News

Jelang KUII, MUI Bahas Pengarusutamaan Konten Produktif di Media Sosial

2 Mins read

MUI-JAKARTA- Narasi atau perbincangan yang hadir di media sosial Indonesia, khususnya twitter, menceminkan kondisi yang kurang sehat. Sekalipun tema ekonomi masih menjadi pembahasan paling menonjol, namun pembahasan mengenai khilafah dan radikalisme berada di posisi ke dua dan ke tiga sebelum disusul tema pendidikan.

Ini mengindikasikan bahwa perbincangan umat tidak terlalu produktif. Hal itu disampaikan oleh Pendiri Media Kernels Indonesia (Drone Emprit), Ismail Fahmi, saat memberikan pemaparan dalam FGD Pra Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) Ke-7 tema Media dan Pers di Gedung MUI Pusat, Jakarta, Selasa (21/01).

Perdebatan mengenai radikalisme dan khilafah itu, menurut Fahmi, tidak produktif khususnya bagi umat Islam. Mengingat banyaknya umat yang masih tertinggal, maka diskusi di sosial media sebaiknya diisi diskusi yang lebih bermanfaat seperti pendidikan dan sejenisnya.

Dia juga menerangkan bahwa ada kelompok tertentu yang memang berusaha memunculkan diskusi radikalisme dan khilafah itu. Menurutnya, umat sebaiknya tidak merespon tema itu dan membuat tema-tema sendiri yang lebih produktif sehingga konten di sosial media lebih kaya dan mencerahkan umat.

“Kalau kita lihat, bahkan pada isu yang sangat penting pun seperti pendidikan tidak banyak, ini akibatnya publik hanya diajak membicarakan tentang itu-itu saja, ketika ada narasi radikalisme khilafah dan lainnya, tidak perlu dilawan, cukup dibuat narasi tandingan yang produktif bagi umat, umat Islam Indonesia harus membicarakan narasi besar yang bagus untuk bangsa yang produktif,” katanya.

Sementara itu, Guru Besar Komunikasi Universitas Indonesia, Bachtiar Aly, menilai bahwa masyarakat sekarang ini penuh dilema. Hal itu ditunjukkan dari begitu cepatnya masyarakat berubah dan mudahnya tergiring pada isu-isu tertentu yang sedang ramai. 

Mantan dubes Indonesia untuk Mesir ini menuturkan, media sosial menyimpan semua hal seperti rasa ingin populer, kenangan masa lampau, kebaruan informasi, serta yang paling berbahaya adalah konflik. Sayangnya, banyak di antara kita yang justru terjebak dan seolah menikmati tema-tema yang kerap menimbulkan konflik seperti radikalisme atau khilafah.

Baca Juga  Ketum IMM Sebut Nadiem Menteri Meja yang Susah Mendengar

“Media sosial memiliki popularitas, nostalgia, novelty, dan di situ juga ada konflik. Konflik itu sekarang menjadi komoditi dan konflik memang dijaga. Konflik itu menjadi komoditas dan hari ini pun kita terjebak di dalamnya,” kata dia.

Pendiri Alvara Research Center, Hasanuddin Ali menambahkan, agenda mengarusutamakan narasi lain yang lebih produktif di sosial media ini sangat penting. Menurutnya, muslim di masa mendatang akan didominasi kalangan usia produktif.

Maka, kata dia, memunculkan lingkungan media sosial yang produktif juga sangat penting karena milenial atau generasi setelahnya terkenal sangat bergantung pada dunia digital.

Meskipun hidup dalam gaya modern, kalangan millenial dan gen z ini ternyata tetap memandang penting peran agama dalam kehidupan sehari-sehari. Setidaknya, kata Hasan, sejumlah 90% kalangan millenial dan gen z menganggap agama penting dalam kehidupan sehari-hari.

Angka itu sama dengan yang terjadi di Malaysia, Pakistan, dan Mesir. Karena itulah, tokoh-tokoh agama atau lembaga-lembaga agama dituntut berperan lebih untuk menciptakan iklim yang produktif, utamanya di dunia sosial media.

Sedangkan, Ketua MUI Bidang Informasi dan Komunikasi, KH. Masduki Baidlowi, dalam kesempatan itu menjelaskan bahwa mengisi dunia digital atau medsos dengan konten produktif ini penting sehingga memicu literasi di tengah masyarakat. Meskipun perkembangan media sosial sudah sangat cepat di Indonesia dan penggunannya sudah melimpah, namun kualitasnya belum menggembirakan.

“Dalam konteks literasi medsos, negara Indonesia masih sangat rendah, belum banyak orang yang paham secara mendalam media sosial dan media digital, sehingga hanya menjadi objek (konsumen) media sosial saja,” ujarnya.

“Ada dua kata yang selalu menjadi pembicaraan tentang sosial media, pertama adalah post truth dan turunannya adalah firehouse of falsehood, dua persoalan ini menjadi sesuatu yang bisa menjadi penyakit yang berbahaya buat kita,” imbuhnya.

Baca Juga  AMNI Mencatut Nama Buya Syafii Maarif

 (Komisi Infokom MUI)

Editor: Yahya FR

Admin
188 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
News

Muhammadiyah dan Arab Saudi Tetapkan Idulfitri 1445 H Jatuh pada Rabu 10 April

1 Mins read
IBTimes.ID – Pemerintah Arab Saudi menetapkan bahwa hari raya Idulfitri 1445 H jatuh pada hari Rabu, 10 April 2024. Keputusan ini berdasarkan…
News

Siswa dan Santri Muhammadiyah Harus Mampu Kembangkan Sains yang Islami

1 Mins read
IBTimes.ID – Siswa sekolah dan santri pondok pesantren Muhammadiyah harus memiliki kemampuan dalam mengembangkan sains yang tidak dilepaskan dari nilai-nilai keislaman. Hal…
News

Pengarusutamaan Moderasi Beragama untuk Generasi Muda

2 Mins read
IBTimes.ID – Pegiat Pendidikan Indonesia (Pundi) mengadakan Talkshow Ramadhan bertajuk “Haedar Nashir dan Pengarusutamaan Moderasi Beragama” di aula Ada Sarang, Banguntapan, Yogyakarta…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *