Feature

Khazanah Keislaman di Kota Thaif

3 Mins read

Pada beberapa hari yang lalu, ketika menjalankan umrah, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi Kota Thaif.  Kota ini memiliki kaitan sejarah dengan perjuangan dakwah Nabi Muhammad Saw ketika di Mekkah.

Pada waktu itu, Nabi Muhammad Saw tidak diterima dakwahnya bahkan sebagian besar mereka melakukan tindakan pelukaan pada Nabi Saw. Malaikat Jibril as menawarkan agar mereka dihancurkan, namun Nabi Saw menolaknya. Bahkan beliau berdoa, “Ya Allah berikan mereka petunjuk, sebab mereka belum mengetahuinya (kebenaran)”. Sungguh mulia doa Nabi Saw agar penduduknya kelak beriman dengan petunjuk Allah Swt.

Tofografi pegunungan yang tinggi menyebabkan cuacanya cukup dingin. Bahkan terkadang turun salju. Penduduknya banyak yang bercocok tanam.  Jarak dari Mekkah sekitar 80 km, cukup dengan berkendara 1,5 sd 2 jam.

Panoramanya cukup indah. Apalagi di sana terdapat taman bunga dan tempat penyulingannya untuk parfum. Semerbak wangi mengitari keindahan taman. Kebon tanaman cukup menghijaukan suasana. Berbagai buah ditanam dengan ragam warna menghiasi indahnya pelataran Thaif.

Di Thaif dapat dilihat beberapa bangunan bersejarah. Masjid Abdullah bin ‘Abbas terletak di gerbang Thaif. Situs Masjid ‘Ali juga menambah eksotisme keindahan Thaif. Kita juga dapat menapaki tempat bersejarah lainnya. Pada sisi tata kota, ragam spot kota modern dapat dilihat dari kesejukan cuaca Thaif. Ornamen tata kota modern cukup melekat pada situais Thaif hari ini.

Perpustakaan Abdullah bin ‘Abbas

Salah satu khazanah di Thaif adalah Perpustakaan Abdullah bin Abbas. Nama perpustakaan ini dinisbahkan pada salah satu sahabat Nabi Saw, yaitu Abdullah bin Abbas, yang sangat mendalam keilmuan agamanya terutama dalam bidang tafsir Al-Qur’an.

Sahabat ini dijuluki dengan turjuman Al-Qur’an (pakar penerjemah/tafsir Al-Qur’an). Hampir sebagian besar sahabat, kalau ingin bertanya tentang maksud ayat, Abdullah bin Abbas menjadi sumber rujukannya.

Baca Juga  Masjidil Haram, Masjid yang Dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Ismail

Tak hanya itu, produk penafsiran pada fase awal periode penafsiran tidak melepaskan diri dari penafsiran Abdullah bin Abbas. Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn ‘Abbas menjadi bukti keilmuan yang mendalam Ibnu Abbas dalam bidang tafsir Al-Qur’an, yang ditulis oleh Abu Tahir Muhammad ibn Yaqub al-Fayruzabadi.

Perpustakaan Abdullah bin Abbas adalah salah satu perpustakaan tertua yang mengkhususkan diri dalam bidang fikih dan asal-usulnya di dunia Islam dan Arab, terletak di Thaif. Menurut catatan sejarah sudah berusia sekitar 900 tahunan, pendirian perpustakaan ini bertepatan dengan berdirinya Masjid Abdullah bin Abbas di tempat Nabi Muhammad Saw salat saat mengepung penduduk Thaif pada tahun kedelapan hijriah.

Nabi Muhammad memerintahkan Utsman bin Abi Al-‘Ash agar orang-orang Thaif memimpin di dalamnya juga diikuti oleh para khalifah. Bani Umayyah merawat masjid ini sampai dibangun kembali pada masa Kekhalifahan Abbasiyah pada tahun 592 H.

Pada perpustakaan ini menyimpan banyak khazanah keilmuan. Selain buku yang tercetak, di ruang utama perpustakaan berbagai koleksi naskah keislaman (makhthuthat). Naskah-naskah ini tersusun rapat, terkodifikasikan, dan dirawat dengan baik.

Perpustakaan ini menyimpan lebih dari 450 manuskrip manuskrip kuno yang langka, seperti yang ditunjukkan oleh al-Haritsi, yang tertua di antaranya adalah manuskrip Al-Kafi tentang ilmu faraid, yang meliputi 380 lembar karya Ishaq bin Yusuf   Al-Sardafi (w. 500 H), dan ditulis ulang oleh Abdul Rahman Al-Harazi pada bulan Ramadhan tahun 702 H.

***

Perpustakaan Abdullah bin Abbas juga mencakup beragam ilmu seperti Al-Qur’an dan ilmu-ilmunya, hadis dan ilmu-ilmunya, prinsip-prinsip fikih, keimanan, agama dan sekte kontemporer, sastra, bahasa, tata bahasa, dan morfologi, sejarah, biografi, geografi, politik dan ekonomi, biografi Nabi Saw, dan budaya Islam, serta jurnal ilmiah dan majalah. Ragam ini menujukkan bahwa isi perpustakaan cukup komprehensif.

Baca Juga  Bung Karno: Begawan Politik Muhammadiyah

Utsman al-Sini menyatakan, banyak manuskrip di perpustakaan ini yang sebagian hilang meskipun referensinya ada di beberapa manuskrip di perpustakaan. Hal ini menurutnya terpengaruh oleh kelembaban, basah dan tanah. Manuskrip karya Syekh Abdul Hafiz bin Ustman Al-Qari Al-Fatini Al-Idrisi Al-Hanafi banyak tersimpan menjadi koleksi.

Ketertarikan Utsman Al-Sinni tentang perpustakaan ini, diterbitkanlah oleh Taif Literary Club, sebuah buku berjudul “Indeks Naskah di Perpustakaan Abdullah bin Abbas di Thaif. Sejumlah 450 manuskrip perpustakaan dikatalogkan dengan mengikuti aturan indeksassi manuskrip. Indeks tersebut juga mencakup ilmu dan pengetahuan yang menempati rak perpustakaan.

Kepala Pusat Kebudayaan Departemen Pendidikan Thaif, Shalih al-Tsubaiti menuturukan perpustakaan ini menjadi salah satu perpustakaan tertua yang penuh dengan manuskrip dan induk buku-buku berbahasa Arab sejak awal mula percetakan Arab.

Sehingga, ia menunjukkan peran ilmiahnya yang besar dalam melayani para sarjana dan mahasiswa juga para peneliti selama berabad-abad, terus berlanjut hingga menjadi khazanah ilmu pengetahuan manusia.

Naskah Keislaman Penting untuk Dikaji

Sebagai sebuah produk keilmuan, peran manuskrip penting untuk menelusuri pola pikir penulisan dan keadaan sosial keilmuan ketika naskah ditulis. Manuskrip menyimpan makna mendalam dalam historisitas keilmuan.

Dari manuskrip, kita dapat mengenal siapa penulisnya, gurunya, bentuk tulisan, zaman penulisan, metode penulisan, dan fokus keilmuan. Penyimpanan yang rapi selama berabad-abad menunjukkan bahwa khazanah keilmuan Islam banyak ditulis oleh para ulama, sekaligus menjadi penciri bahwa Islam dalam sudut pandang keilmuan terus dinamis dan progresif. Setiap zaman memunculkan naskah keilmuan dari ragam pandangan keilmuan.

Membaca manuskrip tentu memerlukan ketelitian. Selain ilmu kebahasaan, filologi dan sosial historis menjadi pendekatan utama dalam kajian manuskrip. Perpustakaan ini menjadi pusat kajian naskah di dunia Islam yang terkenal dan menjadi ikon di Arab Saudi. Penelusuran awal terhadap produk dan katalog manuskrip menjadi cikal bakal dalam memahami dan mengaitkan jalinan historis keilmuan dalam Islam. Wallahu A’lam.

Avatar
38 posts

About author
Pembelajar Keislaman, Penulis Beberapa buku, Tim Pengembang Kurikulum PAI dan Diktis
Articles
Related posts
Feature

Kedekatan Maulana Muhammad Ali dengan Para Tokoh Indonesia

3 Mins read
Ketika kita melakukan penelusuran terhadap nama Maulana Muhammad Ali, terdapat dua kemungkinan yang muncul, yakni Maulana Muhammad Ali Ahmadiyah Lahore dan Maulana…
Feature

Mengkritik Karya Akademik: Sebenarnya Menulis untuk Apa?

3 Mins read
Saya relatif jarang untuk mengkritik tulisan orang lain di media sosial, khususnya saat terbit di jurnal akademik. Sebaliknya, saya justru lebih banyak…
Feature

Sidang Isbat dan Kalender Islam Global

6 Mins read
Dalam sejarah pemikiran hisab rukyat di Indonesia, diskusi seputar Sidang Isbat dalam penentuan awal bulan kamariah telah lama berjalan. Pada era Orde…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *