Janissary – Sejarah mencatat ada 3 kesultanan Islam yang terbesar dalam sejarah Islam. Dinasti Umayyah, Abbasiyyah, dan Utsmaniyyah atau biasa disebut Ottoman, merupakan kesultanan Islam terbesar terakhir dalam sejarah dunia Islam.
Kesultanan Ottoman memiliki wilayah kekuasaan yang luas. Tercatat bahwa kesultanan ini berhasil menduduki Eropa, Asia, dan Afrika. Keberhasilan serta kekuatan kesultanan ini tidak terlepas dari peran pasukannya yang kuat dan bermutu.
Sejarah mencatat, Ottoman memiliki sebuah pasukan elite yang banyak mewarnai keberhasilannya dalam memperluas wilayah kekuasaan. Pasukan tersebut dikenal dengan nama Janissary. Penasaran dengan pasukan elite terebut ? mari simak ulasan berikut ini!
Sejarah Terbentuknya Pasukan Janissary
Pasukan Janissary diperkirakan terbentuk pada masa pemerintahan Sultan Orhan (1323-1362 M). pendiri pondasinya adalah Wazir Alaeddin. Lalu penyempurnaan pembentukan Jannisary dilakukan pada masa Sultan Murad I (1362-1389 M).
Pada masa kekuasaan Sultan Murad I, Wazir Çandarlı Kara Halil Hayreddin Pasha mengusulkan untuk membentuk sekelompok pasukan elite yang direkrut berdasarkan sistem devşirme, sebuah sistem yang mana merekrut anak-anak berlatar belakang Kristen dari Wilayah Balkan untuk dijadikan pasukan.
Nama Janissary diambil dari kalimat dalam bahasa Turki Utsmaniyah yakni Yeniçeri, adapun Yeni berarti baru dan Çeri berarti prajurit. Sehingga dengan demikian Janissary secara bahasa dapat diartikan sebagai “Pasukan Baru”.
Dilatih dengan Aturan dan Kedisipilinan yang Ketat
Pasukan Janissary dilatih dan dididik dengan aturan-aturan yang ketat dengan kedisiplinan militer yang sangat tinggi. Seorang Janissary dilarang menikah hingga berumur 40 tahun. Mereka juga harus mempraktikkan seluruh religiusitas dan meninggalkan segala kenikmatan duniawi.
Bahkan, selama hidupnya seorang Janissary harus tetap menjalani pelatihan dan disiplin militer yang sangat ketat. Mereka juga dituntut untuk terus mencoba dan bereksperimen dengan bentuk taktik – taktik baru di medan peperangan. Seorang Janissary juga harus berkomitmen kuat dalam menjaga dan melindungi sultan beserta tahtanya.
Persenjataan dan Perlengkapan Perang
Umumnya Janissary dipersenjatai dengan pedang pendek yang disebut dengan Yatağan, senjata yang menjadi simbol Janissary. Selain itu, Janissary dilengkapi dengan kapak, tombak, belati, tongkat, dan kılıç pedang dengan bilah yang melengkung.
Untuk senjata jarak jauh, Janissary dilengkapi dengan busur dan anak panah. Senapan juga menjadi senjata Janissary yang paling penting. Selain itu pasukan Janissary juga banyak menggunakan meriam tangan.
Janissary juga terkenal dengan seragam uniknya, Janissary mengenakan topi khusus yang disebut sebagai “börk”. Topi-topi ini juga memiliki tempat penahan di depan, yang disebut kaşıklık
Berperan dalam Penaklukan Konstantinopel 1453 M
Salah satu pencapaian kesultanan Ottoman yang terbesar dalam sejarah adalah keberhasilan dalam menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1435 M yang dipimpin langsung oleh Sultan Muhammad Al-Fatih (Sultan Mehmed II). Dalam pencapaian itu tercatat bahwa pasukan Janissary memiliki peran penting dalam kemenangan pasukan Ottoman.
Hal ini karena memang tujuan dibentuknya pasukan Janissary adalah untuk menjadi pasukan khusus dalam mewujudkan janji baginda Nabi Muhammad yaitu penaklukan Konstantinopel. Sejarah mencatat ada sekitar 5.000 hingga 10.000 pasukan Janissary dikerahkan dalam penaklukan tersebut.
Selain berperan dalam penaklukan Konstantinopel, Janissary juga berperan dalam ekspansi-ekspansi yang dilakukan Kesultanan Ottoman selama masa kekuasaannya. Salah satu contohnya adalah saat Kesultanan Ottoman melawan Kesultanan Mamluk, dimana kemenangan akhirnya berpihak pada Kesultanan Ottoman.
Selain itu juga, tercatat pasukan Janissary sangat berperan dalam pertempuran Ottoman dengan beberapa kerajaan Eropa, seperti Hungaria dan Austria. Janissary juga berperan aktif dalam berbagai pertempuran dan pengepungan seperti Pengepungan Vienna (1529), Perang Creta (1645–1669), Pertempuran Chaldiran (1514) dan beberapa perang lainnya.
Melakukan Kudeta Terhadap Sultan
Semakin lama pasukan Janissary memiliki kekuatan dan prestise yang semakin mendominasi. Akhirnya pada abad ke-17 Janissary mulai melakukan tindakan-tindakan yang mengarah kepada pemberontakan dan perlawanan terhadap otoritas sultan di kerajaan. Beberapa aturan-aturan yang sebelumnya mengekang Janissary mulai dihilangkan.
Banyak sultan yang mencoba melawan dan menghentikan mereka pun menjadi korban kudeta oleh Janissary, seperti Sultan Osman II, Sultan Ahmed III, dan Sultan Selim III. Namun pada akhirnya, Sultan Mahmud II mulai sadar akan penyalahgunaan kekuatan oleh Janissary dan memulai strategi untuk menghapuskan korps Janissary.
Sampai terjadinya peristiwa yang disebut dengan Vaka-i Hayriye pada 15 Juni 1826 M, dimana pemberontakan Janissary berhasil dipadamkan dan sekitar 6.000 Janissary berhasil dieksekusi mati. Sejak saat itu, pasukan kesultanan Janissary yang melegenda secara resmi dibubarkan dan hilang dalam tubuh kemiliteran Ottoman.
Itulah sejarah pasukan Janissary yang sangat berperan penting dalam mewarnai sejarah panjang Kesultanan Turki Utsmani. Sebagai pasukan elite Kesultanan Ottoman, mereka memiliki peran penting dalam kejayaan dan keberhasilan sebuah kesultanan, walaupun pada akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan pemberontakan hingga akhirnya dibubarkan.
Editor: Fakhri Ilham S