Perspektif

Meningkatkan Membaca dan Menulis: Menuju Budaya Literasi Pemuda

4 Mins read

QS. Al-Alaq ayat 1-5 adalah ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah kepada Rasul Muhammad saw. ketika bertahanuth di Gua Hira’. Ayat ini menjadi salah satu epistemologi ilmu islami. Ayat ini juga menuntun umat muslim untuk senantiasa membaca dan menulis, yang diisyaratkan dengan lafadz iqro’, bismi rabbika,dan bilqolam. Iqra’ (membaca) adalah fi’il (kegiatan inti). Bismi rabbika adalah tujuan utamanya, bilqaalam adalah alat-alat tulisnya. Kegiatan membaca dan menulis hendaknya senantiasa diniati untuk mengagungkan asma Allah.

Dengan kegiatan membaca dan menulis itulah Allah mengajarkan berbagai ilmu yang belum diketahui manusia. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Kegiatan membaca adalah kegiatan menyerap informasi/ilmu pengetahuan, bukan hanya membunyikan tulisan. Dalam membaca kita dituntut untuk sambil berpikir kritis terhadap bacaan yang kita hadapi. Tujuan utama membaca bukan sekedar membunyikan tulisan dengan lafal/mahraj tepat, Intonasi, dan ekspresi yang baik.

Yang terpenting dari kegiatan baca adalah memperoleh informasi lengkap yang dibaca (ontologi ilmu), bagaimana informasi itu bisa dikembangkan (epistemologi) dan selanjutnya mengaplikasikan dalam kehidupan (aksiologi). Hasil membaca harus bisa menjadi inspirasi dan motivasi untuk meningkatkan kualitas diri.

Berbagai teknik membaca efektif pun ditemukan orang. Ada metode5W1Hyang di Indonesia dikenal dengan metode ADIKSIMBA (apa, di mana, kapan, siapa, bagaimana). Ada juga metodePQRST (preview, question, read, summarize, and test), metode SQ3R yaitu survey (mengamati), question (bertanya), read (membaca), recall (menceritakan kembali), dan review (mengulang).

Berdasarkan tujuannya dan caranya, jenis membaca dibedakan menjadi membaca nyaring, membaca pemahaman. membaca scanning, membaca skimming, membaca telaah, dan lainnya. Kita bisa memilih salah satu darinya.

Dalam Al-Qur’an dan sunahpun juga kita temui beberapa istilah membaca yang berbeda penekanannya, di antaranya ada iqra’, tilawah, dan tadarus.

“Orang-orang yang telah kami berikan Al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya.,mereka itu beriman kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka mereka Itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al Baqarah: 121)

Baca Juga  Menggandrungi Buku, Tak Berarti Harus Jadi Profesor dan Menerbitkan Karya Ilmiah!

Laju Teknologi dalam Membaca dan Menulis

Laju perkembangan teknologi, ilmu, dan informasi tertulis sudah sangat cepat. Komputer, internet, gadget, hingga medsos sudah menguasai dan memanjakan hidup manusia. Kita dituntut dapat membaca dengan cepat. Kecepatan membaca ideal dalam menyerap informasi dewasa ini sudah ditemukan orang.

Menurut Baldridge (1979) dikatakan bahwa setiap calon cendikiawan dituntut untuk mempunyai kecepatan membaca 850.000 kata/menit dengan tingkat pemahaman minimal 75%. Sekali lagi, 850.000 kata/menit, bukan hanya 850. Maka tidak aneh kalau orang mengatakan bahwa membaca adalah pintu dunia.

Marilah anak-anak muda kita beri kesempatan dan fasilitas agar mampu berkembang ke dunia baca-tulis, agar mereka siap berkompetisi. Jangan malah dihalangi dengan berbagai dalih: membaca bikin malas, membaca seperti orang bisu, membaca hanya asyik dengan dunianya sendiri, dan lainnya.

Persaingan dunia makin keras. Berilah anak-anak muda kita kesempatan berkiprah dan berkompetisi dalam berbagai bidang dengan model kompetensi membaca yang memadai.

Fokus Kegiatan Menulis!

Allah sangat menganjurkan kegitan menulis. Allah mencatat semua program (iradah-Nya) dalam Kitab Lauful-Mahfudz. Allah mengajarkan agama (ad-dien) kepada manusia juga dalam bentuk Kitab (ditulis). Malaikul lail dan malaikun nahrun pun secara bergantian siang dan malam mencatat semua amal dan dosa manusia untuk dilaporkan kepada Allah kelak pada hari kiamat juga menggunakan catatan (aktivitas menulis).

“Dan sungguh telah kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.” (QS. Al Anbiya’: 105).

“Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis,” (QS Al-Qalam: 1). Huruf Nun pada permulaan QS. Al-Qalam tersebut ialah huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya.

Di antara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat. Ayat mutasyabihaat bisa kita pandang sebagai ayat-ayat isyarat betapa pentingnya kegiatan menulis bagi kehidupan manusia.

Baca Juga  Peran Muhammadiyah: Penguatan Literasi Keagamaan Lintas Budaya

Dalam dunia menulis ini, kita sering lalai. Kita lebih banyak melakukan orasi lisan dari pada orasi tertulis. Padahal orasi tertulis mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan orasi lisan. Di antaranya dari segi orisinalitas pemikiran, bisa dikaji ulang, dan bisa diwariskan kepada generasi anak-cucu.

Teknik Membaca dan Menulis

Kegiatan tulis menulis dalam dunia modern bermakna menyampaikan ide/gagasan baik yang bersifat personal, imajiner dan yang bersifat ilmiah. Tulisan personal adalah tulisan yang bergaya pribadi, seperti puisi. Tulisan imajiner yaitu tulisan yang bersumber dari imajinasi/daya khayal, seperti cerpen, novel, dan drama.

Sedangkan tulisan bersifat ilmiah adalah tulisan yang isinya berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan pengembangannya seperti artikel, esai, biografi/sejarah, sains, skripsi, tesis, dan lainnya. 

Sesungguhnya kegiatan inilah yang banyak diisyaratkan Allah dalam Al-Qur’an. Ide-ide Al-Qur’an dan sunah, dan ide-ide dakwah, ide-ide islami lainnya, perlu diinformasikan ulang dengan gaya yang lain yang mudah dipahami umat sesuai dengan zamannya.

Teknik dasar yang dapat dipakai untuk mengembangkan kemampuan baca tulis kita yaitu:

  1. Biasakan membuat rangkuman hasil membaca kita walaupun hanya satu paragraf.
  2. Gunakan metode 5W1H dalam setiap kesempatan membaca dan menulis.
  3. Sampaikan hasil membaca kita meskipun orang lain tidak nyambung.
  4. Dokumenkan setiap tulisan kita dalam bentuk kliping, jangan hanya berupa fail.
  5. Kirimkan tulisan kita itu apa pun bentuknya ke media massa. Jangan berpikir negatif/ minder karena tulisan kita tidak dimuat dan jangan berpikir kapan tulisan kita akan dimuat, melainkan terus saja menulis.
  6. Mulailah kegiatan menulis itu sejak sekarang. Tidak ada istilah terlambat. Mulailah dari sekarang. Akan sangat baik hasilnya jika kegiatan menulis seperti itu dimulai sejak SD kelas rendah.
  7. Finalnya adalah menulis buku. Kalangan muda perlu diberi kesempatan untuk menulis buku. Buku itu biaa berupa karya fiksi misalnya puisi, cerpen, novel, nasjah drama, dll. Lebih utama berbentuk non-fiksi yaitu buku-buku berisi pengetahuan, terkhusus buku-buku Islami dengan selaksa tema yang hidup dan dibutuhkan masyarakat.
Baca Juga  Panic-gogy, Belajarlah dari Fabel Kancil Vs Siput!

Kompetensi Pemuda dalam Tulis Menulis

Bagaimana kah kompetensi generasi muda kita dalam dunia tulis-menulis? Sekarang sudah mulai menggeliat. Perlu dilatih, dibina, dan diberi kesempatan seluas-luasnya. Tidak usah jauh-jauh.

Misalnya dalam lomba MTQ, dari tingkat kecamatan sampai tingkat nasional, perlu dibuka kesempatan generasi muda untuk berkompetisi/lomba menulis. Beri apresiasi karya mereka yang mengikuti lomba karya tulis ilmiah itu seperti jenis lomba yang lain.

Dalam hal menulis informatif, tulisan pemula generasi muda muslim jarang muncul, jauh tertinggal dengan non-muslim. Koran-koran muslim, web-web muslim, radio muslim, sampai TV muslim, kaum muslim masih jauh tertinggal. Apalagi kegiatan menulis hasil kajian dan teknologi, kita jauh tertinggal.

Kaum muslim lebih bangga dengan karya terjemahan tulisan-tulisan klasik, karya mualim/ ulama senior/sepuh sehingga tulisan mutakhir sangat kurang. Dan yang awam, hanya banyak menulis status dalam media sosial mereka..

***

Sekali lagi, terlepas dari realita tersebut, generasi muda perlu diberi kesempatan untuk mampu menyusun karya tulis buku, artikel, esai, dan sebagainya. Kemampuan menata ulang secara kreatif informasi yang dia perolehi akan membantu orang lain untuk dunia literasi lebih lanjut.

Pembelajaran dapat dimulai dari yang paling sederhana, misalnya untuk mengisi majalah dinding masjid, buletin masjid, media masa khusus pelajar muslim, media masa khusus remaja masjid, dan lainnya.

Marilah kita tingkatkan kemampuan literasi (baca tulis) kita, khususnya generasi muda. Jangan sampai dunia yang indah direbut dan dinikmati orang lain. Jangan sampai ide-ide yang lurus di-hoax-kan oleh pihak lain yang tidak bertanggung jawab.

Dunia literasi (membaca dan menulis) sangat menjanjikan pahala bagi kehidupan dunia akhirat kita.

Editor: Shidqi Mukhtasor
Avatar
77 posts

About author
Majelis Pustaka PCM Semin
Articles
Related posts
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…
Perspektif

Murabahah dalam Tinjauan Fikih Klasik dan Kontemporer

3 Mins read
Jual beli merupakan suatu perjanjian atau akad transaksi yang biasa dilakukan sehari-hari. Masyarakat tidak pernah lepas dari yang namanya menjual barang dan…
Perspektif

Sama-sama Memakai Rukyat, Mengapa Awal Syawal 1445 H di Belahan Dunia Berbeda?

4 Mins read
Penentuan awal Syawal 1445 H di belahan dunia menjadi diskusi menarik di berbagai media. Di Indonesia, berkembang beragam metode untuk mengawali dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *