Suatu kebudayaan tidak mungkin ada dengan sendirinya tanpa dipengaruhi oleh unsur-unsur dari kebudayaan lain. Setiap kebudayaan yang dimiliki oleh suatu bangsa memiliki pertalian erat dengan kebudayaan lain yang mempengaruhinya. Seperti tradisi paganisme di Timur Tengah pada Abad Kelima Masehi merupakan bentuk pengaruh kebudayaan Persia dan Romawi (Byzantium). Memasuki abad kelima Masehi, Persia dan Romawi merupakan kekuatan politik adidaya yang mewarnai dunia, termasuk kawasan Timur Tengah.
***
Pola hubungan saling mempengaruhi antara suatu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya, dalam konteks sejarah peradaban Persia dan Romawi, dapat dilacak sejak Zaman Aksial (800-200 SM). Timur Tengah pada Zaman Aksial merupakan titik persinggungan antara dua kekuatan politik dan kebudayaan global. Di samping kawasan ini memiliki nilai historis yang sakral, Imperium Persia dan Romawi saling berebut pengaruh untuk menguasai tempat-tempat strategis.
Pada masa kekuasaan Cyrus The Great (550-530 SM), bangsa Persia berhasil meluaskan wilayah kekuasaan Dinasti Achameneids mencapai Babilonia, Palestina, Syria, dan beberapa wilayah di Asia Kecil hingga Mesir. Babilonia merupakan pusat peradaban yang paling kokoh di antara negara-negara Timur Tengah.
Palestina adalah negara yang memiliki nilai historis sakral di antara tiga agama besar: Yahudi, Nasrani, dan Islam. Syria merupakan negara pertama yang mampu melahirkan komunitas Nasrani terbesar pada masa Pasca Aksial. Sementara Mesir merupakan negara kuat yang menguasai hampir seluruh kawasan Mesopotamia pada waktu itu.
Pada era pemerintahan Darius I (485-522 SM), kekuasaan Dinasti Achameneids membentang dari lembah dan Sungai Indus di timur hingga wilayah perbatasan Yunani di barat. Mulai pemerintahan Darius I, Ibukota Dinasti Achameneids dipindah ke kota Susa, bersamaan dengan ditaklukkannya Mesopotamia.
Masa-masa penaklukan inilah yang amat strategis bagi proses penyebaran kebudayaan Persia ke kawasan Timur Tengah. Negara-negara penting yang ditaklukkan persia meliputi Syria (Damaskus), Palestina (Jerusalem), dan Yaman (Himyar). Lewat kekuasaan, proses penyebaran kebudayaan memang sangat efektif. Terbukti pada Zaman Aksial, peradaban Persia mendominasi kawasan negara-negara Timur Tengah ini.
Pada masa penaklukan Alexander The Great, orang-orang Yunani menguasai Persia. Tetapi, sesungguhnya kekuasaan Alexander masih tetap berada di bawah peradaban Persia, sekalipun di dalamnya terdapat konfrontasi yang amat tajam antara dua kebudayaan (Persia dan Yunani).
Alexander The Great membangun sebuah kota sebagai simbol kejayaannya di tepi Sungai Nil (Mesir). Nama kota ini dinisbatkan kepada namanya, Iskandariyyah, yang berarti ”Kota Alexander.” Lewat Iskandariyyah inilah peradaban Yunani dan Persia mempengaruhi bangsa Mesir dan bangsa-bangsa di sekitarnya.
Memasuki era Dinasti Sassanids, bangsa Persia mencapai puncak kejayaannya sewaktu Kusraw Nushirvan (531-579 M) berkuasa. Mulai saat inilah pusat pemerintahan persia di pindah ke Chtesipon (Madain, Irak). Tampaknya, Kusraw Nushirvan mengikuti pola kebijakan pendahulunya pada era Achameneids sewaktu Darius I berkuasa, yakni membangun pusat kekuasaan di kawasan Mesopotamia.
Sebagai kekuatan peradaban Adidaya (Super Power), imperium Persia meluaskan pengaruhnya di seluruh belahan dunia. Termasuk di kawasan Timur Tengah, seperti Palestina (Jerusalem), Yaman, dan Syria. Lewat ekspansi-ekspansi militer dan perdagangan yang dilakukan bangsa Persia memudahkan proses difusi dan akulturasi antar kebudayaan.
Kekuasaan memang sangat efektif dan amat menentukan bagi proses transfomasi kebudayaan. Tidak jarang pihak yang berkuasa cenderung memaksakan kebudayaannya supaya diterima oleh pihak yang dikuasai. Sebaliknya, pihak yang dikuasai cenderung mengikuti kebudayaan para penguasa. Mereka yang terjajah menganggap kebudayaan pihak penguasa jauh lebih unggul atau lebih baik dibanding kebudayaan milik mereka sebagai kelompok tertindas.
Kepercayaan Zoroastrianisme pada Zaman Aksial merupakan salah satu dari sekian banyak kepercayaan yang mendominasi bangsa-bangsa di Timur Tengah. Di samping kepercayaan orang-orang Mesir kuno, Paganisme ala baduwi, dan Agama Yahudi, bangsa-bangsa di Timur Tengah menganut kepercayaan Zoroastrianisme.
Pengaruh-pengaruh kebudayaan Persia, di samping lewat kekuasaan, juga ditopang dengan berkembangnya sistem perdagangan antar negara. Sungai Furat (Euphrate) menjadi jalur perdagangan yang menghubungkan para pedagang dari Persia maupun negara-negara di Timur Tengah. Dengan berkembangnya sistem perdagangan antar negara menjadikan negara-negara yang terlibat dalam jalur perdagangan ini menjadi maju.
Tampak sekali pengaruh kebudayaan Persia di Timur Tengah, terutama dalam bidang perekonomian. Orang-orang Timur Tengah banyak menggunakan produk-produk bangsa Persia, seperti permadani, tembikar, sutra, dan lain-lain. Dalam melakukan transaksi perdagangan, bangsa Persia menggunakan mata uang dirham. Mata uang yang terbuat dari logam perak, sebagai alat tukar yang sah. Orang-orang di Timur Tengah juga menggunakan dirham sebagai alat tukar yang sah. (Bersambung)
***
*)Tulisan ini merupakan seri kedelapan dari serial Fikih Peradaban Islam Berkemajuan yang ditulis oleh sejarawan Muhammadiyah, Muarif.
Seri 1 Fikih Peradaban Islam Berkemajuan: Ikhtiar Menulis Sejarah Pendekatan Budaya
Seri 2 Fikih Peradaban Islam Berkemajuan: Alquran, Wahyu yang Menyejarah
Seri 3 Fikih Peradaban Islam Berkemajuan: Kisah dalam Alquran: Tujuan dan Ragam Qashash
Seri 4 Fikih Peradaban Islam Berkemajuan: Khalifatullah fil Ardh: Manusia sebagai Aktor Peradaban
Seri 5 Fikih Peradaban Islam Berkemajuan: Ras Merupakan Kekeliruan Besar: Sanggahan Atas Teori Ras
Seri 6 Fikih Peradaban Islam Berkemajuan: Evolusi Kebudayaan: Tidak Ada Bangsa Pilihan
Seri 7 Fikih Peradaban Islam Berkemajuan: Relasi Kebudayaan dan Kekuasaan
Editor: Yusuf