Inspiring

Salman Al-Farisi, Sahabat Nabi yang Berjuang Mencari Kebenaran

4 Mins read

Salman Al-Farisi adalah salah seorang sahabat nabi yang berasal dari Persia, tepatnya di desa Jayyun di, kota Isfahaan.  Ia dilahirkan dari keluarga majusi yang menyembah api. Ayahnya seorang kepala desa dan Salman dipercaya untuk menjaga api yang dia nyalakan.

Pencarian Salman Al-Farisi terhadap Kebenaran Nabi

Suatu ketika, Salman Al-Farisi ditugaskan pergi ke tanah ayahnya mengerjakan beberapa tugas. Di tengah perjalanan yang akan ditujunya, ia mendengar suara orang-orang sedang mengerjakan shalat di gereja Nasrani. Dengan rasa penasaran, ia masuk dan melihat ke dalam gereja untuk melihat apa yang sedang dikerjakan orang-orang tersebut.

Kemudian ia berkata kepada dirinya sendiri, “Sungguh agama ini lebih baik dari agama kami. Saya tidak akan meninggalkan tempat ini sampai matahari terbenam dan tidak akan pergi ke tanah ayahku.” Lantas ia bertanya pada mereka, “Dari mana asal agama tersebut?” Mereka menjawab, “Dari Syam.”

Saat itu, Syam adalah gabungan dari empat negara, yaitu Suriah, Yordania, Lebanon, dan Palestina. Kemudian ia kembali kepada ayahnya dan menceritakan ketertarikannya pada agama Nasrani, ayahnya lantas menegaskan kepada Salman Al-Farisi bahwa agama Nasrani tidak jauh lebih baik dari agama majusi yang dianut nenek moyangnya sejak dahulu.

Namun, hal tersebut tidak menyurutkan langkahnya untuk mencari kebenaran. Lantas ia memberi pesan kepada kaum Nasrani jika ada pedagang Nasrani yang datang dari Syam. Dan ia meminta mereka untuk mengabarinya kapan rombongan pedagang Nasrani akan kembali ke Syam. Ketika rombongan pedagang tersebut bersiap untuk kembali, Salman kemudian mengikuti rombongan tersebut dan menanyakan siapa orang paling alim di antara mereka yang menganut agama tersebut. Kemudian, mereka menunjuk pendeta yang berada di dalam gereja.

Baca Juga  Ignaz Goldziher: Orientalis Yahudi anti-Zionisme dan Pakar Bahasa Arab

Lantas Salman mendatangi pendeta tersebut dan berkata ingin menganut agama Nasrani. Namun, setelah menemukan sesuatu  yang buruk mengenai pendeta. Kemudian ia mengetahui bahwa pendeta mengumpulkan sedekah dari kaumnya, tetapi ia memakan harta tersebut dan tidak memberikannya kepada rakyat miskin. Setelah pendeta itu meninggal, Salman lantas menceritakan apa yang diperbuat pendeta itu di masa hidupnya.

Setelah mendengar cerita yang diberikan Salman tentang pendeta tersebut, kaumnya enggan menguburkan dan mencaci maki. Sebelum pendeta tersebut meninggal, Salman bertanya dan meminta wasiat siapa yang akan ia ikuti setelah pendeta itu tiada. Kemudian pendeta itu menunjuk ke arah kota Musil, kota besar yang terletak di barat laut Iraq.  Sampai pada akhirnya ia diberitahu oleh orang yang ia ikuti bahwa akan datang seorang nabi dan nabi ini memegang agama yang sama dengan nabi Ibrahim.

Dan akan diketahui dengan tanda-tanda tertentu. Dia akan menerima dan makan dari makanan yang diberi sebagai hadiah, tetapi tidak akan makan dari yang diberikan sebagai sedekah. Dan di antara kedua pundaknya akan ada stempel kenabian.

Pembebasan Diri Salman dari Status Budak

Suatu ketika, Salman bertemu dengan pedagang, ia meminta untuk diantarkan ke negeri Arab sebagai gantinya ia menukarkan sapi dan kambing yang dimilikinya. Namun, setelah sampai di dekat tempat yang ia tuju, Salman dijual sebagai budak kepada orang Yahudi.

Suatu hari, sepupu dari majikan Salman membelinya dan membawanya ke Madinah. Hingga suatu ketika, Nabi Muhammad berhijrah ke Madinah.

Salman berkata, “(Suatu hari) saya melakukan pekerjaan untuk majikanku dan saudara majikanku menghampirinya sembari berkata ‘Celaka Bani Qilah, mereka semua berkumpul di Quba dan ada seorang laki-laki yang datang dari Makkah mengatakan (dirinya) seorang nabi!’ Saya (Salman) bergetar hebat ketika mendengarnya dan ingin jatuh menimpa majikanku. Kemudian saya turun dan berkata, apa yang engkau katakan? Berulang kali mengucapkan. Majikanku marah dan memukulku sembari berkata, apa urusanmu mengenai ini? Pergi dan kerjakan pekerjaanmu!”

Pada malamnya, Salman Al-Farisi pergi keluar menemui Rasulullah dan menawarkan yang ia simpan sebagai sedekah. Rasulullah berkata kepada para sahabat untuk memakannya, di situlah Salman yakin bahwa orang itu adalah nabi. Salman mendatangi Rasulullah kembali dan memberi makanan yang diberikan sebagai hadiah, karena Salman mengetahui nabi tidak makan dari sedekah. Nabi lantas memakannya dan memerintahkan para sahabat untuk melakukannya. Saat itulah Salman mengetahui tanda kenabian yang kedua.

Baca Juga  Jalan Menuju Tuhan Menurut Al-Jili

Pada hari ketiga, Salman menemui Rasulullah di dekat Baqi Al-Gharqad (tempat pemakaman para sahabat). Saat itu Nabi tengah menghadiri pemakaman salah seorang sahabat. Kemudian Salman melihat bagian belakang Nabi, lantas beliau menyadari Salman sedang berusaha membuktikan sesuatu dan beliau membuka kain bagian belakangnya sehingga Salman melihatnya. Salman berkata, “Saya mengenalinya. Saya membungkuk dan mencium hingga menangis. Rasulullah memerintahkanku untuk berbalik (berbicara kepadanya) dan memintaku untuk menceritakan kisahku. Dan beliau menyukai kisahku dan memintaku untuk menceritakan kepada para sahabat.”

Pada saat itu Salman masih menjadi budak dan ia tidak mengikuti dua perang umat Islam menghadapi kaum kafir. Nabi memintanya untuk membuat perjanjian dengan tuannya untuk dibebaskan, tuannya menyetujui hal itu dan menggantinya dengan 40 Uqiyah emas dan menanam 300 pohon kurma yang baru. Kemudian Nabi memerintahkan sahabatnya untuk mengumpulkan pohon dan bibit kurma yang didapatkan, dan beliau memerintahkan Salman untuk menggali tanah yang akan digunakan untuk menanam pohon kurma. Kemudian beliau menanam bibit kurma menggunakan tangannya sendiri. Lantas Salman memberikan kurma tersebut kepada tuannya.

Di sisi lain, Nabi memberikan emas kepadanya sebesar telur ayam senilai 40 Uqiyah emas dan memintanya untuk diberikan kepada majikannya sebagai penebus hutang. Sejak saat itu Salman dibebaskan dan menjadi salah satu sahabat Rasul.

Posisi Salman Al-Farisi di Kalangan Sahabat

Ia juga berperan dalam salah satu perang umat Islam melawan kaum kafir, yaitu Perang Khandaq pada tahun kelima setelah kenabian. Salman Al-Farisi mengusulkan untuk membuat parit dan dia pulalah penemu batu yang telah memancarkan rahasia-rahasia gaib, yakni ketika ia meminta tolong kepada Rasulullah saw. Ia berdiri di samping Rasulullah dan menyaksikan kota-kota di Persia dan Romawi, memancarkan sinar hidayah dan petunjuk Allah.

Baca Juga  Naturalisme Al-Razi: Akal adalah Anugerah Terbesar!

Rasulullah sendiri sering memuji kecerdasan Salman serta ketinggian ilmunya yang dibuktikan saat Perang Khandaq. Kaum Anshar berdiri dan berkata, “Salman dari golongan kami.” Bangkitlah kaum Muhajirin dan berkata, “Tidak, ia dari golongan kami!” Mereka pun dipanggil Rasulullah dan beliau bersabda, “Salman adalah golongan kami, Ahlul Bait.” Ali bin Abi Thalib menggelari Salman dengan “Luqmanul Hakim”.

Setelah wafatnya Rasulullah, ia dikirim kembali ke tanah kelahirannya dan menjadi Gubernur. Hartanya dibagi-bagikan sampai habis, dan nafkahnya dari hasil usaha kedua tangannya. Tak satu pun barang berharga di dunia ini yang gemari atau diutamakan Salman, kecuali suatu barang yang amat diharapkan dan dipentingkannya. Ketika dalam keadaan sakit yang membawa ajalnya, ia meminta kepada istrinya untuk mengambil barang tersebut. Kiranya seikat kasturi yang diperolehnya pada saat pembebasan Jalula. Barang itu sengaja disimpan untuk wangi-wangian di hari wafatnya.

Editor: Shidqi Mukhtasor

Avatar
1 posts

About author
Mahasiswa Tingkat I Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *