News

Menyongsong UIN Salatiga dengan Predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)

7 Mins read

Predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) di tengah proses alih status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga menjadi pencapaian yang sangat membanggakan dalam mengawali tahun 2021 dengan semangat baru bagi segenap sivitas akademika.

Predikat WBK ini tentu menambah amunisi sehingga sinergi dari keseluruhan bagian dari mesin besar penggerak kampus terus terjaga pasokan energi positifnya, dan kemudian secara nyata mampu meningkatkan performa dan kreatifitas dalam pemberian pelayanan serta upgrade kualitas internal.

Beberapa tahun belakangan, pemerintah terus mendorong terlaksananya program reformasi birokrasi di semua lini, baik dari unsur terkecil unit kerja hingga tingkat yang tertinggi. Program Reformasi Birokrasi adalah salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk membentuk pemerintahan yang baik, akuntabel, bersih, efektif, dan efisien serta jaminan layanan publik yang berkualitas.

***

Melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN-RB), Pemerintah memberikan predikat Zona Integritas, Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK), dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) kepada unit kerja di instansi pemerintah yang menyelenggarakan fungsi pelayanan dan memiliki komitmen untuk mencegah korupsi, serta meningkatkan kualitas pelayanan publik. Dari 763 unit kerja di seluruh Indonesia, Kemen PAN-RB menetapkan IAIN Salatiga sebagai satu-satunya Perguruan Tinggi (PT) Keagamaan dan Perguruan Tinggi Umum Negeri se-Indonesia sebagai Unit Kerja Pelayanan Berpredikat WBK.

IAIN Salatiga agaknya memang semakin sulit untuk dipandang sebelah mata. Prestasinya perlahan tapi pasti, terus datang menghampiri. Sehingga, proses perjuangannya untuk meraih predikat WBK dari Kemen PAN-RB menjadi amat menarik untuk dicermati. Proses tersebut bukan melulu soal unjuk gigi dengan predikat Wilayah Bebas dari Korupsi, tapi lebih kepada ikhtiar untuk menggapai ridha Ilahi. Setiap jerih payah dan keringat yang menetes diniatkan sebagai upaya berkontribusi memajukan negeri.   

Rektor IAIN Salatiga, Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. mengatakan bahwa untuk mencapai predikat Wilayah Bebas dari Korupsi diperlukan proses panjang yang didukung komitmen dan loyalitas dari semua unsur unit kerja. Dalam wawancara kali ini, Prof. Zaki menjelaskan proses panjang tersebut hingga IAIN Salatiga dapat menjadi satu-satunya Perguruan Tinggi Keagamaan Islam se-Indonesia yang mendapatkan predikat unit kerja pelayanan Wilayah Bebas dari Korupsi.

Proses mencapai predikat Zona Integritas Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dikenal panjang dan terjal. Bagaimana proses yang dilalui IAIN Salatiga untuk mendapat predikat tersebut?

Proses itu memang membutuhkan komitmen bersama yang kuat, serta keikhlasan untuk bersinergi satu sama lain. Saya coba jelaskan detail ya. Niat pertama kami yang utama tiada lain adalah berharap ridha Allah SWT, serta berkontribusi untuk membangun negeri. Jadi kalau nantinya kami meraih predikat WBK, tentu tak sekedar menambah semangat di dalam, tetapi lebih jauh lagi kami bisa menularkan kepada satker lain, sehingga kita bersama-sama saling bahu-membahu dalam memajukan Indonesia tercinta.

Alhamdulillah saya bersyukur dan bangga, upaya kami berujung pada predikat WBK, Alhamdulillah tsumma alhamdulillah.

Kalau diurutkan dari awal, proses untuk mencapai predikat tersebut cukup panjang dan bisa dibilang penuh rintangan, tantangan serta cobaan. Tetapi semua itu kalau kembali ke niat awal, kami seperti diberikan kekuatan ekstra untuk menjaga konsistensi dan persistensi.

Baca Juga  PPIH Mulai Bersiap Sambut Puncak Haji, Berikut Skemanya

Ikhtiar dimulai sejak tahun 2017 hingga 2020. Kami melalui proses dari nol pada tahun pertama. Pada tahun kedua nyaris berhasil, namun sayang passing grade belum terpenuhi. Kami terus berupaya menganalisa kelemahan, menemukan solusi dan meningkatkan kekuatan secara signifikan.

Seiring berjalannya waktu, selaku Rektor saya semakin concern karena ini bukan sekedar soal predikat WBK, tetapi bagaimana kami semua bersinergi terus memperbaiki diri, meningkatkan pelayanan, dan itu tadi: ikut berkontribusi dalam membangun NKRI berkemajuan.

Dalam proses transformasi menjadi UIN Salatiga ini, Allah nampaknya semakin menyayangi kami, pada tahun 2018 dan 2019 kampus kami dijadikan pilot project untuk Zona Integritas (ZI), dan puncaknya pada akhir tahun tahun 2020 kami mendapatkan predikat WBK.

Seingat saya, kalau tak salah dari Kemen PAN-RB menyatakan bahwa di tahun 2020, tim penilaian nasional mengusulkan 3691 unit kerja dari 70 kementerian, 20 pemerintah provinsi, dan 161 pemerintah kabupaten/kota. Kemudian yang lolos evaluasi ada 2570, dan yang masuk ke panel akhir ada 763 unit kerja, dengan rincian 681 untuk pelayanan WBK dan 82 untuk pelayanan WBBM.

Nah dari angka-angka tadi, Kampus kami yang sedang gegap gempita menyongsong transformasi menjadi UIN Salatiga menjadi satu-satunya unit kerja yang mewakili Kementerian Agama untuk pelayanan WBK

Jika menilik persaingan untuk mendapat predikat unit kerja pelayanan WBK sangat ketat, bagaimana IAIN Salatiga dapat meyakinkan para juri?

Jadi begini, pada dasarnya, WBK adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan, dan penguatan akuntabilitas kinerja.

Untuk memenuhi itu tadi, kami menyusun enam area perubahan dan membuat lima inovasi utama.

Prof Zaki, boleh dijelaskan lebih detail tentang enam area perubahan yang dimaksud?

Baik saya jelaskan lebih terperinci ya.

Pertama, adalah Manajemen Perubahan yang dimotori oleh Agen Perubahan Inspiratif. Dan perlu saya sampaikan bahwa Kepala Bagian Umum kami,  Diyah Rochati, pada tahun 2018 terpilih sebagai Agen Perubahan di Kementrian Agama RI.

Kedua, Penataan Tata Laksana yang diaplikasikan dengan menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) berbasis website dan membangun pelayanan perkantoran berbasis aplikasi online.

Ketiga, Penataan Sistem Manajemen SDM diwujudkan dengan melaksanakan perencanaan kebutuhan pegawai berdasarkan Analisis Jabatan (Anjab) dan Analisis Beban kerja (ABK), melakukan pola mutasi internal, melakukan pengembangan kompetensi pegawai dengan mengadakan berbagai diklat dan workshop.

Keempat, Penguatan Akuntabilitas dengan membentuk Tim penyusunan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), penguatan pengawasan dimanifestasikan dengan mengadakan sosialisasi gratifikasi di setiap unit dan membentuk Satuan Pengawasan Internal.

Kelima, Peningkatan Pelayanan Publik dengan membangun budaya pelayanan berbasis online yang transparan dan mudah diakses siapa saja.

Baca Juga  Angka Covid-19 Naik, Muhammadiyah Minta Jokowi Lockdown Jawa

Dan Keenam, membuat pelayanan terpadu satu pintu.

Kemudian, inovasi apa saja yang telah dilakukan IAIN Salatiga? Tadi Pak Rektor menyebutkan ada 5

Ini juga sangat menarik, beberapa inovasi kami beri nama dengan akronim dan istilah dalam bahasa inggris agar lebih ear catching dan mudah diingat. Tapi sebelum dijelaskan, mohon dicatat bahwa kami berkomitmen tidak hanya membuat sebutan yang keren dan enak didengar saja, tetapi inovasi tersebut memang secara nyata dapat dirasakan kegunaan serta manfaatnya.

Dari banyak inovasi, menurut saya lima ini termasuk yang terbaik, sehingga kedepan inovasi yang lain diharapkan akan bermunculan. Inovasi yang pertama disebut KUMIS AKI, kepanjangannya adalah “Kantin untuk Mahasiswa IAIN Salatiga – Ajang Kreasi dan Inovasi”;

Kemudian yang kedua adalah layanan terpadu seperti SIAKAD SISKA, E-Class, SIMONAKU, Tracer Study, SIKEU, E-VERIFIKASI, SINTESA, REPOSITORY, PUSTABIBLIA, SIRENCA, dan seterusnya;

Ada juga Sistem Informasi Manajemen IAIN Salatiga dan Sistem Absensi Android Online IAIN Salatiga dalam bentuk SIMPIS dan SKUADRON. Itu tadi yang ketiga;

Selanjutnya yang ke empat adalah Green Campus dengan pembangunan sumur resapan, panel surya, konservasi air permukaan, dan sebagainya.

Dan yang terakhir adalah SMART LIBRARY, yaitu Layanan Difabel berupa Extraordinary Corner, dan koleksi buku dalam braile.

Menarik sekali, mohon Prof Zaki menjelaskan lebih lanjut soal Kumis- Aki. Apa perbedaan kantin ini dengan kantin pada umumnya?

Begini, Kumis Aki adalah salah satu cara kami memberikan jalan keluar bagi mahasiswa yang kurang mampu. Anak-anak saya ini tidak hanya mendapatkan bantuan dalam bentuk tunai, namun juga dilatih untuk belajar berwirausaha. Salah satu harapan saya, kelak setelah lulus mereka mampu mempraktikkannya. Ada kok mahasiswa kurang mampu, pengelola kantin kampus, yang bahkan bisa secara mandiri membiayai sekolahnya hingga ke jenjang Magister atau S2.

Kalau sejarahnya dulu, Kantin Kumis Aki ini awal mulanya adalah kerjasama kampus dengan Yayasan Dompet Dhuafa Indonesia berupa Kantin Kontainer dan Kantin Kontainer Keliling.

Kembali ke soal WBK, saya percaya banyak kesulitan yang tidak kelihatan, yang dihadapi untuk mencapai predikat unit kerja pelayanan Wilayah Bebas dari Korupsi. Apa saja kesulitan tersebut, Prof?

Saya sih memilih untuk menyebutnya dengan istilah challenging. Menantang. Dan yang kita perjuangkan ini bukan semata supaya kelihatan keren dengan predikat WBK, tetapi bagaimana kita benar-benar mengaplikasikannya di dalam kampus.

Dan kedepan, saya berimajinasi bahwa semua satker secara nasional saling berlomba untuk menjadi makin bersih. Fastabiqul khairat,. ini kan indah sekali.

Kembali ke pertanyaan tadi, dari setiap tantangan (bukan kesulitan) yang ada, kami selalu bersama-sama berpikir tentang solusi dan mensimulasi segala skenario demi kebaikan bersama. Dan itu semua dilakukan dengan frame “ikhlas beramal” sehingga kami semua berkerja dan berjuang dengan ikhlas satu sama lain. Dan menurut hemat saya 3 kunci utama dalam menyelesaikan setiap tantangan yang menghadang adalah: meluruskan niat lillahita’ala dan sabar dalam arti sistematis dan ulet, kemudian menjaga konsistensi-persistensi atau istiqomah, dan jangan lupa tawakkal agar tidak mudah patah arang.

Baca Juga  Prof Al Makin Terpilih sebagai Rektor UIN Jogja, Inilah Sosoknya

Dan sebagai tambahan, kami menyadari sepenuhnya bahwa akan selalu ditemukan ketidaksempurnaan di sana-sini, tetapi saya pastikan itu justru akan menambah bahan bakar kami untuk terus memanaskan mesin agar perbaikan dapat dilakukan secara sustainable. Dan setelah satu tantangan teratasi, sebagaimana yang disampaikan diujung Surat Al-Insyirah, saya sebagai Rektor dan seluruh sivitas akademika akan terus-menerus mencari dan memberikan Inovasi agar kelak UIN Salatiga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat banyak.

Mendapatkan predikat WBK artinya memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Tujuan apa yang ingin dicapai IAIN Salatiga setelah mendapat predikat unit kerja pelayanan WBK?

Sebagaimana yang sudah saya jelaskan diatas, bukan tujuan yang utama untuk mendapatkan predikat WBK. Tentu kami bersyukur, berbahagia, dan amat berterimakasih dengan hadiah predikat tersebut, namun demikian tujuan utama kami adalah memberikan pelayanan yang lebih baik. bertahap tapi bertumbuh, berkemajuan, dengan niat ikhlas beramal dan berkontribusi untuk kemajuan NKRI.

Pencegahan korupsi adalah kerja bersama semua lapisan masyarakat. Apa kontribusi yang diberikan IAIN Salatiga untuk masyarakat terkait pencegahan KKN?

Kepada masyarakat tentu kami tak kenal lelah untuk melakukan pendidikan anti korupsi melalui mahasiswa, dosen dan karyawan yang setelah urusan kampusnya selesai, masing-masing akan kembali ke rumah dan lingkungannya. Dengan demikian kebiasaan untuk menghindari korupsi dan mengedepankan kejujuran, diharapkan secara natural dapat saling menguatkan dengan nilai kejujuran yang sudah ada dimasyarakat. Secara resmi, kami juga bisa melakukannya melalui mahasiswa dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata (KKN), kemudian Pengabdian Masyarakat oleh  Dosen, dan seterusnya. Masih banyak lagi.

Yang jelas, setelah mencapai predikat unit WBK, Kementerian Agama memberi amanah, mandat kepada kami untuk melakukan coaching kepada 20 PTKIN, sebagai pilot project unit kerja pelayanan WBK pada tahun 2021. Selain itu, kami juga diminta untuk melakukan pendampingan pilot project satu kanwil satu madrasah dalam pengembangan WBK.

Seperti yang sudah sering disebutkan, membangun WBK adalah kerja bersama. Bagaimana cara menanamkan mental WBK kepada seluruh sivitas akademika?

Dengan adanya penganugerahan predikat WBK ini, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana sivitas akademik IAIN Salatiga dapat bekerja sama menjaga nama baik sebagai kampus bersih yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Predikat kampus yang bebas dari KKN ini harus jadi value, state of mind, dan bentuk character building untuk membentuk SDM yang kompeten dan berintegritas.

Terimakasih Prof. Zaki untuk waktu yang Prof berikan. Salatiga lagi-lagi memberikan kabar baik untuk Indonesia. Setelah berulangkali dinobatkan sebagai kota paling toleran se-Indonesia, Salatiga semakin cemerlang dengan predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) yang dianugrahkan kepada kampus yang sesaat lagi, insha Allah, menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga. Semoga sukses Prof.

Wawancara dilakukan oleh tim IBTimes.ID.

Editor: Yahya FR

Admin
188 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
News

Muhammadiyah dan Arab Saudi Tetapkan Idulfitri 1445 H Jatuh pada Rabu 10 April

1 Mins read
IBTimes.ID – Pemerintah Arab Saudi menetapkan bahwa hari raya Idulfitri 1445 H jatuh pada hari Rabu, 10 April 2024. Keputusan ini berdasarkan…
News

Siswa dan Santri Muhammadiyah Harus Mampu Kembangkan Sains yang Islami

1 Mins read
IBTimes.ID – Siswa sekolah dan santri pondok pesantren Muhammadiyah harus memiliki kemampuan dalam mengembangkan sains yang tidak dilepaskan dari nilai-nilai keislaman. Hal…
News

Pengarusutamaan Moderasi Beragama untuk Generasi Muda

2 Mins read
IBTimes.ID – Pegiat Pendidikan Indonesia (Pundi) mengadakan Talkshow Ramadhan bertajuk “Haedar Nashir dan Pengarusutamaan Moderasi Beragama” di aula Ada Sarang, Banguntapan, Yogyakarta…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *