Perspektif

Pendidikan Bukan untuk Dikambinghitamkan

3 Mins read

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang berproses untuk menjadi negara yang maju, aspek yang sangat berpengaruh untuk membawa kepada kemajuan adalah pendidikan. Seperti yang kita tau, bahwa Indonesia masih kalah jauh bersaing dengan negara – negara lain di dunia dalam aspek pendidikan. Dengan segala kebijakan pemerintah yang berubah – ubah pada sektor pendidikan dengan harapan untuk meningkatkan mutu pendidikan, namun tidak direspon baik oleh para orang tua, guru, dan pelajar.

Ditambah hal yang paling memprihatinkan adalah terbentuknya sikap saling menyalahkan. Masalah ini terus terjadi yang berdampak kepada kualitas sumber daya manusia yang ada.

Definisi dan Tingkat Pendidikan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia.Hal ini bisa melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Menurut bapak pendidikan kita, Bapak Ki Hajar Dewantara, “Pendidikan adalah proses menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak peserta didik. Bertujuan agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya”. Dan tujuan dari pendidikan adalah untuk mencerdaskan.

Saat ini Indonesia berada di posisi 108 di dunia dengan skor 0,603. Secara umum kualitas pendidikan di tanah air berada di bawah Palestina, Samoa dan Mongolia. Hanya sebanyak 44% penduduk menuntaskan pendidikan menengah. Sementara 11% murid gagal menuntaskan pendidikan alias keluar dari sekolah.

Banyak di kalangan siswa hingga mahasiswa merasa dibodohi dengan pendidikan yang ada di Indonesia. Ini sungguh hal yang sangat menggelitik jika mereka beranggapan demikian. Tidak ada pula sebuah upaya untuk meningkatkan kualistas diri secara menyeluruh. Kenyataannya yang ada hanya menyalahkan sistem, cara pengajaran, guru yang tidak kompeten dalam mengajar. Adapula yang menyalahkan pemerintah sebagai otak dari segala kemerosotan pendidikan yang mereka angggap sedang terjadi.

Baca Juga  Spirit Profetik dan Transformasi Pendidikan

Jika memang demikian yang mereka utarakan benar, tidak mungkin akan ada lulusan terbaik di setiap universitas local. Bahkan internasional dan juga tidak mungkin Indonesia mampu melahirkan para pemikir, professor, doctor, siswa, mahasiswa yang sedang mengembangkan diri di bidang sains teknologi untuk kemajuan bangsa ini

Kesalahan Terfatal Siswa

Ini merupakan kesalahan terbesar para siswa hingga mahasiswa yang tidak bisa pro aktif dalam menyikapi apa yang sedang terjadi. Sehingga memunculkan pemikiran bahwa Indonesia sengaja membodohkan bangsanya sendiri. Namun semua itu tidak lah benar, kita hanya buta terhadap proses yang harus dilalui dan selalu menginginkan segalanya secara instan. Dan ini mungkin akan tetap berlanjut kepada generasi – generasi selanjutnya, yang mana akan semakin membawa Indonesia kepada kemunduran yang sangat signifikan.

Merujuk pada survei kemampuan pelajar yang dirilis oleh Programme for International Student Assessment (PISA), pada Desember 2019 di Paris, Indonesia disebut menempati peringkat ke-72 dari 77 negara. PISA adalah survei evaluasi sistem pendidikan di dunia yang mengukur kinerja siswa kelas pendidikan menengah. Penilaian dilakukan setiap tiga tahun sekali dan dibagi menjadi tiga poin utama, yakni literasi, matematika dan sains.

Dan apabila ini terus terjadi, akan berakibat fatal yang mana akan terjadi penjajahan secara etika moral serta pendidikan. Akan menjadi mimpi buruk bangsa Indonesia serta sebuah bentuk tidak menghargai perjuangan para pejuang Indonesia yang berusaha melepaskan genggaman dari tangan penjajah

Pro Aktif Pengembangan Diri

Cara memutus mata rantai ini adalah dengan bersikap pro aktif terhadap sesuatu yang ada. Dikhususkan kepada pengembangan diri serta mengambil hikmah dari setiap hal yang dipelajari dan tak lupa untuk tidak selalu menyalahkan kepada sekitar. Keahlian dalam analisa serta bepikir kritis sangat dibutuhkan oleh peserta didik di Indonesia. Di mana hal ini diharapkan mampu menghasilkan inovasi – inovasi yang dapat membawa perkembangan yang lebih cepat dan membawa Indonesia menjadi negara maju dapat segera diwujudkan

Baca Juga  Peran Penting Filsafat dalam Pendidikan Islam

Mengingat generasi muda adalah regenerator yang nantinya meneruskan perjuangan bangsa negara ini di masa yang akan datang, dan cobalah sejenak berpikir. Jika kita terus – terusan menyalahkan tanpa membawa dampak positif yang signifikan bagi bangsa, lalu. Untuk apa kita ada?

Penulis hanya dapat berpesan, bijaklah dalam bertindak serta jangan lupa untuk berfikir mengenai masa depan. Karena urusan manusia bukan masalah isi perut, namun lebih kepada hal yang bermanfaat untuk sekitar serta jangan meremehkan segala ucapan dari guru. Karena mereka adalah pahlawan sebenarnya pada saat ini.

Mari kita coba bayangan, apabila tidak ada mereka, siapa yang akan menyapaikan ilmu kepada generasi selanjutnya? Jika memang kamu merasa gurumu memiliki kekurangan dan keterbatasan. Maka jadilah guru di hari yang akan datang, seorang guru yang mampu melengkapi serta menyempurnakan ilmu – ilmunya yang telah disampaikan dan juga jangan lupa. Kita selamanya adalah orang yang belajar, dan berilah manfaat dari apa yang pernah kau pelajari.

Avatar
4 posts

About author
PD IPM KOMAL
Articles
Related posts
Perspektif

Cara Menahan Marah dalam Islam

8 Mins read
Marah dalam Al-Qur’an Marah dalam Al-Qur’an disebutkan dalam beberapa ayat, di antaranya adalah QS. Al-Imran ayat 134: ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ…
Perspektif

Mengapa Narasi Anti Syiah Masih Ada di Indonesia?

5 Mins read
Akhir-akhir ini kata Syiah tidak hanya menjadi stigma, melainkan menjadi imajinasi tindakan untuk membenci dan melakukan persekusi. Di sini, Syiah seolah-olah memiliki keterhubungan yang…
Perspektif

Kapan Seseorang Wajib Membayar Zakat Penghasilan?

2 Mins read
Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam yang tidak hanya berdimensi keimanan tapi juga berdimensi sosial. Secara individu, zakat merupakan wujud keyakinan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *