Tarikh

Jamaluddin Al-Afghani (8): Dari Paris Menyuarakan Pan-Islamisme Lewat Majalah Al-Urwatul Wutsqa

4 Mins read

Oleh: Djarnawi Hadikusuma

Pada tanggal 23 September 1883 Jamaluddin Al-Afghani berangkat ke London. Kepada Muhammad Abduh yang sedang menjalani pengasingannya ke Beirut dikirimnya sepucuk surat memberitahukan keberangkatannya itu. Tetapi, di negeri Inggris itu tidak betah tinggal lama. Hatinya terlalu pedih menyaksikan kemakmuran penghidupan bangsa penjajah yang telah mengadu domba negara-negara Islam itu. Ia pun meminta izin pindah ke Prancis dan dipilihnya kota Paris, di mana demokrasi dan hak azasi lebih mendapat perlindungan. Dari sanalah perjuangannya akan diteruskan dalam bentuk lain.

Di Paris itulah, dia bermaksud menerbitkan majalah untuk menyebarluaskan cita-citanya. Dengan majalah itulah, dia hendak mengumandangkan suaranya ke seluruh benua Islam. Untuk itu, diperlukannya pembantu dan teringatlah kepada Muhammad Abduh. Dikirimkannya surat kepadanya meminta datang ke Paris.

Di Paris Menerbitkan Al-Urwatul Wutsqa

Kebetulan, Abduh sudah memperoleh keringanan hingga diizinkan pergi ke Paris. Maka, kedua manusia itu pun menerbitkan majalah dengan nama Al-Urwatul Wutsqa yang artinya ”Tali yang Kokoh.” Abduh sangat bergembira karena selain dapat mendampingi gurunya lagi, memperoleh pula kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya dalam karang-mengarang.

Dahulu, semasa pemerintahan Khadewi Taufik, pernah dia memimpin surat kabar resmi Al-Waqai’ul Mishriyyah yang dipelopori oleh Muhammad Ali Pasya, di mana ia menyebarluaskan pikiran-pikiran baru bersumber ajaran Islam yang murni. Sekarang, ia akan berjuang lagi melalui majalah yang diterbitkan serta dipimpin oleh gurunya sendiri, di negeri yang bebas. Maka, akan bebas pulalah ia mengumandangkan suaranya tanpa kuatir akan adanya tekanan dan ancaman. Dan dibantu oleh seorang ahli bahasa Barat yang bernama Mirza Muhammad Baqir. Setelah segala persiapan selesai, maka terbitlah nomor pertama pada tanggal 5 Jumadil Awwal 1301 bertepatan dengan tanggal 12 Maret 1884, sebagai majalah mingguan.

Baca Juga  Perayaan Kelahiran Al-Masih: Teladani Moralnya, Jangan Hanya Hura-hura!

Nama Al-Urwatul Wutsqa diambil dari firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 256 yang berbunyi: ”Fa man yakfur bit thaghuti wa yu’min billahi fa qad-istamsaka bil ’urwatil-wutsqa lan-fishama laha” (maka siapa yang menolak berhala dan beriman kepada Allah semata, maka dia telah berpegang kepada tali yang kokoh, tidak akan tergelincir), dan Surat Luqman ayat 22: ”Fa man yuslim wajhahu ilallahi wa huwa muhsinun fa qad-istamsaka bil ’urwatil-wutsqa” (Maka siapa yang mengarahkan wajahnya hanya kepada Allah semata dan berbuat kebaikan, maka dia telah berpegang kepada tali yang kokoh).

Menyuarakan Pan-Islamisme

Dengan demikian, jelaslah bahwa maksud Jamaluddin Al-Afghani menerbitkan majalah adalah untuk memberikan penggerak dan bimbingan kepada seluruh umat Islam agar mereka dengan memahami dan melaksanakan ajaran Islam, mampu bersatu dan memperbaiki nasibnya dan selanjutnya memegang peranan di dalam memakmurkan dunia jasmaniah serta rohaniah, sehingga memberikan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Dan yang terpenting harus dicapai lebih dahulu ialah bagaimana umat Islam dapat bersatu dan menjadi kuat.

Dan keseluruhan isi daripada majalahnya memang menjurus ke sana. Artikel yang panas, menarik dan sedap dibaca, mengandung segi-segi ilmiah, iman, dan amal serta arah perjuangan yang harus dilaksanakan oleh umat Islam yang sedang berada dalam kepungan imperalis Barat. Berisi pula anjuran untuk membina kesatuan umat Islam di seluruh dunia dalam ideologi, tujuan, dan program.

Dikobarkannya semangat nasionalis dalam masing-masing negara Islam agar menjadi kuat melawan arus penjajahan asing, nasionalisme yang dipimpin oleh ajaran Islam. Kemudian keharusan seluruh negara-negara Islam atau seluruh umat Islam sedunia dipersatukan dan inilah yang dinamakan Pan-Islamisme yang terkenal. Majalah itu juga mengungkapkan tabir-tabir yang menyelimuti siasat Inggris di seluruh Asia, bagaimana ia mengadu domba negara-negara Asia untuk kemudian menguasai seluruhnya.

Baca Juga  Al-Harits bin Kaldah: Dokter Non-Muslim di Masa Rasulullah

Dengan isi dan dan arah semacam itu dan dikemudikan oleh dua orang yang sejalan pikirannya dan ahli dalam bidangnya, maka Al-Urwatul Wutsqa lekas tersiar dan dibaca orang dengan penuh perhatian. Selain di Paris sendiri, majalah itu tersiar di Mesir, Iran, Afghanistan, Turki, dan India. Bahkan juga dibaca orang di London dan Eropa.

Abduh Bertemu Blunt di London

Pemerintah Inggris selalu waspada dan mengikuti isi serta perkembangan majalah itu dengan pengaruhnya terhadap rakyat jajahannya, terutama di negara-negara Islam. Ternyata, pengaruh itu amat besar, semangat menentang kedzaliman penguasa dan imperialisme Inggris bertambah meluas. Maka, dirasainya bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh beredarnya majalah Jamaluddin Al-Afghani itu.

Pada bulan Agustus 1884, Muhammad Abduh mewakili majalahnya memenuhi undangan pemerintah Inggris ke London untuk dipertemukan dengan para pemimpin, pengarang, dan wartawan, sudah tentu dengan maksud untuk memperlunak pendirian Abduh. Di kota itu, ia diterima oleh kenalan Wilfred Scawen Blunt, seorang pengarang terkenal yang kemudian hari menulis buku tentang rahasia pendudukan Inggris di Mesir dengan judul The Secret History of the British Occupation of Egypt.

Dengan sangat hati-hati, Blunt menjelaskan kepada Abduh tentang sikap dan politik dan kenegaraan serta beberapa anggota parlemen, antara lain pemimpin partai, Lord Rundolp Churchil, ayah dari Winston Churchil. Segala bujukan dan penerimaan yang sangat baik selama di London itu tidak mengubah pendiriannya. Ia pulang kembali ke Paris untuk meneruskan perjuangannya dengan hati yang lebih mantap.

Tetap, rupanya pemerintah Inggris telah tetap niatnya untuk menghentikan beredarnya majalah yang sangat ditakutinya itu. Setelah usahanya untuk melunakkan hati Abduh tidak berhasil, maka dilarangnya majalah itu memasuki Mesir dan India. Khadewi Taufik yang telah sangat dipengaruhi Inggris itu melarang rakyatnya membaca Al-Urwatul Wutsqa dan mengancam akan menghukum siapa saja yang kedapatan membaca dan memilikinya.

Baca Juga  Jamaluddin Al-Afghani (10): Dari Inggris Menyerukan Perlawanan Lewat Majalah Dliyaul Khafiqain

Pelarangan Al-Urwatul Wutsqa

Akhirnya, dipengaruhinya pula Sultan Turki untuk melarang masuknya majalah itu ke seluruh wilayahnya. Maka, pada bulan September 1884, Al-Urwatul Wutsqa kehilangan semua pasarannya dan terpaksa berhenti terbit. Majalah itu hanya terbit 18 nomor selama enam bulan, namun apa yang dikumandangkan telah membawa pengaruh kepada perkembangan pada zamannya dan pada generasi-generasi yang akan datang. Nama dan seruan majalah itu tetap hidup sepanjang masa.

Bukan main masygul-nya hati Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh majalahnya terhenti itu, dan jengkelnya kepada Inggris bukan buatan. Hatinya juga sedih melihat penguasa-penguasa Islam demikian mudah terpengaruh dan diotak-atik Inggris sedemikian rupa. Segala usaha menerbitkan kembali majalahnya gagal, maka Abduh berpikir lebih baik kembali ke Beirut, mungkin di sana ada yang dapat dikerjakan.

Di Beirut dia telah mempunyai banyak kenalan dan pemuda-pemuda yang mau mendengarkan ceramah serta kuliahnya. Di tempat pengasingannya itu, ia dapat mencetak dan mendidik kader-kader untuk membina masa depan Islam dan umatnya. Perjuangannya dalam bidang politik secara agitasi dan mengarah kekerasan yang telah dilakukannya bersama gurunya itu sekalipun tidak dapat dikatakan gagal sama sekali, namun telah memberikan kepadanya pengalaman yang amat pahit.

Sekalipun dia tidak menyesal, tetapi ia melihat bahwa di balik perjuangan itu masih terdapat kekurangan yang harus dilengkapi. Yaitu pembinaan kader dan pendidikan yang langsung kepada rakyat tentang pengertian dan kewajiban agama agar mereka mampu memahami dan mengikuti dengan konsekuen pada bimbingan para pemimpinnya. Dengan pemikiran itu, dia merasa sudah masanya melengkapi  kekurangan itu. (Bersambung)

Sumber: buku Aliran Pembaruan dalam Islam dari Jamaluddin Al-Afghani Sampai KHA Dahlan karya Djarnawi Hadikusuma. Pemuatan kembali di www.ibtimes.id lewat penyuntingan

Editor: Arif

Avatar
1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *