM Fisipol UMY.
Articles
Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *