Fikih

Islam Bukan Hanya Sekadar Salat dan Puasa

3 Mins read

Terinspirasi dari salah satu novel favorit saya yang berjudul Rentang Kisah karya Gita Savitri Devi. Ia bercerita tentang dirinya yang mengalami kegalauan dalam hubungannya dengan kekasihnya, yaitu Paulus. Dimana Paulus beragama Kristen, sedangkan Gita beragama Islam. 

Gita bukan seorang muslimah yang alim, akan tetapi keluarganya adalah penganut Islam yang kuat. Oleh karena itu, Gita berusaha mencoba meyakinkan Paul untuk pindah agama. Akan tetapi setelah mencoba, Paul tidak terlihat tertarik membicarakan topik agama.

Setelah itu, Gita membaca buku biografi Nabi Muhammad Saw. Buku tersebut terdapat ayat yang membuatnya sadar akan satu hal dan tidak akan pernah dia lupa, yaitu: “Sesungguhnya engkau tidak akan dapat memberi petunjuk orang yang engkau cintai, melainkan Allahlah yang memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.” (Q.S. Al-Qasas:56). 

Setelah membaca ayat tersebut, Gita merasakan penyesalan karena egonya sendiri. Akan tetapi Gita mencoba mengikhlaskan apapun yang terjadi pada hubungannya akan ia terima. 

Setelah mengetahui jika dia ternyata selama ini beragama cuma sekadar salat dan puasa saja. Ia juga masih merasakan ilmu agama yang dia punya masih sedikit. Gita memutuskan untuk bertemu dengan temannya dan menyarankannya untuk ikut liqo

Liqo yaitu berguru, atau pengertian dilangsir dari kompasiana.com liqo dalam bahasa Arab dapat diartikan sebagai pertemuan antara guru (murobbi) dengan binaanya (mutarabbi).

Setelah memikirkan banyak hal, akhirnya Gita memutuskan untuk bergabung. Ia berusaha belajar mengenal dan mencintai agamanya sendiri. Hingga akhirnya Gita mengatakan, “ternyata Islam itu luas banget.”

Yang Diajarkan Islam

Nah, sekarang apa saja yang Islam ajarkan selain salat dan puasa? Dan apa yang membuat Islam itu sangat luas?

Baca Juga  Pacaran Boleh, Zina Jangan!

Islam telah memberikan petunjuk bahwa agama Islam adalah ajaran yang paling sempurna, Allah berfirman, “pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam menjadi agama bagimu.” (Al-Maidah:3).

Pada dasarnya, Islam mengajarkan tauhid, taat dan baro’ah/berlepas diri.

Tauhid berarti, merendahkan diri dan tunduk kepada Allah dengan tauhid, yaitu mengesakan Allah dalam setiap ibadah kita. Karena hanya Allah yang berhak di-ibadahi, Dialah yang telah menciptakan kita, memberi rezeki kita dan mengatur alam semesta ini.

Al-Qur’an juga mengajarkan agar orang beriman membangun ketaatan atas sandaran ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, dan Ulil Amri yang juga taat kepada Allah dan Rasul-Nya. “Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.” (An-Nisaa:80)

Sedangkan Baro’ah adalah nama lain dari surat At-Taubah yang artinya tindakan berlepas diri atau memisahkan diri dari kesyirikan dan pelakunya. “Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa kamu tidak dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir.” (At-Taubah:2)

Syirik merupakan dosa yang paling besar, kedzaliman yang paling zalim yang sangat dibenci Allah.

Selain tiga inti dasar yang diajarkan oleh Islam ke umat muslim, Islam juga mengajarkan tentang kita yang tidak boleh memiliki sifat egois atau memaksakan kehendak dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain, walaupun dari diri kita pernah melakukannya secara sengaja maupun tidak sengaja.

Egois bisa disebut dengan ananiyah yang artinya sebuah perilaku tercela yang dilarang oleh Islam.

Menurut HR.Muslim, sifat ananiyah ini sangat berbahaya. Jika pelakunya tidak segera intropeksi dan bertaubat kepada Allah SWT, maka ananiyah akan menimbulkan sifat-sifat negatif lainnya seperti, sifat pelit, tamak, ingin menang sendiri, suka menganiaya, meremehkan orang lain dan ifsad

Baca Juga  Tipologi Puasa ala Al-Ghazali: Puasa Umum, Khusus, Khususul Khusus
***

Menyambung cerita yang dialami oleh Gita dalam hal mencoba memperkenalkan Islam kepada Paul. Keinginannya sendiri tidak akan berhasil jika Allah tidak menghendakinya. Maka dari itu setelah Gita membaca buku yang akhirnya membuatnya intropeksi diri, lalu mencoba mengikhlaskan apapun yang terjadi.

Manusia memang memiliki sifat egois pada diri masing-masing. Tidak mungkin tidak memilikinya dan pasti pernah melakukan sesuatu melalui sifat egois. Walaupun secara sengaja maupun tidak sengaja.

Untuk menghilangkan sifat egois dari diri sendiri memang mustahil, tapi kita bisa mengendalikannya dengan menerapkan sikap berprasangka baik.

Berprasangka Baik

Berbicara mengenai berprasangka baik, dalam Islam, Allah sangat menyarankan kepada umatnya untuk menerapkan sikap berprasangka baik. “Aku (Allah) menuruti prasangka hamba terhadap-Ku. Jika ia berprasangka baik terhadapku-Ku, maka baginya kebaikan. Maka, jangan berprasangka kepada Allah kecuali kebaikan.” (HR. Bukhari)

Intinya, Islam mengajarkan kepada umat muslim bukan hanya sekadar salat dan puasa, bahkan Islam mengajarkan tauhid, taat, dan baro’ah. 

Islam juga mengajarkan kita sebagai orang muslim untuk tidak bersikap egois. Menerapkan selalu sikap berprasangka baik. Bagaimanapun, jika kita selalu berprasangka baik kepada Allah, kita mendapat pahala karena berprasangka baik merupakan ibadah. 

Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya, berprasangka baik kepada Allah adalah termasuk sebaik-baik ibadah.” (HR. Abu Dawud)

Nah, untuk itu yuk dikurangi sikap egois kita terhadap sesuatu dan digantikan dengan menerapkan sikap berprasangka baik.

Maka dari itu, kita sebagai seorang muslim jika dirasanya masih memiliki kekurangan terhadap ilmu agama tidak ada kata terlambat untuk mempelajari Islam sesuai kaidahnya atau menerapkan hal-hal yang sudah dijelaskan di atas.

Perbanyak membaca buku yang berisi ilmu-ilmu agama Islam, karena buku adalah jembatan ilmu, jika kita membaca buku pasti ada saja ilmu baru yang kita miliki.

Baca Juga  Islam Sayang Sama Kaum Disabilitas Kok

Karena Islam sangat luas kajiannya, kita sebagai seorang muslim yang bijak harus pandai memilih kajian yang tidak menyesatkan kita dalam mempelajari Islam, dalam arti lain kita harus memilah dengan sendirinya atau berdiskusi dengan ahli agama.

Editor: Dhima Wahyu Sejati

Avatar
1 posts

About author
Mahasiswa ITB Ahmad Dahlan Jakarta
Articles
Related posts
Fikih

Mana yang Lebih Dulu: Puasa Syawal atau Qadha’ Puasa Ramadhan?

3 Mins read
Ramadhan telah usai, hari-hari lebaran juga telah kita lalui dengan bermaaf-maafan satu sama lain. Para pemudik juga sudah mulai berbondong meninggalkan kampung…
Fikih

Apakah Fakir Miskin Tetap Mengeluarkan Zakat Fitrah?

4 Mins read
Sudah mafhum, bahwa zakat fitrah adalah kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai puncak dari kewajiban puasa selama sebulan. Meskipun demikian, kaum muslim yang…
Fikih

Bolehkah Mengucapkan Salam kepada Non-Muslim?

3 Mins read
Konflik antar umat beragama yang terus bergelora di Indonesia masih merupakan ancaman serius terhadap kerukunan bangsa. Tragedi semacam ini seringkali meninggalkan luka…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *