Tarikh

Nabi Ibrahim AS (4): Pelarian Hingga Menjadi Keluarga Teladan

3 Mins read

Setelah diketahui bahwa pemuda yang menghancurkan berhala itu adalah Nabi Ibrahim as, maka masyarakat Ur menangkapnya. Sebagaimana direkam dalam QS Al-Anbiya: 68-71:

“Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak.” 69. Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” 70. mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. 71. Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.”

Ayat di atas ditafsirkan oleh hampir semua orang bahwa Ibrahim dibakar, kemudian diselamatkan oleh Allah dengan firman-Nya di atas. Api yang membakarnya pun tidak mempan.

Namun, ada tafsir menarik dari Muhammad Ali dalam kitab tafsirnya. Berdasarkan kitab Bahr al-Muhith mengatakan bahwa masyarakat Ur memang memutuskan untuk membakar Ibrahim, tetapi Allah menyelamatkannya. Yaitu, terjadi ketika Ibrahim berhasil melarikan diri ke daerah Harran bersama istrinya Sarah, keponakannya Luth dan ayahnya.

Nabi Ibrahim AS di Kana’an

Ada yang mengatakan bahwa Harran itu ada di Syiria Utara. Tetapi, ada juga yang mengatakan bahwa Harran itu masuk wilayah Turki. Sebuah kota kecil yang pada masa Bani Abbasiyah memiliki peran penting dalam transfer ilmu dan filsafat dari Yunani. Sebab, dari Harran inilah para ahli filsafat Yunani ditampung oleh khalifah-khalifah Bani Abasiyah.

Di Harran, Ibrahim tidak diterima dan dimusuhi. Setelah ayahnya meninggal di sana, ia bersama keluarganya pindah ke barat dan belok ke selatan menuju Kana’an, Palestina Selatan. Saat itu Ibrahim sudah berumur 75 tahun. Luth yang saat itu juga diangkat menjadi nabi dan Rasul juga ikut ke Kana’an. Kana’an yang sebelumnya terkenal dengan tanahnya yang subur dan baik untuk pertanian, entah karena apa, mengalami kekeringan dan musibah kelaparan.

Baca Juga  Tiga Tokoh Kunci Penghapusan "Tujuh Kata" Piagam Jakarta: Moh. Hatta, Ki Bagus Hadikusumo, dan Kasman Singodimedjo

Ibrahim bersama istri dan Luth pindah ke Mesir. Namun, Luth meneruskan perjalanannya ke Sodom, sekitar Ordon, Yordania sekarang. Di situlah Luth menghadapi persoalan homoseksual dan lesbian kaumnya, sebuah masalah yang sekarang menggejala dengan sangat luar biasa. Bisa dikatakan, kebangkitan kaum Luth.

Tokoh Luth adalah symbol perjuangan pemberantasan penyakit sosial dahsyat, homoseksual dan lesbian. Alih-alih seruan Luth didengarkan, ia malah diancam hendak dibunuh. Kenyataan seperti ini tampaknya persis yang terjadi di dunia kita sekarang ini.

Hajar dan Kesetiaan Sarah

Di Mesir  Nabi Ibrahim as berkenalan dengan sang Raja. Keakrabannya bukan malah membawa berkah baginya, Sarah yang memang cantik itu ditaksir oleh sang Raja. Ibrahim bingung, tapi akhirnya menemukan ide. Ia cacati istrinya dengan melubangi telinganya.

Kepercayaan masyarakat saat itu, bila ada seorang perempuan yang telinganya dilubangi, maka ia adalah seorang budak (hamba sahaya). Dan bagi seorang raja, secantik-cantiknya perempuan kalau dia seorang budak, si Raja tidak akan mengambilnya sebagai permaisuri atau selir.

Karena lubang telinganya itu, Raja Mesir sudah tidak tertarik lagi. Mengingat telinga Sarah sudah terlanjur dilubangi dan tampak kurang bagus dipandang mata, maka Ibrahim pun menutup lubang itu dengan emas yang indah. Itulah awal mula sejarah anting-anting yang sekarang dipakai oleh ibu-ibu.

Sama halnya dengan kasusnya orang gundul. Dulu, gundul atau botak adalah tanda bahwa ia adalah seorang budak. Hingga kini, kita ini sebenarnya sering meniru orang Barat saat menghormati orang lain, yaitu dengan mengangkat topi kita ke atas. Ini seakan ingin menunjukkan bahwa “kita ini adalah seorang budak, tidak seperti kamu yang ningrat”.

Keakraban Ibrahim dengan sang raja terus berlanjut. Hingga akhirnya Ibrahim memutuskan untuk kembali ke Kana’an. Ibrahim dan Sarah diberi hadiah seorang budak perempuan hitam oleh Raja Fir’aun (Fir’aun adalah gelar untuk Raja Mesir saat itu. Tinggal Firaun yang ke berapa. Jadi tidak semua Raja Firuan adalah raja yang “dihabisi” oleh Musa). 

Baca Juga  Sastra Pers dan Gerakan Islam di Era Kebangkitan Nasional

Perempuan Mesir itu juga (lumayan) cantik. Namanya Hajar. Ada yang mengatakan bahwa Hajar itu keturunan Habsyi (Ethiopia). Tapi, ada juga yang mengatakan bahwa Hajar itu keturunan Ham. Namun, yang jelas, meskipun hitam tapi Hajar adalah perempuan yang cantik.

Keluarga Teladan

Saat kembali ke Kana’an, usia Nabi Ibrahim as sudah cukup tua ukuran orang sekarang. Sarah saja saat itu sudah berumur 75 tahun. Karena merasa tidak bisa memberi keturunan kepada Ibrahim, maka Sarah pun mengijinkan untuk membebaskan Hajar dan menikahinya.

Dari Hajar lahirlah Ismail, seorang putra yang selama ini ditunggu-tunggu. Ismail berasal dari kata Isma yang artinya mendengar dan El yang berarti Tuhan, artinya Tuhan Yang Maha Mendengar doa-doa Nabi Ibrahim. Dalam QS. Ibrahim: 39, Allah mengingatkan,

ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى ٱلۡكِبَرِ إِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَۚ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ ٣٩

Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.

Dari keluarga Nabi Ibrahim as, kita bisa meneladani kesetiaan Sarah dalam menjalankan perintah Allah. Ia setia mendampingi Nabi Ibrahim dalam suka dan duka saat mendakwahkan Islam agama tauhid. Sejak dari Babilonia di Iraq, saat dimusuhi, diusir, dikecam, diancam dan bahkan dibakar oleh kaumnya yang musyrik. Mereka berdua kemudian hijrah ke Syiria, lalu ke Palestina, ke Mesir dan kembali lagi ke Palestina. Semua itu dijalani oleh Sarah dalam rangka ikut mendampingi Nabi Ibrahim dalam menyampaikan risalah kenabian yang beliau emban.

Kita tentu tidak mendapat tugas seberat Ibrahim. Tetapi, setidaknya, kita bisa ikut mendorong suami kita atau istri kita untuk peduli kepada eksistensi agama Allah di muka bumi ini. Terlebih lagi, Islam sekarang  diserang dari dari segala penjuru oleh orang-orang kafir. Setidaknya, kita bisa mendukung suami dan istri kita agar ikut pengajian bersama ibu-ibu yang lain.

Baca Juga  Nasruddin Hoja Minta Guru Besar Turun Dari Kursinya

Kita dorong suami kita untuk ikut aktif di ormas-ormas Islam seperti Muhammadiyah. Begitu juga istri ikut mengikuti pengajian dan semangat menuntut ilmu dalam pengajian yang diadakan oleh ormas Islam perempuan seperti Aisyiyah. Wallahu a’lamu.

Editor: Nabhan

Avatar
6 posts

About author
Penulis. Guru SMA Muhammadiyah 1 Sumenep
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *