Feature

Pak Haetami, Kyai Muhammadiyah yang Gigih Berjuang

5 Mins read

Mementingkan SDM Kader dan Mubaligh Muhammadiyah

Saya mengenal beliau ketika saya ke PDM Garut untuk mengunjungi PCM panawuan dan membuat film tentang Muhammadiyah Panawuan. Saya menginap di Kediaman Haji Ocin. Haji Ocin adalah nama panggilan masyarakat garut utk Haji Husain. Haji Husain merupakan putra dari salah satu pendiri Muhammadiyah Garut sekaligus pemilik dari Dodol Garut yg sangat terkenal yaitu Dodol Piknik.

Ketika malam hari, saya menginap di kediaman Haji Ocin. Usai Sholat Isya, saya ditemui Haji Haetami dan diajak beliau untuk bertemu dengan pengurus dan anggota KMM (Korps Muballigh Muhammadiyah) Garut di sebuah musala Muhammadiyah.  Di situ, saya mendengarkan ikhtiar beliau untuk terus menghidup-hidupkan kan KMM (Korps Mubaligh Muhammadiyah) Garut.

Kyai Haji Haetami menginginkan agar seluruh masjid dan musala muhammadiyah harus dibina oleh KMM juga Masjid dan Musholla yang ada di kantor-kantor pemerintah dan tempat tempat umum.

Beliau juga bercerita tentang pentingnya dakwah dari para pengurus dan mubaligh Muhammadiyah di daerah daerah terpencil dan pelosok, khususnya di daerah garut Selatan. Daerah-daerah di Garut selatan yang sangat jauh dari pusat kota kabupaten. 

***

Muhammadiyah harus menyiapkan dengan sungguh sungguh kader-kader Mubaligh Muhammadiyah yang bersedia terjun di daerah daerah pelosok dan terpencil agar mereka mengenal Islam dengan lebih baik. Dan diharapkan, akan mampu menjalani kehidupan yang lebih  baik.

Pak Haetami kemudian mengenalkan saya beberapa Mubaligh Muhammadiyah. Mereka berasal dari Garut Selatan. Mereka awalnya anti dan tidak mengenal Muhammadiyah, namun akhirnya bisa berubah menjadi mubaligh dan pejuang Muhammadiyah yang gigih setelah mengenal Islam dan mengenal Muhammadiyah dengan lebih baik.

Almarhum betul-betul menginginkan para mubaligh Muhammadiyah hadir di tengah tengah warga Muhammadiyah dan ummat untuk memberikan pencerahan dan solusi terhadap persoalan ummat. Bila Muhammadiyah tidak menyiapkan SDM Mubaligh Muhammadiyah dengan sungguh sungguh,  maka Muhammadiyah akan dengan cepat ditinggalkan ummat dan tinggal menjadi sejarah di masa lalu.

Sangat Peduli Pada Pengembangan Cabang dan Ranting Muhammadiyah

Perjumpaan kami selanjutnya adalah pada acara acara Muhammadiyah di PWM Jawa Barat dan acara acara Muhammadiyah tingkat nasional terutama pada Pengajian Ramadhan PP Muhammadiyah. Setelah itu, saya mengenal dan bertemu beliau di acara acara LPCR (Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting).

Apa hubungan pak Kyai Haetami dengan Cabang dan Ranting Muhammadiyah serta LPCR? sejak Musywil PWM Jawa Barat periode Muktamar Makasar, Pak Haetami diamanahi menjadi Wakil Ketua PWM yang membidangi LPCR.

Baca Juga  Merantau dan Perjalanan untuk Hidup yang Baik dan Mulia

Dengan amanah ini, membuat Pak Haetami yang peduli dakwah di Cabang dan Ranting, menjadi semakin bertambah kepeduliannya nasib dan perkembangan Cabang dan Ranting Muhammadiyah.

Pada awalnya, beliau sangat prihatin terhadap kondisi Cabang dan Ranting Muhammadiyah di Jawa Barat yang mayoritas berada di kelompok warna merah dan kuning menurut klasifikasi keaktifan menurut SICARA (Sistem Informasi Cabang Dan Ranting).

Kondisi ini membuat Pak Kyai Haetami kemudian sangat bersemangat untuk menggerakkan dan mengembangkan Cabang dan Ranting Muhammadiyah di PWM Jawa Barat. Beliau datangi PDM PDM se-Jawa Barat serta beliau kumpulkan para ketua Cabang dan Ranting di tiap-tiap daerah yang beliau kunjungi agar bersemangat dan berseungguh sungguh dalam mengelola Cabang dan Ranting.

Para Ketua PDM dan ketua LPCR di masing masing PDM diminta untuk bersungguh sungguh memperhatikan Cabang dan Ranting termasuk dalam menyelesaikan pemetaan/pendataan Cabang dan Ranting sesuai SICARA.

***

Karena rata rata pengurus LPCR PWM Jawa Barat sudah berusia lanjut, maka pak Haetami hampir melakukan semua kegiatan pemetaan ini sendirian. Beliau pernah berseloroh pada saya ketika kami dari LPCR PP mengadakan kunjungan dan pertemuan khusus dengan Pimpinan Wilayah Jawa Barat dan LPCR PWM, Pak Haetami berkata ” Pak Jamal, ketika kami ke daerah daerah utk penuntasan pemetaan Cabang dan Ranting, kami sudah siapkan kertas dan form pengisiannya.

Kami sudah siapkan amplop besar beserta prangko dan alamat pengirimannya ke PWM agar PDM PDM tinggal kirim hasilnya setelah selesai mengisi data. Namun yang mengisi data dan mengirimkan hasil pemataan hanya PDM Depok, Garut, dan PDM Kota Bandung.

Ternyata, kesadaran pentingnya pemetaan dan data masih sangat rendah di PDM-PDM di PWM Jawa Barat. Demikian keprihatinan yang disampaikan pak Kyai Haetami tentang kondisi Cabang dan Ranting di Jawa Barat.

Kondisi ini bukan membuat Pak Kyai Haetami mengeluh. Namun malah membuat beliau sangat bersemangat. Beliau undang Ketua PDM dan LPCR PDM untuk menyelesaikan amanah pemetaan sesuai SICARA.

Beliau buat kontrak komitmen dengan sahabat-sahabat beliau dari PDM tentang kepastian waktu penyelesaian pemetaan Cabang dan Ranting. Dengan pendekatan dari hati ke hati disertai menyepakati waktu penyelesaian pemetaan, maka tahap demi tahap satu persatu PDM mulai melakukan pemetaan Cabang dan Ranting.

Pribadi yang Saleh dan Penuh dengan Contoh Keteladanan

Ketika saya hadir mengikuti takziyah Virtual atas wafat dan Syahid-nya Kyai Haetami yang diadakan oleh PWM dan PWA Jawa Barat, saya mendengar dan menyaksikan ungkapan takziyah serta kesan-kesan yang disampaikan oleh para sahabat beliau dari PDM Garut dan sahabat beliau dari PWM Jawa Barat juga dari istri dan putra beliau.

Baca Juga  Tarawih dan Ziarah ke Masjid Sayyidina Husein: Menyaksikan Cinta Tulus Orang-orang Mesir

Dari Ketua PWM Jawa Barat, Pak IR Syuhada dan para wakil ketua PWM yang menyampaikan kesan tentang Kyai Haji Haetami, diperoleh gambaran tentang sosok beliau yang tekun dalam bekerja, disiplin waktu, disiplin administrasi, dan disiplin dalam mempraktikkan seluruh aturan dan kaidah persyarikatan Muhammadiyah.

Kyai Haetami juga digambarkan sebagai pimpinan Muhammadiyah Jawa Barat yang paling paham Kaidah organisasi dan paling konsisten dalam mempraktikkannya. Kyai Haetami juga paling rajin mengimplementasikan PHIWM (Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah) dalam kehidupan berorganisasi, kehidupan pribadi, maupun kehidupan berkeluarga. Beliau selalu memberikan contoh pentingnya Kultum (pengajian singkat) sebelum rapat seperti yang ditunjukkan oleh PHIWM.

Bila dijumlahkan dalam rapat-rapat di PWM, maka Kyai Haetami lah yang paling sering memberikan Kultum dalam rapat rapat PWM Jawa Barat. Mengapa? Karena oleh para pimpinan PWM Jawa Barat, Kyai Haetamilah yang dihormati sebagai pimpinan Muhammadiyah yang tawadhu’, saleh, dan betul-betul dapat dijadikan teladan baik dalam bertutur kata, bersikap, dan berprilaku.

***

Kyai Haetami merupakan salah satu pengurus PWM yang tinggal di luar kota. Pengurus PWM yang tinggalnya paling jauh dari kantor PWM. Jauhnya tempat tinggal tidak menyebabkan beliau jarang ke Kantor PWM Jawa Barat di Kompleks Masjid Al Mujahidin Bandung. Namun jauhnya tempat tinggal di luar kota malah menjadikan Kyai Haetami sangat rajin datang ke Kantor PWM dan sangat disiplin datang tepat waktu. Dalam usia yang semakin sepuh, almarhum tetap rajin menempuh perjalanan ke kantor PWM juga daerah-daerah termasuk mengunjungi Cabang dan Ranting.

Pak Haetami yang saya saksikan adalah pribadi yang selalu murah senyum, wajahnya bersih dan bercahaya. Kebersihan dan cahaya di wajahnya, saya yakini sebagian cerminan dari hatinya yang bersih, amalnya yang ikhlas dan pikirannya yang positif.

Almarhum sangat membenci konflik dan permusuhan serta perilaku kasak-kusuk dalam kehidupan dan berorganisasi. Di acara acara LPCR maupun di acara lainya yang hadir bersama beliau, pak Haetami selalu hadir di awal waktu, tekun, dan aktif menyimak selama acara berlangsung, tidak mau meninggalkan acara sebelum selesai. Pak Haetami memang figur aktivis Muhammadiyah yang langka.

Baca Juga  Posisi Hadis Mauquf, Mursal, dan Daif bagi Muhammadiyah

Kyai Haetami Sebagai Suami dan Ayah

Bagaimana sosok Kyai Haetami sebagai suami dan ayah dari anak-anaknya dituturkan oleh sang istri dan putra, lelakinya. Ibu Hajah Haetami menuturkan kebangaannya bersuamikan pak Haetami. Beliau telah berumah tangga dan pak Haetami sebagai suami istri selamat empat puluh enam tahun.

Selama berumah tangga yang hampir setengah abad yang dirasakan oleh bu Hajah Haetami adalah serba kebaikan. Pak Haetami bila melihat istri dan anak anaknya melakukan tutur kata dan perbuatan yang kurang baik menurut pak Haetami, maka pak Haetami tidak memarahi namun menegur dengan ungkapan yang lembut dan baik.

Pak Haetami tidak langsung menyalahkan apalagi menggurui. Beliau menyarankan bahwa yang baik dan yang seharusnya dilakukan adalah seperti ini. Disampaikan pula oleh istri beliau bahwa dalam menjalani kehidupannya, Pak Haetami lebih memilih memberi teladan dengan perbuatan bukan dengan kata kata.

Ketika saya menyaksikan ungkapan Bu Haetami tentang sosok suaminya, saya jadi teringat kisah Ummahatul Mu’minin Siti Aisyah ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah Muhammad SAW beberapa hari setelah Rasulullah wafat.

Bunda Aisyah radliyallahu ‘anha bertutur dengan haru saking bahagianya menjadi istri Rasulullah. Apa kata Bunda Aisyah tentang Rasulullah Muhammad SAW, ” Indah, indah, dan Indaaaaah”. Bahagianya Pak Kyai Haetami menjadi sosok suami yang dibanggakan oleh istrinya.

***

Bagaimana Pak Kyai Haetami sebagai ayah. Putra lelaki beliau menuturkan bahwa sebagai putranya,  ia sangat merasa kehilangan sosok ayah teladan. Seorang ayah yang selalu memberi teladan dalam bertutur kata, bersikap, dan berprilaku.

Seorang ayah yang tekun dan pekerja keras. Seorang ayah yang sangat disiplin menjaga kebersihan dirinya apalagi saat pandemi. Seorang ayah yang yang tak kenal lelah dalam berdakwah melalui persyarikatan Muhammadiyah.

Hidupnya betul betul dicurahkan untuk berdakwah namun tetap memberikan perhatian khusus kepada istri dan putra-putrinya. Dalam kondisi kurang sehat pun, Pak Haetami masih selalu memikirkan tentang dakwah dan dakwah.

Melihat ayahnya yang penuh keteladanan, maka para putra putrinya akan berusaha untuk meneruskan perjuangan ayahnya untuk aktif di persyarikatan Muhammadiyah.

Selamat jalan seniorku.

Selamat jalan sahabatku.

Selamat jalan guru dan Kyai.

Selamat jalan pimpinan.

Selamat jalan pribadi yang penuh keteladan.

Semoga Syahid untukmu.

Semoga rida Allah dan Surga Firdaus untukmu.

Editor: Yahya FR

Muhammad Jamaluddin Ahmad
5 posts

About author
Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Articles
Related posts
Feature

Kedekatan Maulana Muhammad Ali dengan Para Tokoh Indonesia

3 Mins read
Ketika kita melakukan penelusuran terhadap nama Maulana Muhammad Ali, terdapat dua kemungkinan yang muncul, yakni Maulana Muhammad Ali Ahmadiyah Lahore dan Maulana…
Feature

Mengkritik Karya Akademik: Sebenarnya Menulis untuk Apa?

3 Mins read
Saya relatif jarang untuk mengkritik tulisan orang lain di media sosial, khususnya saat terbit di jurnal akademik. Sebaliknya, saya justru lebih banyak…
Feature

Sidang Isbat dan Kalender Islam Global

6 Mins read
Dalam sejarah pemikiran hisab rukyat di Indonesia, diskusi seputar Sidang Isbat dalam penentuan awal bulan kamariah telah lama berjalan. Pada era Orde…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *