Inspiring

Shahab Ahmed: Ortodoksi Membuat Islam jadi Kaku

3 Mins read

Shahab Ahmed adalah salah satu di antara banyaknya para pemikir Islam yang mengatakan bahwa wajah Islam terlihat begitu kaku. Kekakuan itu mulai nampak semenjak munculnya ortodoksi dalam tubuh umat Islam. Islam yang awalnya begitu santai dan terbuka, seketika menjadi serius dan kaku.

Masa Kecil dan Karir Akademik

Shahab Ahmed merupakan seorang tokoh sejarawan dan intelektual Islam yang turut mewarnai dunia pemikiran keislaman abad modern ini. Ahmed lahir pada tanggal 11 Desember 1966 di rumah sakit Mount Alvernia Singapore. Orang tua Shahab Ahmed merupakan seorang dokter asal Pakistan yang kebetulan sedang bekerja di Singapura.

Shahab Ahmed menempuh pendidikan di Anglo Chinese School di Singapura. Lanjut ke jenjang perkuliahan, sebelum Ahmed menempuh pendidikan di International Islamic University Malaysia, ia pernah menempuh pendidikan di Caterham School. Selain itu, Ahmed juga mendapatkan gelar Master di American University di Kairo dan Universitas Princeton (PhD).

Shahab Ahmed pernah bekerja menjadi anggota Harvard Society Fellows pada sekitar tahun 2000-2003. Beliau menjalani tugas sebagai dosen tamu dan peneliti di sebuah Lembaga Disiplin sekaligus menjabat di Universitas tersebut pada tahun 2004-2005. Ahmed juga pernah menjabat sebagai Associate Professor Studi Islam di Universitas Harvard pada tahun 2005-2015. Dirinya menjadi Komisi Perguruan Tinggi Pakistan Visiting Scholar di Institut Penelitian Islam di daerah Islamabad pada tahun 2007-2008. Kemudian menjadi Dosen Hukum dan Peneliti Studi Hukum Islam di Harvard pada tahun 2014-2015.

Shahab Ahmed juga dijuluki sebagai poliglot yang menguasai sekitar 15 bahasa. Pendidikan Shahab Ahmed yang luas dalam bidang sejarah intelektual, khususnya pada ayat terkait satanic dan evaluasi historisitas para sarjana Islam sekitar abad pertengahan.

Baca Juga  Djazman, Tantangan Perkaderan Muhammadiyah di Kelahiran ke-107

Karya dan Pemikiran Shahab Ahmed

Shahab Ahmed lumayan memiliki karya yang terkenal, yaitu buku yang berjudul What is Islam? The Importance of Being Islamic 2015 (Apa itu Islam? Dan apa pentingnya menjadi Islam). Dalam karyanya tersebut, Ahmed menulis tentang persoalan kebudayaan Islam yang dipenuhi dengan ketidakjelasan, ambivalensi, kontradiksi, serta beberapa pendapat yang berlawanan dan bertentangan sehingga muncullah tampilan Islam yang terlihat kaku.

Selain itu, Ahmed juga mempunyai karya yang dibukukan dengan judul Before Orthodoxy: the Satanic Verses in Early Islam yang terbit pada tahun 2017. Dalam membuat karya tersebut, Shahab Ahmed dibimbing oleh seorang sejarawan Islam yang bernama Michael Cook.

Dalam karyanya tersebut, Shahab Ahmed membahas tentang persoalan ayat-ayat setan atau disebut dengan (qissat al gharaniq). Dimana ayat-ayat tersebut membicarakan sebuah narasi bahwa Nabi Muhammad sempat salah dalam mengucapkan kata-kata dan ditunjukkan dengan setan yang menyamar sebagai wahyu.

Selain beberapa karya yang sudah disebutkan di atas, beberapa karya Ahmed yang lain yaitu berjudul Neither Paradise nor Hellfire: Understanding Islam through Ottomans, Understanding the Ottomans through Islam.

Munculnya Ortodoksi Islam

Dalam pemikiran Shahab Ahmed yang membahas tentang beberapa aspek teologis, rupa-rupanya ada yang kurang diperhatikan oleh Ahmed dalam pembahasan mengenai agama Islam pada masa awal sekitar abad 1 hijriah. Pembahasan teologis yang disebutkan di sini yaitu menggali tentang iman, takdir, dan kesalehan sebagai langkah keislaman.

Selain itu, beberapa hal yang sudah disebutkan terkait dengan bukunya dalam mengkaji mengenai masa Islam pada awal mula yang berjudul Before Orthodoxy: Satanic Verses in Early Islam, Shahab Ahmed menyebutkan bahwa, sebelum lahirnya ortodoksi Islam dalam wacana keislaman, yang terpenting yaitu generasi Muslim pertama dan kedua, masyarakat Muslim umumnya pada waktu itu dapat menerima narasi terkait ayat-ayat setan yang dibisikkan melalui setan kepada Nabi sehingga dianggap oleh Nabi sebagai wahyu.

Baca Juga  Belajar Respect dari Buya Syafii Maarif

Setidaknya hal tersebut muncul sebagai sebuah keberanian dari beberapa perawi untuk menuliskannya dalam beberapa literatur tafsir, sejarah, dan syair mereka. Persoalan tersebut menurut Ahmed, terdapat hal penting untuk dikaji. Sebab dengan semakin kuatnya ortodoksi dalam Islam, penerimaan terkait narasi  tentang ayat-ayat setan akan terjadi penolakan yang begitu kuat.

***

Penolakan tersebut bahkan dijadikan sebagai ukuran kesalehan Muslim dalam wacana keislaman yang berkembang di masa selanjutnya. Shahab Ahmed berpendapat bahwa, penolakan tersebut penyebab utamanya adalah aspek teologis yang menjadi ilmu terdepan dan yang paling utama dalam melakukan penjagaan terkait hal iman Muslim dalam agama Islam. Pada saat yang sama, penolakan tersebut juga menjadi bentuk bangunan utama dalam ortodoksi Islam. Secara lebih khusus, penolakan tersebut bertambah dan menemukan bentuk tersendiri dalam hal teologi dan sejarah.

Berdasarkan beberapa pendapat yang disebutkan oleh Shahab Ahmed, dalam melakukan pelacakan secara arkeologis terhadap kondisi teologis yang menimbulkan terjadinya penerimaan terhadap generasi Muslim pertama dan kedua. Hal ini menjadi penting karena kesadaran teologis sebelum munculnya ortodoksi merupakan kesadaran keagamaan yang memberikan ruang bagi berbagai macam ekspresi keislaman dan menemukan tempat dalam praktik agama. 

Akan tetapi, Shahab Ahmed tidak begitu memberikan perhatian pada kondisi teologis ini. Dalam ortodoksi menurut Ahmed, terdapat beberapa sistem kepercayaan dan turunan yang kebenarannya sudah tidak diragukan lagi oleh penganutnya.

Berdasarkan dari hal tersebut, penerimaan terhadap ayat setan berdampak pada asumsi bahwa proses kenabian Nabi Muhammad tidak murni dan dikotori oleh ayat setan. Maka dari itu, secara teologis terkait ayat setan harus ditolak.

Shahab Ahmed adalah sejarawan sekaligus intelektual Islam yang wafat di usia yang begitu muda, yakni 48 tahun. Kematian Ahmed disebabkan karena mengalami sakit leukimia dan akhirnya meninggal dunia pada 17 September 2015.

Baca Juga  Buya Hamka: Difitnah Secara Keji, Dipenjara Tanpa Diadili

Editor: Soleh

Avatar
1 posts

About author
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *