Tasawuf

Ustadzah Halimah Alaydrus dan Urban Sufisme Perkotaan

2 Mins read

Dakwah dalam Islam merupakan aktivitas yang melekat kuat dalam kehidupan Rasulullah Saw. Jika dakwah diartikan sebagai tindakan nyata, maka dakwah akan mencakup berbagai hal, termasuk urban sufisme, sebuah pendekatan spiritual yang mengolah tasawuf dalam konteks kehidupan modern. Islam mewajibkan dakwah kepada setiap umatnya, tak terkecuali dalam menyebarkan nilai-nilai sufi kontemporer yang relevan dengan dinamika perkotaan.

Dakwah adalah ajakan universal, tanpa memandang gender atau status sosial, bahkan bisa diwujudkan melalui gaya hidup sufi urban yang mengedepankan ketenangan jiwa di tengah hiruk-pikuk kota. Sebagai amal saleh, manfaat dakwah terus mengalir, termasuk ketika disampaikan dengan bahasa yang mudah dicerna oleh generasi milenial yang akrab dengan spiritualitas kekinian.

Urban Sufisme Perkotaan

Berbeda dengan tasawuf klasik yang cenderung menekankan pendekatan batin dan mengabaikan aspek lahiriah, tasawuf kontemporer lahir sebagai respons atas realitas masyarakat modern. Tasawuf kontemporer menjadi solusi alternatif untuk menjawab berbagai problem sosial, moral, dan spiritual yang dihadapi manusia modern.

Pada awal abad ke-20, muncul pemikiran baru yang menekankan perlunya tasawuf untuk lebih positif dalam memandang kehidupan dunia yang dinamis. Tasawuf tidak boleh menjauhi kehidupan dunia, melainkan harus terlibat aktif di dalamnya. Gerakan pemikiran ini dikenal dengan istilah tasawuf kontemporer, neo-sufisme, atau urban sufisme.

Urban sufisme menjadi fenomena yang muncul di banyak kota besar dunia. Ini adalah respons masyarakat urban yang mulai mencari keseimbangan spiritual di tengah keterasingan hidup perkotaan yang serba materialistik. Meskipun demikian, perkembangan urban sufisme justru menjadi penyejuk bagi banyak orang yang mendambakan ketenangan hati.

Urban sufisme juga berbeda dari sufisme yang formal, yang sering menekankan bai’at antara guru dan murid. Sebaliknya, urban sufisme adalah pengalaman tasawuf yang fleksibel dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga  Tasawuf di Muhammadiyah (3): Praktik Tasawuf dalam Muhammadiyah

Majelis Taklim Kekinian

Fenomena berkembangnya majelis taklim dan jamaah dzikir, khususnya di Jakarta, menjadi bukti munculnya urban sufisme. Majelis taklim adalah tempat populer bagi umat Islam Indonesia untuk belajar agama melalui ceramah seorang penceramah. Di era saat ini, jumlah majelis taklim di Jakarta sangat banyak, dan beberapa di antaranya dipimpin oleh perempuan keturunan Hadramaut (Ba’alawi) atau syarifah, seperti Ustadzah Halimah Alaydrus. Kehadiran perempuan Ba’alawi di Jakarta memiliki peran penting dalam dakwah, karena mereka mampu menyentuh hati para jamaah.

Sebagai penceramah publik yang berbakat, Ustadzah Halimah Alaydrus memiliki kemampuan komunikasi yang efektif, terutama untuk jamaah perempuan. Ia mampu menyesuaikan materi dakwahnya agar relevan dengan kehidupan jamaah, yang terdiri dari orang tua hingga remaja. Gaya khasnya dalam berdakwah adalah menyampaikan ceramah melalui kisah hidup Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Menurutnya, kisah-kisah ini membantu jamaah memahami materi dakwah sekaligus menghindari kebosanan. Lebih dari itu, kisah-kisah tersebut menanamkan benih cinta kepada Allah dan Nabi-Nya di hati para jamaah.

Urban Sufisme dan Gaya Ceramah Menenangkan

Selain itu, Ustadzah Halimah percaya bahwa ceramah bukan hanya soal mentransfer ilmu, tetapi juga mentransfer perasaan. Ceramahnya dianggap menyejukkan telinga para jamaah, berbeda dengan gaya penceramah lain yang lebih lantang dan berapi-api. Gaya ini selaras dengan watak urban sufisme yang tidak kaku dan lebih menenangkan, cocok dengan masyarakat perkotaan yang cenderung rasional dan praktis. Komaruddin Hidayat menyebut bahwa urban sufisme diminati di perkotaan karena menjadi sarana pencarian makna hidup, pencerahan intelektual, terapi psikologis, dan mengikuti tren wacana keagamaan.

Kehadiran Ustadzah Halimah juga memberikan kontribusi penting bagi perempuan Ba’alawi dan praktik tarekat Alawiyyin di ruang publik. Hal ini menjadi jawaban atas kebutuhan jamaah, khususnya di Jakarta, yang merindukan pendakwah perempuan dengan kualitas yang sebanding dengan para habaib. Pendekatan dakwahnya yang penuh kelembutan dan relevan dengan kondisi masyarakat urban menjadi alasan mengapa beliau sangat dihormati dan dicintai jamaahnya.

Baca Juga  Oase Spiritualitas Kaum Beriman

Editor: Assalimi

Related posts
Tasawuf

Tasawuf Modern sebagai Kerangka Islam Rahmatan Lil-Alamin

3 Mins read
Islam dikenal sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana tercermin dalam konsep Islam Rahmatan Lil Alamin. Namun, dalam praktiknya, konsep…
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (3): Praktik Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah tidak menjadikan tasawuf sebagai landasan organisasi, berbeda dengan organisasi lainnya seperti Nahdlatul Ulama. Akan tetapi, beberapa praktik yang bernafaskan tentang tasawuf…
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (2): Diskursus Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah pada awal mula berdirinya berasal dari kelompok mengaji yang dibentuk oleh KH. Ahmad Dahlan dan berubah menjadi sebuah organisasi kemasrayarakatan. Adapun…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *