Tarikh

Langkah Cerdas Al-Fatih Taklukkan Konstantinopel

4 Mins read

Penaklukan Konstantinopel yang menjadi simbol dari Byzantium telah diprediksi Nabi Muhammad ﷺ melalui hadisnya yang disebutkan di dalam kitab Musnad Ahmad dan Mustadrak Ala Shahihaini karya al-Hakim al-Naisaburi.

Di dalam hadis tersebut, Nabi Muhammad ﷺ memprediksi bahwa suatu saat nanti, Konstantinopel akan ditaklukkan oleh umat Islam. Pemimpin saat itu merupakan paling baiknya pemimpin dan pasukannya merupakan pasukan terbaik yang dimiliki umat Islam.

Sultan Muhammad al-Fatih

Sejarah mencatat adanya peperangan yang terjadi antara umat Islam dengan kekaisaran Byzantium dimulai sejak masa Nabi Muhammad ﷺ masih hidup yang terkenal dengan nama perang Mu’tah.

Ekspansi ke Konstantinopel, sedikitnya terjadi 7 kali usaha pembebasan yang dilakukan oleh umat Islam. Mulai dari masa kekhalifahan Umayyah, kekhalifahan Abbasiyah, dan kekhalifahan Usmani, yang mana keseluruhan usaha tersebut gagal. Barulah Konstantinopel berhasil ditaklukkan pada masa Sultan Mehmed II yang dikenal dengan julukan Sultan Muhammad al-Fatih.

Muhammad al-Fatih merupakan Sultan Usmani ke-7 yang memerintah sekitar 30 tahun dari 855 H sampai 886 H, atau 1451 M sampai 1481 M.

Beliau dilahirkan pada tahun 835 Hijriyah yang bertepatan dengan tahun 1432 Masehi dan merupakan putra Sultan Usmani ke-6 yang bernama Murad II.

Al-Fatih, sebagaimana julukannya; memerintah kesultanan Usmani semenjak ayahnya meninggal pada tanggal 16 Muharram 855 H yang pada saat itu masih berusia 22 tahun.

Beliau adalah sosok yang bertubuh tinggi besar, berotot kekar, berkulit merah, berpipi tebal, dan berhidung mancung, yang menggambarkan kepribadian yang kuat.

Sebelum al-Fatih menduduki kursi Kesultanan Usmani, beliau telah dididik oleh ayahnya dengan pendidikan khusus di sebuah sekolah yang berada di lingkungan kesultanan.

Dari pendidikan tersebut, Muhammad kecil mampu menguasai 7 macam bahasa serta berbagai macam kitab-kitab sejarah; yang membuatnya menjadi seorang pemimpin kuat yang adil dan mampu menaklukkan Konstantinopel pada masa kepemimpinannya.

Baca Juga  Janissary: Pasukan Terkuat Milik Kesultanan Turki Utsmani

Persiapan Penaklukan Konstantinopel

Sebelum Muhammad al-Fatih diangkat menjadi Sultan Usmani, ayahnya –Murad II– memberi nasihat kepadanya untuk menaklukkan Konstantinopel. Menurut beliau, kesultanan Usmani tidak cukup aman selama Konstantinopel berada di bawah kekuasaan Byzantium.

Mengusir Byzantium dari wilayah Konstantinopel dengan tujuan untuk melindungi umat Islam yang merupakan perintah agama. Nasihat itulah yang kemudian menjadi motivasi awal penaklukan Konstantinopel, mengingat kekaisaran Byzantium telah berperang dengan umat Islam selama ratusan tahun.

Sebelum penaklukan, Muhammad al-Fatih mempersiapkan pasukan yang besar dengan armada laut yang cukup banyak. Selain itu, al-Fatih menyiapkan strategi penyerangan Konstantinopel di mana kota ini dikelilingi tembok yang terbuat dari granit dan bata setinggi 12 meter dengan ketebalan 5 meter.

Tembok ini diberi nama tembok Theodosian, yang menjadi dinding pelindung Konstantinopel dari serangan musuh-musuh Byzantium.

Tiga Strategi Muhammad al-Fatih untuk Menaklukkan Konstantinopel

Untuk menaklukkan Konstantinopel, sedikitnya ada 3 strategi yang sudah disiapkan oleh Muhammad al-Fatih.

Pertama adalah pembangunan kastil Rumeli Hisari, yang pembangunannya selesai pada tahun 1452 H; atau setahun setelah Muhammad al-Fatih menjadi Sultan Usmani.

Kastil ini dibangun setinggi 28 meter yang dipakai sebagai benteng untuk mengawasi pergerakan kapal-kapal di Laut Hitam. Benteng ini dilengkapi artileri sebagai pertahanan jika sewaktu-waktu terjadi penyerangan ke wilayah kesultanan Usmani.

Strategi kedua yang dipersiapkan Sultan Muhammad al-Fatih untuk bisa menaklukkan Konstantinopel adalah dengan pembuatan meriam; yang diciptakan oleh seorang arsitek ternama dari negara Hongaria yang bernama Orban. Dari kepakarannya, Orban mampu membuat sebuah meriam yang begitu besar pada masa itu.

Ide pembuatan meriam ini merupakan inisiatif dari Sultan al-Fatih; untuk menandingi pelontar batu api dan panah api yang dimiliki kekaisaran Byzantium saat itu, serta untuk menerobos masuk ke dinding Theodosian yang telah berdiri kokoh selama ratusan tahun.

Baca Juga  Said bin Amir, Gubernur Miskin yang Dermawan

Untuk berjaga-jaga dari serangan musuh selain kekaisaran Byzantium, Sultan al-Fatih menyiapkan strategi ketiga, yaitu membuat perjanjian damai dengan daerah-daerah yang bersengketa.

Tujuannya adalah agar supaya kesultanan Usmani bisa fokus menghadapi satu musuh; serta kekaisaran Byzantium di Konstantinopel tidak mendapatkan bantuan dari daerah-daerah yang ada di sekitarnya.

Tercatat sedikitnya ada 3 daerah yang berdamai dengan kesultanan Usmani saat itu. Yaitu Galata (غلطة) yang berada di timur Konstantinopel, Genova (جنوة), dan Venesia (البندقية), yang merupakan daerah Eropa, berdekatan dengan wilayah kesultanan Usmani saat itu.

Namun, perjanjian damai ini dilanggar daerah-daerah tersebut dengan memberi bantuan kepada wilayah Konstantinopel saat mendapat serangan umat Islam.

Pemindahan Armada Laut melalui Jalur Darat

Di dalam penaklukan Konstantinopel, Muhammad al-Fatih berinisiatif untuk mengepungnya dari darat dan laut. Pasukan darat berangkat dari Edirne (أدرنة) dengan membawa meriam menuju Konstantinopel.

Pasukan darat yang berkisar 250 ribu prajurit ini sampai di Konstantinopel pada tanggal 6 April 1453 M yang bertepatan dengan 26 Rabiul Awal 857 H. Sampainya pasukan darat di Konstantinopel setelah menempuh perjalanan 2 bulan ini menandakan dimulainya pengepungan dan ekspansi ke kota tersebut.

Sedangkan untuk pengepungan jalur laut, Sultan Muhammad al-Fatih mengarahkan armadanya menuju sisi bagian dalam Tanduk Emas (Golden Horn/القرن الذهبي). Namun untuk mengarahkan armada laut tersebut ke bagian dalam Tanduk Emas, terdapat rantai besi yang menghalau masukkan kapal ke wilayah tersebut. Rantai ini membentang dari daratan Konstantinopel hingga daratan Galata yang menjadi pintu masuk ke wilayah Tanduk Emas.

Untuk melewati rintangan tersebut, Sultan al-Fatih memindahkan armada perangnya dari selat Bhosporus sejauh 1 mil menuju Tanduk Emas melalui jalur darat. Pemindahan armada tersebut dilakukan dengan cara membentangkan panel kayu yang dilapisi minyak dan lemak sebagai rel laju kapal-kapal tersebut.

Baca Juga  Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

Hanya dalam waktu satu malam, tepatnya pada pagi hari tanggal 22 April 1453 M, 70 armada laut kesultanan Usmani sudah berlabuh di bagian utama Tanduk Emas. Langkah cerdas al-Fatih ini membuat kagum orang-orang Byzantium. Mereka menilai bahwa pemindahan armada laut melalui jalur darat merupakan hal ajaib yang belum pernah dilakukan para penyerang sebelumnya.

Penaklukan Konstantinopel

Sebelum melakukan penyerangan total, pada tanggal 24 Mei 1453 M, Sultan Muhammad al-Fatih mengirim pesan kepada Kaisar Byzantium yang berada di dalam kota.

Isi pesan tersebut meminta Kaisar untuk menyerahkan kota tanpa adanya pertumpahan darah serta menjamin keamanan bagi seluruh warganya. Permintaan tersebut ditolak Kaisar dan memilih untuk mempertahankan kota sampai darah penghabisan.

Pada Selasa pagi tanggal 29 Mei 1453 M, Muhammad al-Fatih dengan 150 ribu pasukan yang tersisa menyerang kota Konstantinopel dengan kekuatan penuh. Mereka memanjat dinding Theodosian hingga berhasil masuk ke dalam kota dan menguasainya.

Pertempuran yang terjadi selama 53 hari ini, terhitung dari tanggal 6 April sampai 29 Mei 1453 M, mengakhiri kekaisaran Byzantium dengan terbunuhnya sang raja.

Editor: Zahra

M. Miqdad Uwaisy
1 posts

About author
Mahasiswa ILHA Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya.
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *