Akhlak

Jodohmu adalah Cerminanmu, Benarkah?

3 Mins read

Benarkah Jodoh adalah Cerminan Diri? Mendapat pasangan yang baik adalah dambaan setiap orang. Rumah tangga yang harmonis dan bahagia adalah impian banyak orang. Tentunya hal ini sangat penting bagi kehidupan manusia. Apalagi di dalam Islam, telah dijelaskan salah satu golongan yang akan mendapatkan naungan atau perlindungan dari Allah Swt, ketika hari kiamat adalah dua orang yang saling mencintai karena Allah.

Diriwayatkan oleh Abu Huraira ra, dari Nabi sallallaahu’alaihi wa sallam, bersabda:

Ada tujuh orang yang akan Allah naungi di Naungan-Nya pada Hari ketika tidak ada naungan kecuali Naungan-Nya; seorang pemimpin yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Agung, seorang pria yang hatinya melekat pada masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah, seseorang yang diajak berzina oleh wanita cantik dan berposisi tinggi tetapi dia menolak dan mengatakan: ‘Saya takut kepada Allah’, seseorang yang memberi amal dan menyembunyikannya, hingga tangan kirinya pun tidak tahu apa yang diberikan tangan kanannya dalam amal; dan seseorang yang berzikir kepada Allah dalam kesendirian hingga meneteskan air mata.

Alkisah Seorang Pemuda Mencari Jodoh

Dikisahkan, dahulu ada seorang pemuda Arab yang tampan, saleh dan cerdas. Dia ingin menikah dengan seorang gadis seperti dirinya. Sehingga, pemuda tersebut berkelana dari satu kabilah ke kabilah lain untuk menemukan gadis impiannya.

Suatu ketika, pemuda itu berjalan menuju Yaman. Dan di perjalanannya, dia bertemu dengan seorang lelaki. Mereka saling berbincang satu sama lain. Pemuda itu berkata, “Hai Tuan, apakah kau bisa membawaku dan aku membawamu?”

Baca Juga  Ramadhan yang Menyejarah

Spontan lelaki itu menjawab, “Apa maksudmu? Kita sama-sama menunggang kuda, lalu bagaimana kita bisa saling membawa?”

Mendengar jawaban lelaki itu, pemuda tersebut hanya terdiam. Tak lama kemudian, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Di perjalanan, mereka melewati sebuah kampung yang dikelilingi oleh sebuah kebun, yang mana sudah tiba masa panennya.

Pemuda itu kembali bertanya pada lelaki itu, “Menurutmu, buah-buahan itu sudah dimakan oleh pemiliknya atau belum ya?”

Spontan lelaki itu menjawab, “Pertanyaanmu itu aneh sekali. Kau lihat sendiri kan buah- buahan itu masih ada di pohonnya dan belum dipanen. Lalu kenapa kamu bertanya buah itu sudah dimakan pemiliknya atau belum?”

Mendengar jawaban lelaki itu, pemuda tersebut kembali diam. Setelah kejadian itu, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Baru sesaat mereka beranjak, mereka melihat sekelompok orang-orang yang sedang mengiringi jenazah.

Pemuda itu kembali bertanya, “Menurutmu , jenazah yang diiringi di dalam keranda itu sudah mati atau masih hidup?”

Lelaki itu kembali menjawab, “Aku semakin tidak paham denganmu. Aku tidak pernah menemukan pemuda yang lebih bodoh darimu. Ya sudah jelas jenazah itu sudah mati dan sekelompok orang itu akan menguburkannya.”

Sang pemuda kembali terdiam mendengar jawaban lelaki tersebut. Beberapa hari kemudian, mereka akhirnya sampai di rumah lelaki itu. Dia mengajak sang pemuda untuk menginap di rumahnya, karena dia melihat sang pemuda sangat kelelahan.

Kebenaran Mengenai Pemuda yang Bodoh

Lelaki itu mempunyai seorang putri. Begitu mengetahui di rumahnya ada seorang tamu, gadis itu bertanya pada ayahnya, “Siapa dia, ayah?”

Lelaki itu menjawab, “Dia adalah seorang pemuda yang paling bodoh yang pernah ayah temukan.” Mendengar jawaban dari sang ayah, gadis itu menjadi sangat penasaran dan bertanya, “Bodoh bagaimana, ayah?”

Baca Juga  Iman Mendatangkan Rasa Aman

Mendengar pertanyaan putrinya, sang ayah menceritakan mulai dari awal pertemuannya sampai pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan sang pemuda di sepanjang perjalanan.

Mendengar jawaban ayahnya, gadis itu berkata, “Ayah itu bagaimana. Dia justru pemuda pandai nan cerdas. Semua perkataanya mengandung makna tersirat. Dia itu bukan pemuda bodoh, ayah. Ketika dia mengatakan Apakah kamu bisa membawaku dan aku membawamu, maksudnya adalah apakah kita bisa saling berbincang, sehingga membawa kita pada suasana yang lebih akrab. Kemudian ketika dia berkata Buah-buahan itu sudah dimakan pemiliknya atau belum, artinya adalah apakah pemiliknya sudah menjual buah-buah itu sebelum panen atau belum. Sehingga, jika pemiliknya sudah menjualnya, maka pemilik tersebut sudah pasti menerima uang dan membelanjakannya untuk keluarganya. Kemudian ketika dia bertanya Apakah jenazah di dalam keranda itu sudah mati atau masih hidup, maksudnya ialah apakah jenazah itu memiliki anak yang bisa melanjutkan perjuangannya atau tidak”.

Beberapa saat kemudian setelah mendengar jawaban dari putrinya, lelaki itu keluar dan langsung meminta maaf kepada pemuda tersebut atas perilakunya yang menyebutnya sebagai pemuda bodoh.

Mereka kembali berbincang-bincang, lalu lelaki itu berkata “Sekarang aku sudah tahu apa maksud pertanyaanmu di sepanjang perjalanan.” Lelaki itu kemudian menjelaskan sesuai apa yang dijelaskan oleh putrinya.

Spontan pemuda tersebut berkata, “Aku yakin jawaban itu tidak lahir dari pemikiranmu dan perkataanmu. Demi Allah, katakanlah padaku siapa yang mengatakanya?”

Lelaki itu menjawab, “Benar sekali, jawaban itu dari putriku.”

Mendengar itu, pemuda tersebut bertanya, “Maukah kau menikahkanku dengan putrimu?”

Lelaki itu menjawab dengan girangnya, “Ya.”

Jodoh Adalah Cerminan Diri

Begitulah akhirnya, setelah melalui pengembaraan yang panjang, akhirnya pemuda itu menemukan gadis impiannya. Dari kisah ini, kita bisa melihat poin pentingnya. Seperti yang dijelaskan di dalam surat An-Nur ayat 26 yang artinya,

Baca Juga  Bukti Nabi Poligami Bukan Karena Nafsu!

Perempuan perempuan yang keji untuk laki laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji. Sedangkan perempuan- perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga).” (QS. An-Nur: 26)

Dari firman Allah di atas, telah gamblang dijelaskan bahwa jodoh itu sesuai dengan cerminan diri. Jika kita menginginkan yang terbaik dan ingin mendapatkan pasangan yang baik pula, maka teruslah berikhtiar memperbaiki diri dengan niat hanya karena Allah, bukan karena hal lain.

Dengan ridho Allah, seseorang yang baik akan dipertemukan dengan jodoh yang baik juga, karena tidak ada ketetapan Allah yang salah. Sungguh Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Teliti.

Editor: Zahra

Avatar
7 posts

About author
Seorang gadis Alumnus Universitas Islam Lamongan. Mempunyai hobi menulis dan membuat seni kaligrafi. Tergabung dalam COMPETER (Community Pena Terbang). Turn to Allah, He will guide your path when you lose your way.
Articles
Related posts
Akhlak

Akhlak dan Adab Kepada Tetangga dalam Islam

3 Mins read
Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis berikut ini: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan…
Akhlak

Hidup Sehat ala Rasulullah dengan Mengatur Pola Tidur

4 Mins read
Mengatur pola tidur adalah salah satu rahasia sehat Nabi Muhammad Saw. Sebab hidup yang berkualitas itu bukan hanya asupannya saja yang harus…
Akhlak

Jangan Biarkan Iri Hati Membelenggu Kebahagiaanmu

3 Mins read
Kebahagiaan merupakan hal penting yang menjadi tujuan semua manusia di muka bumi ini. Semua orang rela bekerja keras dan berusaha untuk mencapai…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *