Tarikh

Sejarah Kejayaan Peradaban Maritim Nusantara

3 Mins read

Kepulauan Indonesia memiliki posisi strategis antara Asia dan Australia dari perlintasan Samudra Hindia dan Pasifik secara geo-politik dan ekonomi. Kajian historis dan arkeologis membuktikan bahwa Kepulauan Nusantara telah menjadi bagian dari dinamika sejarah global. Migrasi manusia Austronesia sejak pra-sejarah dan perdagangan Maritim Nusantara serta pertukaran budaya dan agama sudah terjadi sejak periode modern awal.

Sebab itulah, Kepulauan Nusantara tidak saja mempunyai kekuatan budaya dan peradaban maritim. Hal ini juga ditandai dengan kemunculan berbagai macam kedaulatan politik dan ekonomi pada masing-masing wilayah.

Kejayaan Maritim Nusantara

Kebutuhan perdagangan pasar dunia di Nusantara pada abad klasik adalah rempah-rempah. Indonesia berkontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan pasar dunia niaga tersebut. Lewat pasar-pasar ini pula, Islam mampu masuk dan berkembang ke Nusantara. Kekuatan penyebaran Islam didapati dari penguasaan pasar, mesjid, sistem pendidikan, penguasaan politik maritim dengan perniagaan laut dan kesadaran hukum Islam. (Suryanegara, 2015, p. 13)

Kepulauan Indonesia berperan aktif terhadap jaringan perdagangan lokal dan global semenjak awal abad pertama masehi. Pada tahun 1700 SM, cengkeh dari lima pulau kecil di Maluku sudah dimanfaatkan terlebih dahulu oleh orang-orang Suriah dan Dinasti Han di Tiongkok.

Sekitar abad pertama masehi, beberapa hasil produksi masyarakat dari Asia Tenggara telah diperdagangkan kepada beberapa wilayah di kepulauan Nusantara. Seperti kerang, tembikar, marmer, dan batu mulia lainnya.

Selain itu, perdagangan selingkup Nusantara juga melakukan perdagangan timah, tembaga, dan emas. Sistem hubungan perdagangan dari sisi laut ini diperluas ke arah utara sampai ke daratan Tiongkok serta ke arah Barat, khususnya India dan sampai ke pantai Timur Afrika dari jalur Selat Malaka sebagai jalur pusat perdagangan itu.

Baca Juga  Philips J Vermonte: Indonesia Harus Manfaatkan Presidensi G20

Hasil perdagangan laut lokal serta perunggu dari beberapa daerah Jawa dan Bali, sudah diperdagangkan ke beberapa daerah di bagian Sumatera, Madura, dan Maluku semenjak dua ribu tahun yang silam. Masyarakat Nusantara kala itu tidak hanya sebagai produsen dan konsumen dalam perdagangan maritim tersebut, akan tetapi mereka juga berkontribusi menjadi pembuat sekaligus pemilik kapal, navigator menjadi awak kapal juga. (Wardhana, 2016, p. 370)

***

Kegiatan kemaritiman dari sisi pelayaran dan perdagangan di Nusantara, tidak terkait dengan komoditas saja. Akan tetapi, terdapat pula peninggalan warisan budaya hasil dari kemahiran teknologi tradisional. Seperti produksi perahu, adat istiadat dan ritual-ritual dalam prosesi pembuatan hingga peluncuran perahu-perahu tersebut ke lautan, dan pengetahuan navigasi alamiah (tanda-tanda di alam). (Mulyadi, 2016, pp. 2–3)

Kegiatan pelayaran perahu-perahu buatan masyarakat saat itu dipandang sebagai media komunikasi antara masyarakat suatu daerah dengan daerah lain. Sebelum dikenalkan alat navigasi modern kepada mereka, para pelaut tradisional hanya mengandalkan kemampuan dan pengalamannya untuk menyebrangi lautan, dengan menyaksikan tanda-tanda alam di laut dan bintang-bintang. (Hamid, 2013, p. 13)

Seperti halnya di wilayah Sumatera, melalui jalur laut, di sana kerajaan-kerajaan Melayu di pulau Sumatera melakukan hubungan dagang melalui pelayaran. Perairan Selat Malaka dan pantai Barat Sumatera menjadi tempat pertemuan antara sesama mereka atau dengan pedagang asing lainnya. Selat Malaka menjadi jalur lalu lintas yang sangat ramai dan tempat berjumpanya pedagang dari berbagai zona komersil, yakni dari Teluk Benggala, Laut Cina Selatan, Laut Jawa, Laut Sulu dan Pantai Timur Semenanjung Malaya. (Nur, 2016, p. 37)

Pengambilalihan Maritim Nusantara

Pasca era emas kemaritiman wilayah Nusantara masa klasik, kehadiran koloni-koloni dari Eropa di Asia Tenggara membuat peluang ekonomi dan tantangan baru. Bangsa Eropa mendirikan kota pelabuhan sendiri seperti Portugis di Malaka, Spanyol di Manila, dan Belanda di Batavia pada abad ke-17. Kota-kota pelabuhan tersebut berfungsi sebagai pusat perdagangan dan ekspansi koloni-koloni Eropa di Asia Tenggara serta untuk mengendalikan sistem perdagangan versi mereka di wilayah Asia Tenggara dan Asia Timur. (Wardhana, 2016, p. 374)

Baca Juga  Butuh Inovasi yang Kreatif untuk Meningkatkan Ekonomi Syariah di Indonesia

Seyogyanya dengan kehadiran para koloni dari Eropa tersebut, yang awalnya hanya Portugis dan Spanyol kemudian Belanda dan Inggris. Mereka perlahan-lahan melumpuhkan hingga menghancurkan kekuatan sektor politik-ekonomi utama di Nusantara sekaligus juga mengambil alih kedaulatan Maritim Nusantara. Mereka juga menghubungkan gugusan pulau-pulau Nusantara dan berlabuh di pelabuhan-pelabuhan skala kecil (tradisional) maupun pelabuhan skala besar (modern) yang dikelola secara modern oleh pemerintah Hindia Belanda. (Wahid, 2018, p. 20)

Dengan demikian, tidak lah hal yang salah. Apabila mengatakan bahwa sektor Maritim Nusantara di masa klasik memiliki kemajuan peradaban yang luar biasa saat itu.

Penggambaran beberapa aktifitas kemaritiman hampir terjadi di seluruh wilayah Nusantara, dengan perdagangan dan jasa mampu menaikkan derajat perekonomian masyarakat dan pihak kerajaan maupun kesultanan.

Ditambah lagi dengan kedatangan para kolonial dari Eropa memberikan sumbangsih kuat dalam peningkatan hubungan maritim yang tidak terbatas hanya di benua Asia saja, akan tetapi mampu ke wilayah Afrika dan Eropa.

Editor: Saleh

Johan Septian Putra
31 posts

About author
Mahasiswa Pascasarjana Prodi Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *