Review

Film Malena: Sebuah Kritik Atas Nilai Cinta Manusia yang Salah Kaprah

3 Mins read

Cinta adalah hal yang bersifat universal. Semua orang berhak untuk mencintai maupun dicintai. Bentuk dari cinta sendiri, pada dasarnya tidak sekadar ditujukan kepada sesama manusia. Cinta juga bisa ditujukan terhadap hewan, tumbuhan, hobi, dan lainnya. Dengan kata lain, cinta tidak  memiliki batasan-batasan yang pasti.

Luasnya Pengertian Cinta

Namun, dengan ketiadaan batasan yang pasti tersebut menyebabkan sebuah permasalahan, yaitu mengenai pemahaman cinta yang masih abstrak. Hal itu membuat banyak orang mulai mendefinisikan tentang cinta. Salah satunya adalah Sudjiwo Tejo, beliau pernah berkata “Kalau cinta itu bukan hitung-hitungan, kalau sudah seperti itu namanya bukan cinta melainkan kalkulasi”.

Saya yang membaca kalimat tersebut, seketika merasa tertampar melihat perjalanan cinta sesama manusia di dunia ini. Masih banyak kita jumpai kasus cinta yang penuh perhitungan. Seperti, pernikahan tidak direstui karena berbeda status sosial. Selain itu, juga masih terdapat asumsi dalam pernikahan, jika perempuan yang sudah tidak perawan tak pantas untuk dinikahi.

Akhirnya, adanya asumsi semacam itu membuat saya berpikir, apakah cinta hanya didasari pada kesucian diri?. Namun, asumsi tersebut seketika berubah, semenjak saya selesai melihat film berjudul Malena.  

Film Malena Tentang Cinta Sebenarnya

Film Malena sendiri merupakan salah satu film garapan sutradara bernama Giuseppe Tornatore, yang dirilis pada tahun 2000. Dalam film Malena, terdapat dua pemeran utama, tokoh perempuan bernama Malena. Dia digambarkan sebagai perempuan yang sudah menikah dengan memiliki wajah cantik. Dan tokoh laki-laki bernama Renato. Renato sendiri merupakan bocah kecil yang suka mengamati Malena baik di rumah maupun di jalan.

Cerita dimulai dari suami Malena yang menjadi prajurit di negaranya harus pergi ke medan perang. Dengan kondisi seperti itu, membuat Malena harus sanggup bertahan di tengah ganasnya stigma kepada perempuan yang ditinggalkan suaminya sendirian.

Baca Juga  Pasang Surut Politik Islam dalam Gelanggang Sejarah Bangsa Indonesia

Di tengah kesendiriannya tersebut, Malena yang berwajah cantik, mau tidak mau harus siap melihat kenyataan, kalau dirinya merupakan perempuan incaran banyak laki-laki penggoda. Sayangnya, Malena masih memiliki keteguhan hati, sehingga mampu melawan laki-laki yang menggodanya.

Tetapi, semuanya berubah seketika. Saat adanya kabar kalau suaminya telah gugur dalam medan perang. Tentu saja, Malena dirundung kesedihan. Namun, bukan itu permasalahan besarnya. Permasalahannya adalah semakin banyak laki-laki yang ingin mendekati Malena. Dan setiap laki-laki yang jatuh hati dengan Malena, ternyata sudah beristri. Tentu keadaan tersebut membuat Malena diberi label sebagai perempuan nakal.

Seiring  berjalannya waktu, kondisi ekonomi Malena kian memburuk. Sebagai seorang perempuan yang sudah ditinggalkan oleh suaminya, Malena tidak lagi memiliki uang yang cukup. Sehingga, Malena harus memutar otak untuk bisa bertahan hidup. Salah satu caranya, dengan memanfaatkan kecantikannya untuk menjual diri kepada laki-laki. Dengan syarat: laki-laki tersebut harus mau membawakan makanan buat Malena.

***

Nasib memang tidak berpihak kepada Malena. Banyak perempuan di kotanya tidak mengetahui tentang tujuan sebenarnya, mengapa Malena mau menjual diri kepada laki-laki. Dengan ketidaktahuan tersebut, membuat Malena dihakimi oleh para perempuan yang muak melihat perbuatan Malena. Akhirnya, Malena menjadi babak belur setelah dipukuli dan diusir dari kotanya.

Setelah kepergian Malena dari kotanya, tiba-tiba saja suami Malena datang. Tetapi, Dia kebingungan, sebab tidak menemukan istrinya. Hingga akhirnya, Renato: bocah kecil yang sering mengamati kehidupan Malena, memberi tahu suami Malena dengan pesan kaleng, jika Malena telah pergi ke Kota lain.

Tanpa pikir panjang, suami Malena pergi untuk mencari di mana istrinya berada. Akhirnya, setelah pencarian yang cukup panjang, sang suami menemukan Malena di Messina. Kemudian, suami Malena mengetahui selama ditinggal pergi berperang, Malena sudah menjadi perempuan penghibur banyak laki-laki. Yang mengejutkan, justru suami Malena tidak marah kepada istrinya setelah mengetahui hal tersebut.

Baca Juga  Menjadi Penyair: Tidak Harus Jatuh Cinta dan Patah Hati Berkali-kali

Bahkan, sang suami mengajak Malena kembali pulang ke kota asalnya. Dengan kehidupan baru, yang membuat Malena lebih tertutup. Sampai membuat masyarakat di kotanya menjadi terheran-heran.

Arti Cinta Sesungguhnya Atas Nama Ketulusan Hati

Setelah selesai menyaksikan keseluruhan adegan filmnya, entah mengapa pikiran saya tak bisa lepas pada kisah cinta Malena dengan suaminya. Meskipun, dalam film tersebut adegan romantis antara Malena dengan suaminya hanya terdapat di bagian akhir saja. Tetapi, saya merasakan arti cinta yang sesungguhnya atas nama ketulusan hati melalui film Malena.

Bukannya tanpa alasan, kita bisa melihat dari sikap Malena yang bisa mempertahankan kesetiaannya pada suaminya, meskipun jarak jauh yang memisahkan. Bahkan kesetiaan Malena masih bisa terlihat, walaupun ia harus menjadi perempuan penghibur banyak laki-laki, tetapi di dalam sanubarinya hanya terselip satu nama, yaitu sang suami. Ini terlihat jelas, ketika Malena masih mengharapkan kedatangan suaminya dari medan perang.

Tidak cukup berhenti di situ saja kisah romantis sepasang suami istri tersebut. Puncaknya saat sang suami yang masih mau menerima Malena sebagai istrinya, walaupun pernah menjadi perempuan penghibur laki-laki. Bahkan, rasa sayangnya pada Malena tidak berkurang sedikitpun.

Setidaknya dari film Malena, kita bisa belajar mengenai cinta yang tidak didasari pada kalkulasi. Sebab, cinta bukan tentang siapa yang lebih baik, melainkan siapa yang memiliki ketabahan hati, yang mampu menerima kekurangan dan keburukan dari pasangan kita.

Sayangnya, dibalik nilai pelajaran yang saya peroleh dari film Malena. Terdapat satu hal yang membuat saya menjatuhkan kritik pada film tersebut, mengenai plot ceritanya yang membosankan. Karena, alur ceritanya hanya mengisahkan kisah hidup Malena yang berubah menjadi perempuan nakal setelah ditinggal pergi oleh suaminya.Tentu saja, cerita seperti itu tidak akan memberikan klimaks, yang mampu memberikan kejutan kepada penonton.

Baca Juga  Cinta Lebih Penting daripada Tahta
Editor: Wulan
Avatar
8 posts

About author
Mahasiswa Sosiologi Unesa
Articles
Related posts
Review

Madzahibut Tafsir: Meneliti Madzhab Tafsir dari Klasik hingga Kontemporer

4 Mins read
Prof. Abdul Mustaqim menulis buku berjudul “Madzahibut Tafsir, Peta Metodologi Penafsiran Al-Qur’an Periode Klasik Hingga Modern”. Buku ini terbit cetakan pertama pada…
Review

Debat Bergengsi Epikureanisme vs Stoikisme Tentang Tuhan

3 Mins read
Wacana mengenai ketuhanan bukanlah persoalan yang baru muncul pada zaman kontemporer ini. Jauh sebelum Islam dan Kristen lahir di dunia ini, manusia…
Review

Pasang Surut Politik Islam dalam Gelanggang Sejarah Bangsa Indonesia

5 Mins read
Islam sebagai sumber moralitas dan idealitas tidak mungkin dipisahkan dari wawasan kekuasaan. Kekuasaan tanpa didasari moralitas hanya akan melahirkan banalitas sebagaimana yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *