Feature

Rakernas dan Dinamika Dunia Wakaf

4 Mins read

Jogja, Jumat 1 November 2024. Pukul 05.30 pagi dengan sebuah mobil dari Ringrud Selatan Jogja kami menuju Kartasura. Di perjalanan ikut bergabung Kang Untung, Pak Jarot, dan Pak Sultoni. Kami melalui jalan tol baru dan masuk dari Klaten. Di Kartasura ikut bergabung Pak Ari dan Mbak Eny.

Tujuan kami adalah Jakarta dengan acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Ke-2 Majelis Pendayagunaan Wakaf (MPW) PP Muhammadiyah. Majelis tingkat Pusat ini berkantor di Jakarta. Tetapi sebagian pengurusnya berdomisili di Jogja dan Jateng.

Walau memiliki banyak aset, majelis ini masih “majelis air mata.”  Sedang berjuang dan belum berhasil menjadi “majelis mata air.” Untungnya perjalanan kami dibantu UMY dengan HiAce yang disopiri Mas Dadang. Perjalanan mengasikkkan  ini pun dimulai dengan menikmati sarapan di Soto Ledokan Kartasura, soto yang lezat dan legendaris.

Rakernas menjadi ajang silaturrahmi antar pengurus MPW. Domisili pengurus yang tersebar di berbagai daerah menyebabkan pertemuan pengurus belum optimal. Padahal pertemuan rutin lah yang bisa menggerakkan roda organisasi. Sebenarnya ini bisa dijembatani dengan pertemuan online. Tetapi ini hanya optimal untuk agenda  koordinasi. Untuk pembahasan dan pertukaran pikiran yang mendalam lebih efektif dengan pertemuan offline.

Berbagai keterbatasan membuat pertemuan offline tidak mudah dijalankan. Meski beberapa Divisi berhasil menjalankan pertemuan online maupun offline lumayan intensif. Sehingga program mereka relatif berjalan. Dalam hal ini komitmen berorganisasi  dari para pengurus tentu sangat penting. Maka Rakernas sebagai bentuk silaturrahmi offline sesama pengurus selalu dirindu. Apalagi acara ini juga dihadiri pengurus dari berbagai Wilayah.

Pembukaan Rakernas Ke-2 berlangsung di Jakarta Convention Centre (JCC). Ini tempat yang sama dengan Rakernas tahun lalu. Gedung pertemuan mewah ini  berada dalam komplek Istora Senayan. Ruang pertemuannya berstandar  internasional,  AC centralnya dingin sekali,  dan  layar lebar 3×10 m2 bisa menayangkan gambar tajam dan suara menggelegar.

Tentu sewa tempat ini tidak murah. Tetapi sinergi yang baik dengan banyak pihak membuat Rakernas MPW bisa terlaksana di sini. Dalam hal ini Ketua MPW memiliki hubungan baik dengan Desk Ekonomi Syariah Bank Indonesia (DES BI). Lembaga ini memiliki agenda tahunan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF). Rakernas MPW menjadi bagian dari sekian agenda ISEF yang berlangsung di JCC. Maka Rakernas MPW menjadi Rakernas menjadi megah. Meski majelisnya masih “majelis air mata.”

Baca Juga  Tasawuf di Muhammadiyah (1): Lahirnya Neo-Sufisme

Pembukaan Rakernas II berlangsung meriah. Acara diawali pembacaan Q.S. Al- Baqarah:  267 oleh Ustadz Nefra salah satu pengurus MPW.  Suara Sang Qari  yang merdu menggugah semangat berbagi peserta Rakernas.

“ Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu infakkan, padahal kamu tidak mau mengambilnya, kecuali dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”

Selanjutnya Mashuri Masyhuda, Ketua Panitia sekaligus Sekretaris MPW PPM melaporkan hal-hal terkait teknis pelaksanaan acara ini. Menurut beliau, Rakernas Ke-2 ini  dihadiri dua puluh lima Wilayah dan dibantu juga sponsor internal maupun eksternal Persyarikatan. 

Selanjutnya Ketua MPW PPM, Dr Amirsyah Tambunan menyampaikan sambutan pembukaan. beberapa isu terkait wakaf kini menurut beliau adalah: pengembangan wakaf produktif,  crowdfunding aggregator platform, digitalisasi &  fundrising kekinian,  memproduktifkan tanah wakaf yang belum produktif, dan  skema  pembiayaan wakaf produktif untuk AUM.

Buya Amir juga menyampaikan bahwa problem pengembangan wakaf produktif yaitu 99,9% dari tanah wakaf masih belum produktif, kompetensi bisnis dalam mengembangkan bisnis masih rendah, pendanaan wakaf sulit didapat, kolaborasi antar nazhir masih sedikit dan belum terkoordinasi.

Pada Rakernas ini beliau juga menyatakan urgensi pendayagunaan lahan wakaf untuk mendukung pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) pemerintahan Presiden Prabowo.

Tentu tidak kalah menarik adalah sambutan Bendahara Umum PP Muhammadiyah, Prof. Hilman Latief menyatakan akhir-akhir ini banyak melakukan perenungan terkait wakaf. Menurut beliau, substansi wakaf lebih pada kemanfaatan daripada sekedar kepemilikan. Meski memiliki aset wakaf, tetapi jika tidak termanfaatkan dengan baik maka hakikat tujuan wakaf tidak tercapai.

Baca Juga  Senyum Mujahid dari Buya Syafii Maarif

Maka Hilman meminta MPW baik di Pusat maupun di Wilayah untuk memperkuat pendayagunaan wakaf. Jangan sampai energi habis oleh persoalan administrasi kepemilikan sehingga kurang menyentuh pemanfaatannya. Bagi Prof Hilman, tidak masalah tanah wakaf yang lama menganggur berpindah ke nazhir baru yang bisa mengoptimalkan kemanfaatannya. “Daripada tetap dimiliki tetapi tidak termanfaatkan alias menganggur.”

Dalam sidang-sidang Rakernas ini juga dipresentasikan beberapa materi menarik. Pertama, terkait literasi keuangan syariah. Hadir panelis dari BPKH,  BSI, Bank Bukopin Syariah yang kini bernama Bank KB Syariah, dan Asuransi Prudensial Syariah.

Menariknya, presentasi Bank KB Syariah disampaikan oleh Mister Jang dalam bahasa Korea. Menurut Jang, ke depan optimalisasi wakaf melalui digitalisasi sangat penting. KB adalah tiga  grup besar di Korea. Dengan pengalaman teknologi KB akan membuat suatu Platform layanan bagi Muhammadiyah. Ke depan dengan digitalisasi KTA Muhammadiyah bisa dioptimalkan pemanfaatannya.

Tentu sesi tidak kalah menariknya adalah sesi terakhir hari pertama Rakernas. Pada sesi ini tiga MPW: DIY, Jateng, dan Jatim menyampaikan best practice yang banyak menginspirasi MPW lainnya di seluruh tanah air.

Agenda pertama pada hari kedua adalah laporan Wilayah. Aku kebagian tugas memimpin sidang. Maka 25 wilayah dari Aceh sampai Papua Barat Daya berbagi banyak cerita menarik.

Bangka Belitung tentang reboisasi lahan bekas tambang. Jabar tentang lahan wakaf akan ditanami alpokat. Jateng tentang manajemen wakaf yang satu atap dengan Lazismu. Kaltim tentang dapat wakaf tanah 64 Hektar. Jatim tentang ketua MPW yang sebelumnya empat periode menjadi ketua MPD Bojonegoro. Sulsel tentang beberapa Daerah merasa biaya sertifikasi  lebih bermanfaat digunakan untuk menjalankan program. Sultra tentang 32 Ha lahan wakaf potensial sebagai tambang nikel.

Baca Juga  Jangan-Jangan, Aku Juga Suka Ghosting, Ya?

Aku mengatur laporan bergiliran dari barat ke timur lalu ke barat lagi. Setelah berkeliling Indonesia, MPW terakhir laporan adalah MPW tempat lahir Muhammadiyah lahir: Daerah Istimewa Yogyakarta.

Rakernas ditutup Prof Abdul Mu’ti Sekretaris Umum PP Muhammadiyah yang juga Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah. Sesudah itu  kami pun  kembali masuk HiAce UMY.  Kali ini bergabung Ibu Yuni Pengurus MPW yang juga Kepala Pengadilan Agama Tegal.

Kami kembali menyusuri jalan tol Cipali. Ketika berangkat kami bergantian saling mentraktir. Ketika pulang kami beriuran dan terkumpullah sejumlah dana. Sebagian diserahkan pada Mas Dadang driver kami. Sebagian direncanakan untuk makan malam.

Sasaran kami kami adalah warung sate Cempe Lemu di pintu keluar tol Adiwerna-Tegal. Tetapi aku kalah cepat dengan Bu Yuni. Beliau lebih dulu melunasi makan malam kami. Setelah kekenyangan di Cempe Lemu, kami pun berpisah. Bu Yuni dijemput mobil dinasnya dan kami pun melanjutkan perjalanan kembali masuk jalan tol.

Tepat tengah malam kami kembali masuk Kartasura. Di depan pasar Kleco di pintu masuk Kota Solo, Mbak Eny dijemput keluarganya. Pak Ari  bersama kami melanjutkan perjalanan ke Jogja. Senin pagi beliau sebagai BPH akan mengikuti rapat Universitas Muhammadiyah Klaten (UMKLA) di  Dormitori UMY.

Aku bahagia karena Pak Ari bersedia menginap di rumahku. Pak Ari adalah dosen aku dan istriku saat kuliah di Pondok Shabran UMS pada 1986-1991. Kami masuk rumahku  pada pukul 02.30. Pada pukul 06.30 kami sudah duduk sarapan dengan menu lezat masakan alumni pertama Shabran Putri.

Sayangnya, kami tidak bisa berlama-lama menikmati kehangatan obrolan antara guru dengan murid. Aku harus mengajar pada jam pertama di UMY. Pak Ari sudah ditunggu Raker UMKLA di kampus yang sama. Sungguh hari-hari yang padat merayap. Alhamdulillah.

Avatar
31 posts

About author
Ketua LazisMu PP Muhammadiyah
Articles
Related posts
Feature

Perkuat Toleransi Sejak Dini: Cerita Pesantren Muhammadiyah Terima Kunjungan SMA Kristen

2 Mins read
Kunjungan studi yang dilakukan oleh para siswa Sekolah Kanisius Jakarta ke pesantren Muhammadiyah Al-Furqon, sejak Rabu, 30/10/2024 sampai Jum’at, 1/11/2024 merupakan sebuah…
Feature

Tasawuf di Muhammadiyah (1): Lahirnya Neo-Sufisme

4 Mins read
Ketika mendiskusikan tasawuf di Muhammadiyah, maka yang dibicarakan adalah tasawuf bentuk baru atau Neo-Sufisme. Muhammadiyah sendiri—dalam hal ini tokoh-tokohnya—tidak menolak sepenuhnya tentang…
Feature

Sebuah Panduan Lengkap Bagi Kamu yang Ingin Nikah Beda Agama di Hongkong!

9 Mins read
“Kami bukan pasangan kaya raya dan berkecukupan. Tetapi, kebijakan negara yang diskriminatif untuk pasangan beda agama, menjadikan kami nekat dan bertekad menikah…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds