Tarikh

Sebelum Tragedi Penusukan Umar bin Khattab

3 Mins read

Pada tanggal 3 November 644 M, tragedi besar menghantam Madinah. Umar terbunuh. Namun, seperti apakah kronologinya? Kebanyakan orang hanya tahu kejadian saat Umar dibunuh. Namun, sedikit yang tahu kejadian-kejadian sebelumnya. Misalnya, apa yang Umar lakukan sebelum kejadian penusukan itu? Siapa saja yang ia temui? Dan bagaimana ceritanya bisa terjadi penusukan?

Tulisan singkat ini akan mencoba menjabarkannya dengan padat. Hal ini dituturkan dengan detail oleh DR. Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam bukunya, yaitu Biografi Umar bin Khattab.

Kabar dari Hudzaifah Sang Penjaga Rahasia

Saya jadi teringat sebuah kisah. Suatu ketika, Hudzaifah bin Yaman berbincang dengan Umar. Umar bertanya tentang sebuah fitnah (ujian) yang sangat besar yang melanda umat Islam. Saking besarnya, Umar menggambarkannya “sebagaimana gelombang laut”.

Hudzaifah menenangkan Umar. Katanya, antara diri Umar dan fitnah itu ada sebuah dinding yang sangat kokoh. Ketika mendengar hadis ini dari mulut Hudzaifah, seorang muridnya yang bernama Abu Wail bertanya kepada Hudzaifah. “Apakah Umar tahu apa penghalang yang dimaksud?”, tanyanya.

Hudzaifah menjawab dengan tenang, “Ya, ia tahu dengan pasti sebagaimana pergantian siang dan malam. Saya menceritakan hadis ini bukan untuk memberatkan”, Hudzaifah berusaha menenangkan muridnya.

“Izinkan kami bertanya, siapa pintu yang dimaksud?”, Masruq, muridnya yang lain, bertanya karena masih penasaran. “Siapa lagi…”, lanjut Hudzaifah, “Pintu itu adalah diri Umar sendiri.” (HR Bukhari)

Hudzaifah menjelaskan kepada murid-muridnya bahwa selama Umar masih hidup, fitnah (ujian) yang besarnya seperti gelombang laut akan tertahan. Itu semua berkat kepemimpinan Umar yang jenius dan keadilannya.

Namun, ketika Umar sendiri telah tewas, pintu penghalang itu pun roboh. Dan memang, sejak itulah dimulai masa-masa ujian yang sangat berat bagi para muslim –bahkan hingga sekarang.

Baca Juga  Sunan Bonang: Sikap Keras Kurang Efektif dalam Dakwah

Satu Tahun Sebelum Penusukan

Suatu hari pada musim haji 23 H, Umar menunaikan haji dan hendak meninggalkan Mina. Ia lalu berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya usiaku telah lanjut, kekuatanku mulai melemah, rakyatku semakin banyak, maka jemputlah nyawaku jangan sia-sia tanpa guna”. (Tarikh Madinah jilid III)

Sambil kembali ke Madinah, Ia tak tahu bahwa itu adalah tahun terakhir hidupnya.

Umar Meminta Agar Mati Syahid

Suatu ketika, Zaid bin Aslam diceritakan sebuah kisah dari bapaknya. Katanya, bapaknya melihat Umar berdoa sebelum kematiannya, “Ya Allah, berilah kami rezeki mati syahid di jalan-Mu, jadikanlah matiku di negeri nabi-Mu.” Lalu, Umar berkata kepadanya, “Sesungguhnya saya akan demikian adanya dan Allah akan mendatangiku jika Dia menghendaki.” (Thabaqat Abi Said jilid III)

Apakah boleh meminta syahid? Tidak masalah, sebab ia hanya berdoa tentang sebab kematian. Yang terlarang adalah meminta kematian itu sendiri.

Meminta syahid bukan berarti meminta kematian dipercepat, tapi malah meminta anugerah. Sebab, syahid sendiri punya banyak keutamaan. (Madha as-Shawab fi Fadhail Umar bin Khattab jilid III)

Kejadian Sebelum Penusukan

Tak lama setelah itu, para sahabat mulai bermimpi tentang kematian Umar. Ada beberapa nama yang tercatat, misalnya Abu Musa al-Asyari dan Auf bin Malik. (Thabaqat Abi Said jilid III)

Umar sendiri pun bermimpi tentang kematiannya. Hal itu ia sampaikan di dalam khotbah Jumat di bulan Oktober, sebulan sebelum kematiannya. Khotbah itu disaksikan Abdurrahman bin Auf.

Di khutbah itu, Umar sudah mempersiapkan metode pergantian pemimpin berikutnya. “…Jika ajal menjemputku, maka masalah khilafah harus dimusyawarahkan oleh enam orang yang diridai oleh Rasulullah saw. ketika beliau wafat.” (HR. Ahmad)

Namun, tentu saja Umar waktu itu tidak tahu kapan ia akan terbunuh. Tak ada seorang pun yang tahu kapan dan bagaimana ia akan meninggal.

Baca Juga  Pengaruh Kebudayaan Romawi di Timur Tengah

Empat hari sebelum Umar terbunuh, ia sempat bertemu dengan sahabat Nabi, Hudzaifah bin Yaman dan Sahal bin Hanif. Umar masih sempat memerintahkan mereka untuk mengurus pajak lahan pertanian. “Bagaimana kalian melaksanakan tugas ini? Saya khawatir kalian berdua tidak mampu melaksanakan tugas ini”, Umar bertanya.

“Kami sanggup melaksanakan tugas ini dengan baik”, balas mereka berdua. Umar juga berjanji akan mencari orang untuk membantu mereka. Sayangnya, ia tak bisa memenuhi janji itu karena sudah lebih cepat terbunuh. (HR. Bukhari)

Bertemu dengan Sang Pembunuh

Beberapa hari sebelum kejadian penusukan, Umar juga bertemu dengan Abu Lu’luah, sang pelaku. Nama aslinya adalah Pīrūz Nahavandi. Ia sendiri adalah seorang budak dari Mughirah bin Syu’bah dan berasal dari kota Nahavand, Persia (sekarang di Iran).

Tiap hari, ia mendapat sekitar 4 dirham dari majikannya, Mughirah. Namun, ia berpikir pekerjaannya lebih berat dari upahnya. Maka, ia pun menemui Umar dan mengadu. “Amirul Mukminin,” kata Abu Lu’luah. “Sesungguhnya Mughirah telah membebaniku dengan pekerjaan yang berat, maka tolong sampaikan padanya untuk memberi keringanan padaku”.

Umar menjawab, “Bertakwalah kepada Allah dan bersikap baiklah terhadap majikanmu.” Umar hendak menemui Mughirah bin Syu’bah untuk menyampaikan keluhan ini, tapi Abu Lu’luah sudah terburu emosi. “Mengapa semua orang diberi kelonggaran kecuali diriku!”, ia marah-marah dan dendam terhadap Umar.

Sehari-hari, Abu Lu’luah sering mengunjungi rumah Hurmuzan. Hurmuzan sendiri adalah seorang bangsawan Persia yang kini menjadi mualaf dan tinggal di Madinah. Keduanya sering mengobrol di rumah Hurmuzan, tetapi Hurmuzan sendiri diyakini tidak terlibat dengan pembunuhan Umar.

Sambil menahan emosi, Abu Lu’luah pun mengunjungi Hurmuzan. Ia bertanya pendapat Hurmuzan tentang pedang yang ia tenteng. Hurmuzan bergidik ngeri melihat senjata Abu Lu’luah, “Jika engkau memukulkan pedang itu kepada seseorang, ia pasti akan mati!”, katanya.

Baca Juga  Murad I, Sultan Penakluk Negeri Balkan

Kesumat itu berubah menjadi rencana pembunuhan. Kita semua tahu rencana itu. Perbuatan keji itu dimulai pada saat salat subuh. Abu Lu’luah menikam Umar hingga tewas. Dan Islam kehilangan salah satu orang terbaiknya. (Shahih at-Tausiq fi Sirah wa Hayat al-Faruq)

Editor: Lely N

Avatar
5 posts

About author
Digital Marketer
Articles
Related posts
Tarikh

Hijrah Nabi dan Piagam Madinah

3 Mins read
Hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi merupakan salah satu peristiwa paling bersejarah dalam perkembangan Islam, yang…
Tarikh

Potret Persaudaraan Muhajirin, Anshar, dan Ahlus Shuffah

4 Mins read
Dalam sebuah hadits yang diterima oleh Abu Hurairah dan terdapat dalam Shahih al-Bukhari nomor 1906, dijelaskan terkait keberadaan Abu Hurairah yang sering…
Tarikh

Gagal Menebang Pohon Beringin

5 Mins read
Pohon beringin adalah penggambaran dari pohon yang kuat akarnya, menjulang batang, dahan dan rantingnya sehingga memberi kesejukan pada siapa pun yang berteduh…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds