Sebelum agama Islam masuk Indonesia, masyarakat pada umumnya masih menganut agama Hindu. Masuknya Islam ke Indonesia pertama kali dibawa oleh para saudagar dari Arab. Kedatangan mereka di samping berdagang juga menyebarkan agama Islam. Para saudagar tersebut mendaratkan kapal dagangnya di wilayah Pantai, mulai dari pesisir pantai utara Jakarta sampai pesisir timur Jawa.
Sejarah Masuknya Islam di Jakarta Utara
Awal masuknya Islam di wilayah Jakarta sendiri menurut beberapa sumber terjadi sekitar awal abad ke-15, yaitu saat wilayah ini masih bernama Sunda Kelapa. Menurut budayawan Betawi Ridwan Saidi, penyebar agama Islam pertama di wilayah Sunda Kelapa adalah Syekh Hasanuddin (Syekh Quro) yang datang dari Champa. Ia menikah dengan penduduk setempat dan mendirikan pondok pesantren Quro pada tahun 1428 di Tanjungpura, Karawang (Annur, 2023).
Sedangkan beberapa sumber mengatakan bahwa masuknya Islam di wilayah Jakarta dimulai ketika Fatahillah menetap di Banten. Fatahillah pernah mengunjungi Sunda Kelapa sambil menyiarkan agama Islam, masuknya agama Islam di Jakarta dimulai dari kemenangan Fatahillah ketika melakukan penyerbuan ke Sunda Kelapa untuk melawan Portugis. Setelah mendapatkan kemenangan, ia diangkat menjadi penguasa Sunda Kelapa. Namun, jabatan itu kemudian diserahkan kepada menantunya, yakni Tubagus Angke.
Jabatan Tubagus Angke sebagai penguasa Sunda Kelapa kemudian diserahkan kepada anaknya bernama Pangeran Jayakarta Wijayakrama. Di bawah kekuasaan Pangeran Jayakarta Islam di Jakarta berkembang dengan pesat. Pesatnya perkembangan Islam di Jakarta tidak lepas dari pola yang digunakan oleh Pangeran Jayakarta untuk menyebarkan Islam, yakni seperti kegiatan keagamaan dipusatkan di masjid yang berada di tengah-tengah kota untuk syiar Islam (Lasmiyati, 2009).
Syiar Islam di Jakarta Utara
Sebagaimana diketahui bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan laut yang dilakukan oleh orang-orang Arab. Oleh karena itu, banyak syiar Islam dimulai dari wilayah pesisir yang kemudian menyebar. Dalam menyebarkan agama Islam para orang-orang Arab kemudian membangun pusat kegiatan syiar Islam, seperti Masjid. Di Jakarta Utara sendiri, yang saat itu merupakan dari pesisir banyak ditemukan bangunan masjid bersejarah dan makam-makam para wali penyebar Islam di Jakarta, salah satunya adalah Masjid Al-Alam di Merunda Jakarta Utara.
Terkait dengan pendirian masjid ini terdapat berbagai versi, namun semuanya mengacu sebagai tempat penyebaran agama Islam. Dari hasil penelitian Sejarah, ada dua versi Pembangunan masjid Al-Alam Merunda. Versi pertama ada hubungannya dengan penyerangan Fatahillah ke Sunda Kelapa tahun 1527. Versi kedua, masjid Al-Alam dibangun oleh pasukan Mataram Islam pada abad ke-17. Selain dibangun sebagai tempat persinggahan pasukan Mataram Islam saat penyerbuan ke Batavia, masjid ini juga digunakan sebagai tempat syiar agama Islam di tanah Betawi (Selviany, 2023).
Selain itu, terdapat pula berbagai tempat, khususnya di Jakarta Utara yang menjadi tempat penyebaran Islam, salah satunya ada di Kampung Bandan, yang terletak dekat Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara. Sebagaimana masjid Al-Alam, nama kampung ini sendiri memiliki tiga versi Sejarah. Versi pertama, Jan Pieterszoon Coen yang merupakan gubernur VOC pernah menaklukan pulau Banda tahun 1621. Ia kemudian menghabisi warga sipil yang ada disana dan menjadikannya budak di Batavia, tepatnya di Kampung Bandan.
***
Versi kedua, kata Bandan dalam bahasa Jawa berarti diikat. Arti dari kata tersebut yaitu sebuah peristiwa yang sering dilihat oleh warga Jakarta pada zaman pendudukan Jepang. Pada saat itu, orang Jepang sering membawa pemberontak dengan tangan terikat melewati Kampung Bandan untuk di eksekusi di kawasan Ancol. Versi ketiga, nama Kampung Bandan berasal dari kata pandan, sejenis tanaman yang banyak tumbuh di perkampungan ini.
Namun dari semua versi di atas, Kampung Bandan ternyata merupakan salah satu tempatnya yang menjadi pusat penyebaran Islam di Jakarta Utara. Sebab di tempat ini terdapat sebuah masjid Al-Mukarromah yang menjadi tempat atau makam dari tiga ulama penyebar agama Islam. Mereka adalah Habib Muhammad bin Umar al-Qudsi yang wafat pada 1697, Habib Ali bin Abdurrahman Ba’Alawi yang wafat pada tahun 1701, dan Habib Abdurrahman bin Alwi Asy-Syathri. Mereka berasal dari Hadramaut Yaman, yang berlayar menuju Nusantara dari Aceh Hingga Batavia (Ibrohim, 2023).
Dua tempat itu, secara tidak langsung merupakan saksi bisu bagaimana Islam berkembang dan bisa menyebar di Jakarta. Selain tempat dan para wali itu, terdapat salah satu wali tersohor penyebar agama Islam di Jakarta, yakni Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus, Penjaringan, Jakarta Utara. Habib Husein Alaydrus merupakan wali yang datang ke Batavia pada 1736 dari Yaman. Habib Husein hijrah ke Batavia melalui pelabuhan Sunda Kelapa. Di tempat inilah kemudian Habib Husein mulai menyiarkan agama Islam, yang saat ini menjadi masjid bernama Masjid Keramat Luar Batang (Anggriawan, 2019). Tempat dan para wali inilah yang hingga saat ini dikenang sebagai penyebar Islam di Jakarta.
Editor: Soleh