Perspektif

Kristen Muhammadiyah: Taat Kristen, Cinta Muhammadiyah!

3 Mins read

Pasca Launching buku Kristen Muhammadiyah: Mengelola Pluralitas Agama dalam Pendidikan 22 Mei 2023 yang diselenggarakan atas kerjasama BSKAP, ICRP, dan LKSS PP Muhammadiyah, isu Kristen Muhammadiyah kembali mencuat ke publik semakin luas. Sebelumnya buku ini untuk pertama kali terbit pada tahun 2009.

Seminggu kemudian, topik Kristen Muhammadiyah menjadi trending topik, menjadi viral. Beragam komentar menghiasi twitter, ada yang menyambut positif, negatif, dan juga netral. Terlepas dari beragam komentar itu, isu Kristen Muhammadiyah kembali mengemuka.

Barangkali isu ini mencuat ke publik karena pengaruh penulisnya. Prof Abdul Mu’ti, Sekertaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Orang Nomor dua di Pucuk Pimpinan Muhammadiyah. Dan Fajar Riza Ul Haq, Ketua LKKS PP Muhammadiyah.

Kristen Muhammadiyah

Kristen Muhammadiyah merupakan temuan dari proses pendidikan Muhammadiyah di Indonesia Timur. Buku ini merupakan temuan empiris. Memfokuskan pada daerah yang mayoritas adalah umat Kristen dan Katolik yaitu Ende (NTT), Serui (Papua) dan Putusibau (Kalbar).

Penelitian dilakukan khusus pada Institusi Pendidikan Muhammadiyah di tiga wilayah tersebut, yang mayoritas umat Kristen dan Katolik.  Menggunakan pendekatan historis dan sosiologis. Maka potret hasil temuan ini dilihat dari kedua kacamata tersebut, bukan pendekatan teologis.

Jadi, Kristen Muhammadiyah bukan aliran keagamaan, ia hanya sebatas varian yang mengemuka berdasarkan interaksi sosial, melalui proses pendidikan di wilayah Mayoritas umat Kristen/Katolik. Jadi, jika ada orang yang berbicara itu mencampuradukan keyakinan, tidak lah tepat, salah kaprah.

Varian Kristen Muhammadiyah itu lahir dari proses interaksi Institusi Pendidikan Muhammadiyah dengan mayoritas umat Katolik/Kristen. Mereka yang beragama Kristen dan Katolik bersekolah di Muhammadiyah. Menempuh pendidikan di institusi Islam (Muhammadiyah).

Mereka setelah menjadi alumni, tetap menjadi Kristen yang taat. Namun, mereka memahami gerakan Muhammadiyah. Perjumpaan Muslim dan Kristen di lingkungan Institusi Pendidikan Muhammadiyah inilah melahirkan varian Kristen Muhammadiyah (Krismuha).

Baca Juga  Membaca Sejarah Munculnya Tasawuf dalam Islam

Kristen Muhammadiyah adalah mereka orang-orang Kristen yang sangat memahami, menjiwai dan mendukung gerakan Muhammadiyah. Demikianlah pemaknaan dari penulis buku (hlm. 201). Dari sini, dapat dipahami bahwa mereka orang-orang Kristen yang menjadi alumni dari sekolah Muhammadiyah, tetap Kristen, namun cinta kepada Muhammadiyah.

Dengan demikian, yang dimaksud Kristen Muhammadiyah bukan bentuk senkritisme, atau pencampuradukan keyakinan agama. “Kristen Muhammadiyah bukanlah sinkretisme agama, dimana seseorang mencampuradukkan ajaran Kristen/Katolik dengan Islam (Muhammadiyah).” Demikian penegasan Prof Abdul Mu’ti dalam laman dinding Facebooknya (29/5/2023).

Pendidikan Toleransi

Hal ini sekaligus membuktikan bahwa Institusi Pendidikan Muhammadiyah, tidak memiliki misi ‘islamisasi’, melainkan hanya menjalankan misi konstitusi ‘Mencerdaskan Kehidupan Bangsa’. sekaligus menegaskan, praktek pendidikan Muhammadiyah itu inklusif (terbuka) membawa misi ‘Pendidikan untuk Semua’, bukan golongan Islam saja.

Institusi Pendidikan Muhammadiyah (Islam), memberikan pelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK), sebagaimana di Ende dan Serui. Dalam survei yang dilakukan kepada siswa ditemukan hasil yang menarik.

Pertama, survei kepada siswa Kristen mengenai pendapat pelajaran PAK di sekolah Muhammadiyah, hasilnya hampir lima puluh persen, yaitu 42,86% mengemukakan pendapat tidak harus mengadakan PAK di sekolah Muhammadiyah (hlm.181).

Yang menarik lagi temuan dari penelitian ini, bahwa orang tua siswa Kristen tidak khawatir jika anaknya bersekolah di Institusi Pendidikan Muhammadiyah. Bahkan cenderung mendorong anaknya untuk ikut serta dalam pendidikan Agama Islam (PAI) dan bahasa Arab (hlm, 201). Selain itu, seorang guru PAK di Serui, mempromosikan kepada umat Kristen untuk sekolah di Muhammadiyah.

Kedua, survei kepada siswa Muslim mengenai pendapat pelajaran PAK di sekolah Muhammadiyah untuk siswa Kristen/Katolik, hasilnya lebih dari lima puluh persen memberikan dukungan positif. Hasil survei menunjukan sangat perlu (14,29%) dan perlu (46,94%) PAK di sekolah Muhamamdiyah (hlm 99).

Baca Juga  Kisah Pendeta Menuntun Tuna Netra Muslim untuk Shalat

Kristen Muhammadiyah merupakan hasil dari proses interaksi umat Islam dan Kristen/Katolik melalui pendidikan. Mereka, para alumni sekolah Muhammadiyah yang beragama Kristen/Katolik dengan bangga menyebut dirinya sebagai bagian dari Muhammadiyah. Sebagaimana pengakuan Enggelbert Dimara, kepada Ahmad Najib Burhani. Dewan Adat Papua ini mengatakan “Walaupun saya Kristen, tapi warga Muhammadiyah” (Kompas, 18/11/2022).

Peran Pendidikan Muhammadiyah

Berkaca dari temuan varian Kristen Muhammadiyah ini, menunjukkan bahwa Institusi Pendidikan Muhammadiyah telah memainkan peranannya dan kontribusinya bagi pembangunan bangsa. Pertama, Institusi Pendidikan Muhammadiyah memainkan perannya dalam membangun kerukunan umat beragama dan persatuan, sebagaimana yang ditegaskan oleh Prof. Abdul Mu’ti.

Kedua, Institusi Pendidikan Muhammadiyah menampilkan wajah inklusif dan sikap toleran. Keterbukaan pendidikan Muhammadiyah, dengan menerima yang berbeda, telah menjadikan pendidikan Muhammadiyah terbuka. Interaksi yang terjalin dan perjumpaan atas dasar perbedaan itulah yang melahirkan toleransi yang otentik.

Ketiga, Institusi Pendidikan Muhammadiyah mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa melihat Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA). Pendidikan Muhammadiyah didirikan untuk semua ‘Education for All’. Artinya, Muhammadiyah telah menjalankan amanat konstitusi, yakni mencerdaskan bangsa.

Penerbitan ulang buku ini, menurut penulis bukan dikarenakan antusias yang tinggi dari kalangan masyarakat untuk membaca, menelaah, dan juga untuk dijadikan referensi sebagai kajian lebih lanjut. Namun praktek pendidikan Muhammadiyah, telah melahirkan varian Kristen Muhammadiyah. Mereka Kristen namun memiliki rasa menjadi bagian dari Muhammadiyah.

Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia mengapresiasi kehadiran buku ini. Beliau menyatakan bahwa ada kesamaan cita-cita yang dibangun dalam buku ini dengan program pendidikan toleransi di dunia pendidikan. “Gagasan toleransi dalam buku ini sejalan dengan cita-cita kami” ujar Nadiem saat memberi sambutan dalam Launching Buku (22/5/2023).

Baca Juga  Titik Temu Pemikiran Eksistensialisme Soren Kierkegaard dengan Muhammad Iqbal

Editor: Soleh

Ari Susanto
4 posts

About author
Kader Angkatan Muda Muhammadiyah
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *