Riset

QS al-A’la Ayat 1-5 dan Budaya Akademik

2 Mins read

Tanggal 17 Ramadhan disepakati oleh jumhur ulama sebagai hari peringatan pertama kali turunnya Al-Qur’an. Oleh umat Islam, momentum itu lebih dikenal dengan istilah nuzulul Qur’an.

Jumhur Ulama menyepakati bahwa surat yang pertama kali turun adalah surat al-‘Alaq, yang dalam mushaf ‘Utsmani surat tersebut bernomor urut 96. Secara keseluruhan, surat al-‘Alaq terdiri dari 19 ayat. Dari kesembilan belas ayat dalam surat al-‘Alaq, yang pertama kali diturunkan adalah lima ayat pertama (ayat pertama sampai dengan ayat kelima).

Ayat pertama surat al-‘Alaq memerintahkan kita untuk melakukan aktivitas membaca. Dalam ayat tersebut, Allah menggunakan kata kerja perintah (fi’l al-amr) yakni ” iqra’ “. Menurut Mahmud Yunus (1972) dan Ahmad Warson Munawir (1997), kata ” iqra’ ” merupakan turunan dari kata qaraa-yaqrau yang artinya membaca. Dengan demikian, kata ” iqra’ ” jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia maka makna dasarnya adalah “bacalah”.

Kata  ” iqra’ ” dalam ayat pertama surat al-‘Alaq, selain mengandung makna dasar, juga memiliki makna relasional. Menurut Salman Harun (2019), makna relasional ” iqra’ ” adalah membaca secara luas dan mendalam yakni sampai dengan melakukan aktivitas penelitian dalam rangka menumbuh-kembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan makna relasional dari kata ” iqra’ ” dalam ayat pertama surat al-‘Alaq itulah, maka momentum peringatan Nuzulul Qur’an 1441 H hendaknya dijadikan pendorong spirit ummat Islam untuk melakukan aktivitas riset ilmiah untuk menumbuh-kembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perintah membaca dalam ayat pertama surat al-‘Alaq tidak disebutkan obyeknya. Dalam kaidah bahasa Arab manakala perintah tidak diikuti oleh obyek khususnya maka obyeknya adalah umum. Obyek umumnya adalah semua ciptaan Allah, baik ayat-ayat qauliyyah maupun ayat-ayat kauniyyah (Salman Harun, 2019).

Baca Juga  Antara Peradaban Timur dan Barat

Ayat pertama surat al-‘Alaq juga memberikan pesan bahwa aktivitas membaca (melakukan riset ilmiah dalam rangka menumbuh-kembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi) hendaknya dilandasi keikhlasan karena Allah semata. Mengapa demikian? Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat kita temukan dalam ayat kedua.

***

Ayat kedua surat al-‘Alaq memberikan keterangan bahwa Allah telah menciptakan manusia dari sesuatu yang lemah, yang dalam ayat tersebut disebutkan dengan istilah ” ‘alaqun “. Dalam ilmu Embriologi, ” ‘alaqun ” dikenal dengan istilah blastomer, yakni zigot yang menempel pada rahim. Walaupun berasal dari sesuatu yang lemah, namun jika pertumbuhan dan perkembangannya normal, dapat menjadi janin dengan organ tubuh yang lengkap. Uraian tentang hal tersebut dapat kita jumpai dalam Q.S. al-Mu’minun (23): 12-13.

Jika manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya, maka manusia adalah makhluk terbaik. Allah menyatakan hal itu dalam Q.S. al-Tin (95): 5. Oleh karenanya, manusia yang semula diciptakan dari sesuatu yang lemah kemudian menjadi makhluk terbaik, hendaknya mengabdi kepada Allah Swt dengan senantiasa beriman dan beramal shalih, yang salah satu bentuk turunannya adalah melakukan riset ilmiah dalam rangka menumbuh-kembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi peradaban.

Aktivitas riset ilmiah untuk menumbuh-kembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi peradaban yang dilandasi oleh keikhlasan karena Allah semata, in syaa Allah, akan semakin mendekatkan diri manusia kepada Allah. Jaminan tersebut dapat kita jumpai dalam ayat ketiga surat al-‘Alaq di mana Allah menyejajarkan ungkapan “iqra'” dengan ungkapan “rabbuka al-akram”.

Ayat keempat surat al-‘Alaq memberikan panduan juga kepada kita bahwa kesuksesan budaya “membaca” akan lebih optimal manakala disertai dengan budaya “menulis”. Dalam ayat tersebut,  disebutkan bahwa tulisan adalah salah bentuk pengajaran (ta’lim). Sebagai bentuk pengamalan ayat tersebut, proses dan hasil riset ilmiah dalam rangka menumbuh-kembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemajuan peradaban, hendaknya ditulis dengan benar dan baik.

Baca Juga  Lazismu, Anak Muda, dan Gerakan Filantropi untuk Ekologi

Selain ditulis, proses dan hasil riset ilmiah dalam rangka menumbuh-kembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi peradaban, hendaknya juga dipublikasikan. Diseminasi karya ilmiah tersebut merupakan pesan tersirat dari ayat kelima surat al-‘Alaq.

***

Semoga momentum peringatan Nuzul Al-Qur’an tahun 1441 H ini memberikan spirit kepada kita senantiasa melakukan riset ilmiah menumbuhkembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semoga kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mampu memberikan kontribusi bagi kemajuan peradaban.

Semoga tulisan singkat ini bermanfaat. Semoga pandemi Covid-19 segera berakhir dan kehidupan menjadi lebih baik.

Wa Allah a’lamu bi al-shawab.

Editor: Yahya FR

Avatar
33 posts

About author
Staf Pengajar UIN Sunan Kalijaga, Fakultas Sains dan Teknologi. Santri Pondok Pesantren Islam al-Mukmin Ngruki Tahun 1991-1997.
Articles
Related posts
Riset

Membuktikan Secara Ilmiah Keajaiban Para Sufi

2 Mins read
Kita barangkali sudah sering mendengar kalau para sufi dan bahkan Nabi-nabi terdahulu memiliki pengalaman-pengalaman yang sulit dibuktikan dengan nalar, bahkan sains pun…
Riset

Lazismu, Anak Muda, dan Gerakan Filantropi untuk Ekologi

2 Mins read
“Bapak ini kemana-mana bantu orang banyak. Tapi di kampung sendiri tidak berbuat apa-apa. Yang dipikirin malah kampung orang lain,” ujar anak dari…
Riset

Pengorbanan Ismail, Kelahiran Ishaq, dan Kisah Kaum Sodom-Gomoroh

4 Mins read
Nabi Ibrahim as. yang tinggal Hebron mendapat berusaha menjenguk putra satu-satunya. Sebab pada waktu itu, Sarah sudah uzur dan belum juga hamil….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *