Review

Novel Blumbangan, Pengingat Kenangan tentang Orde Baru

2 Mins read

Membaca buku Blumbangan sama halnya dengan seseorang membuka kembali sejarah yang terbilang sudah mulai hilang dari ingatan beberapa orang. Banyak yang menimang-nimang, bahwa pada Orde Baru adalah masa di mana perpolitikan menjadi alur yang sangat membingungkan. Ada juga yang mengatakan, Orde Baru-lah arus politik yang sebenarnya. 

Kebingungan tentang Sejarah Polemik Orde Baru

Pada faktanya, saat itu Indonesia yang sedang membangun kejayaan memang ditawarkan dengan berbagai persoalan politik negara yang menyangkutpautkan orang-orang yang tidak bersalah. Hingga kemudian perjalanan sejarah ini menjadi tanda tanya di era sekarang. Atau lebih tepatnya, orang sekarang masih dibingungkan dengan polemik di era Orde Baru.  

Masih banyak orang kurang asupan sejarah yang terjadi di era Orde Baru, hingga memunculkan beberapa kontroversi yang terjadi di masyarakat saat ini. Beberapa mengatakan, perjalanan sejarah di Orde Baru sesuai dengan apa yang dikatakan oleh pemerintah. Di sisi lain ada yang mengatakan Orde Baru, tidak semua seperti itu, ada beberapa fakta yang dihilangkan. 

Dua pendapat ini memang selalu bersinggungan. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan tujuan pemerintah memang ingin membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi. Sedangkan di sisi lain, tujuan dari masyarakat yang paham Orde Baru ingin membuktikan, bahwa fakta sejarah itu penting. Untuk menjadi pembelajaran di masa yang akan datang. 

Blumbangan, Novel Pergulatan Kemanusiaan di Era Orde Baru

Dalam buku inilah sebenarnya menunjukkan, bagaimana pergulatan yang terjadi di era Orde Baru. Perjuangan orang-orang desa yang ingin mendapatkan kemerdekaan dan arti kemanusiaan. Sebagaimana yang tertera dalam ideologi Pancasila, kemanusiaan yang adil dan beradab. Dan masyarakat juga berhak untuk bersuara ketika tidak mendapatkan keadilan itu. 

Baca Juga  Bagaimana Posisi Perempuan dalam Ruang Politik Kita?

Menariknya, pergulatan yang terjadi di Orde Baru digambarkan dalam sebuah novel. Di mana seorang pembaca akan dilarikan pada dimensi surat-menyurat antara seorang lelaki dan perempuan yang saling menimba kasih. Kemudian pergulatan percintaannya dibumbui dengan politik yang terjadi pada saat itu.  

Secara gamblang, novel Blumbangan ingin mengisahkan perjuangan wong cilik. Orang-orang yang ingin membudayakan apa yang memang menjadi ciri khas Indonesia. Orang-orang yang dari kalangan derajat yang lebih rendah, ingin mendapatkan kesetaraan sesuai dengan nilai kemanusiaan. 

Sayang, perjalanan percintaan yang terjadi dalam novel ini tidak menuai ending yang menyenangkan.  Banyak orang terkasih yang menghilang tanpa jejak. Ketika hari ini bercanda, maka di keesokan harinya ia akan pergi tidak kembali.

Sebagaimana yang terjadi pada tokoh utama, Meriendani, yang meninggalkan rumah, dan kembali hanya bisa bertemu dengan ibunya yang termenung karena kepergian ayah dan kakeknya yang tidak pernah kembali. 

Selain itu, kekasihnya yang hampir setiap hari mengunjungi indekosnya dan selalu meminta kopi yang sedikit pahit, juga pergi meninggalkannya. Karena kekasihnya tumbang dalam perjalanan menuju perjuangan. Hingga akhirnya ia menyadari, dirinya tidak pernah menemukan keadilan dalam dirinya sendiri, hidupnya, hingga negara. 

Novel Blumbangan sebagai Bahan Renungan

Sangat menarik dikaji, selain menjadi bahan renungan. Buku ini menggambarkan, bagaimana latar belakang perjuangan yang terjadi di masa Orde Baru. Novel ini bisa menjadi motivasi untuk seseorang dalam meniti sebuah perjuangan yang sesuai dengan norma dan nilai kemanusiaan.

Selain itu, pergulatan yang terjadi di novel ini juga akan membawa pembaca untuk lari dalam sebuah sejarah. Pengetahuan baru yang bisa dijadikan modal untuk memperbarui negara tercinta menjadi lebih baik. Menuju arah politik yang baik dan menyejahterakan rakyat. Sesuai dengan ideologi Pancasila

Baca Juga  Benang Kusut Argumen Khilafah

Untuk itu, sudah seharusnya buku ini berada di tangan penikmat buku. Selain ini adalah sebuah novel yang imajinatif serta sejarah  yang juga menjadi bumbu dalam setiap paragrafnya.

Dengan bahasa yang sistematis dan mudah dipahami, pembaca akan dengan mudah menguasai buku ini. Semoga pembaca juga memiliki jalan tengah tentang pemikirannya.

Editor: Zahra

novel blumbangan orde baru

Judul: Blumbangan 

Penulis: Narko Wirahasta 

Penerbit: Basa-Basi 

Terbit: November 2017

ISBN: 978-602-6651-21-1

Tebal: 151 Halaman

Suroso
1 posts

About author
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga
Articles
Related posts
Review

Madzahibut Tafsir: Meneliti Madzhab Tafsir dari Klasik hingga Kontemporer

4 Mins read
Prof. Abdul Mustaqim menulis buku berjudul “Madzahibut Tafsir, Peta Metodologi Penafsiran Al-Qur’an Periode Klasik Hingga Modern”. Buku ini terbit cetakan pertama pada…
Review

Debat Bergengsi Epikureanisme vs Stoikisme Tentang Tuhan

3 Mins read
Wacana mengenai ketuhanan bukanlah persoalan yang baru muncul pada zaman kontemporer ini. Jauh sebelum Islam dan Kristen lahir di dunia ini, manusia…
Review

Pasang Surut Politik Islam dalam Gelanggang Sejarah Bangsa Indonesia

5 Mins read
Islam sebagai sumber moralitas dan idealitas tidak mungkin dipisahkan dari wawasan kekuasaan. Kekuasaan tanpa didasari moralitas hanya akan melahirkan banalitas sebagaimana yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *