Perspektif

Mensyukuri Hidup Saat Momentum #DirumahAja

4 Mins read

Satu hal yang sering kita lupakan saat diberi kenikmatan, yaitu bersyukur. Kadang kala, rasa syukur kita amatlah kurang jika dibandingkan dengan gempuran kebahagiaan yang selalu tuhan berikan kepada kita. Maka dari itu, moment #DirumahAja saat ini bisa menjadi waktu terbaik kita untuk lebih banyak bersyukur.

Tuhan tidaklah berbuat kejam terhadap makhluknya. Terkadang kita menganggap musibah sebagai suatu azab yang datangnya dari tuhan. Apakah itu bukanlah suatu prasangka yang berlebihan kepada Tuhan?

Apalagi melihat kita bukanlah siapa-siapa, maka tidak sepatutnya kita menghakimi tuhan terlalu dini terhadap apa yang ditimpakannya kepada manusia. Kita tidak bisa memahami apa yang akan tuhan perbuat, tetapi tuhan paham apa yang harus ia perbuat untuk hamba-Nya. Maka, berserah diri akan qada dan qadar-nya itu yang perlu kita imani.

Memandang musibah tidak selalu berhubungan dengan azab. Bisa saja ia menjadi rahmat bagi manusia, terutama para umatnya. Repot jadinya kalau kita bertindak sebagai juru penilaian tuhan. Yang perlu kita pahami adalah hikmah apa yang perlu kita ambil dari musibah yang sedang menimpa.

Coba bayangkan kalau musibah selalu kita anggap sebagai azab. Apakah azab harus ditimpakan kepada umatnya? Seharusnya tidak, harusnya azab ditimpakan kepada musuh-musuh tuhan, bukan umat Tuhan. Lalu pertanyaan selanjutnya, mengapa banyak pula umat tuhan yang terkena imbas azab tersebut? Duh, ruwetkan.

Belum lagi ada orang-orang yang dengan percaya diri berujar “ Ya Tuhan, mengapa engkau turunkan musibah ini kepadaku?”. Wah, ente ke-pede-an. Emang musibahnya ditujukan buat ente?.  

Musibah: Di antara Dua Sisi

Bagi nalar tasawuf, musibah itu tidak menjadi persoalan bagi para mukmin. Sebabnya, musibah itu bisa jadi dua sisi mata uang koin yang saling bersebelahan. Di satu sisi musibah bisa menjadi azab bagi kaum yang selalu berbuat maksiat kepada tuhan. Di sisi yang lain, menjadi rahmat bagi kaum mukmin untuk selalu mendekatkan diri kepada tuhan.

Baca Juga  Ahmad Bin Hanbal Melawan Fatwa, Saya Mana Berani?

Justru bagi para penganut aliran tasawuf, musibah menjadi sebuah fenomena yang baik untuk memotong rantai maksiat. Kapan lagi ada sesuatu yang dengan efektif dapat membasmi maksiat secara komprehensif seperti musibah. Syukur-syukur habis terkena musibah para pembuat maksiat dapat kembali kepada Tuhan. Kalau tidak ya biarkan itu menjadi urusan dia dengan Tuhan.

Jangan sampai kita sok-sokan menjadi orang yang paling benar. Apalagi dengan berucap “Udah di kasih musibah kok ya nggak kapok-kapok to itu si fulan”. Ya namanya juga manusia, tempatnya salah dan lupa. Yang jelas, tugas kita bagi sesama manusia yaitu saling mengingatkan dalam kebaikan, urusan hidayah biar tuhan yang memberi. Jadi tidak perlu anda repot-repot untuk memberi hidayah. Memberi hidayah itu berat, kamu nggak akan kuat, biar tuhan saja.

Bagi kaum mukmin diharapkan lebih bisa melihat fenomena musibah sebagai sesuatu bentuk kebesaran tuhan. Selain itu musibah juga bisa dijadikan ajang evaluasi diri untuk menilai relasi “Hablum Minallah” dan “Hablu Minannas”.

Untuk “Hablum Minallah”, kita bisa mengevaluasi sejauh mana kedekatan kita dengan tuhan. Dan “Hablum Minannas”, kita bisa mengevaluasi sejauh mana kepedulian kita terhadap sesama manusia. Dari sana kita akan beranjak menjadi insan yang lebih baik dan solutif disaat musibah melanda. Bukan hanya menjadi insan yang sering sambat dan minim aksi saat musibah melanda.

Bersyukur: Kunci Sukses Melawan Kegalauan Saat #DirumahAja.

Virus corona sejauh ini memang menjadi biang kerok dari semua permasalahan yang ada. Dari sekian banyak aspek dalam kehidupan seperti ekonomi, politik, religius, dan sosial, macet sirkulasinya karena efek corona. Tetapi hal itu seharusnya tidak menjadi momok atas surutnya rasa bersyukur kita.

Baca Juga  Informasi: Yakin Sebarkan, Ragu Abaikan

Moment #DirumahAja kali ini mengajak kita untuk menyelami pengalaman yang pernah  dialami kebanyakan orang diluar sana jauh-jauh hari sebelum datangnya virus corona.

Saat ini, mengisolasi diri #DirumahAja akibat virus corona bukanlah hal yang baru bagi para penduduk asli palestina. Sebab, jauh-jauh hari mereka sudah di isolasi dari tanah air mereka sendiri oleh zionis israel. Mereka terpaksa harus berdiam diri dirumah tanpa bisa melawan para penjajah. Bahkan hanya sekedar berjalan-jalan menikmati indahnya pemandangan kota, mereka pun tak sanggup.

Mereka sudah lama terisolasi dari lingkungan asal mereka sendiri. Bahkan saat virus corona ini datang, mereka masih saja tetap akan mengisolasi diri sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Walaupun pandemi virus corona dalam waktu dekat ini diperkirakan akan segera berakhir. 

Tidak dapat beribadah di masjid pun sudah jauh-jauh hari dirasakan oleh Muslim Uighur sebelum datangnya virus corona. Aktivitas ibadah #DirumahAja sudah lama mereka praktekan. Bukan karena serangan virus corona yang pasti, tetapi karena larangan yang dibuat oleh pemerintah tiongkok.

Apalagi saat ini ditambah dengan adanya virus corona semakin membuat memuncak kerinduan mereka untuk dapat berbondong-bondong kembali ke masjid.

Kehilangan nyawa orang yang dicintai juga sudah banyak dialami oleh para penduduk di Suriah. Bahkan sebelum banyaknya nyawa yang melayang akibat di bombardir virus corona. Mereka sudah merasakan terlebih dahulu rasanya di  bombardier oleh peluru dan misil jet tempur musuh. Tetapi yang pasti, mereka yang telah meninggal sama-sama syahid. Baik yang terinfeksi oleh virus corona atau terkena ledakan misil jet tempur.

Perut yang lapar juga telah dirasakan jauh-jauh hari oleh rakyat afrika sebelum datangnya virus corona. Mereka terpaksa mendekam dan menahan diri tatkala asam lambung memuncak. Sebab apa yang harus mereka makan lagi disaat bahan makanan yang mereka punya hanya cukup untuk satu suapan.

Baca Juga  Berdamai dengan Corona: Menyerah?

Apalagi melihat masih banyak ditemui orang-orang yang panic buying menimbun sebanyak-banyaknya bahan makan selama pandemi virus corona. Jelas merupakan sebuah fenomena yang tragis. Apa ya nggak kebangetan? Lah ini rakyat afrika mau nimbun apa? La wong Alfamart dan Indomaret aja nggak ada. Kok masih berpikir mau nimbun bahan makanan. Ya nggak mungkin lah!.

Maka renungkanlah sejenak didalam hati dan pikiran anda, sembari melihat skenario alternatif yang tuhan berikan untuk anda. Bersyukurlah jika anda masih bisa berjama’ah dirumah dengan keluarga atau sanak saudara, meskipun itu tidak di masjid. Bersyukurlah pula jika anda tidak di isolasi sepenuhnya dan masih bisa keluar rumah.

Masih bersyukur pula jika anda beserta keluarga masih full personil dan tidak ada yang kehilangan nyawa akibat serangan virus corona. Dan yang terakhir masih bersyukur pula jika anda masih bisa makan yang enak-enak dengan lauk pauk yang memadai. Walaupun harus selalu makan yang itu-itu aja selama masa isolasi kali ini.

Dari sekian banyak cerita yang sudah kita resapi bersama. Alangkah baiknya kita lebih banyak bersyukur walaupun virus corona masih menjadi ancaman yang nyata bagi kelangsungan hidup kita. Toh tuhan sendiri yang menjamin akan selalu menambahkan nikmat-Nya bagi para umatnya yang selalu bersyukur. Gitu aja sering kali tuhan kasih nikmat banyak, kadang kita nggak ada syukur-syukurnya. Giliran tuhan kasih cobaan dikit aja langsung ngadu “Ya tuhan tolonglah hamba-Mu ini?”. Terus tuhan tak tanggung-tanggung balik menimpali “Ya elah, kemarin-kemarin kemana aja lu tong?”.

Ayo lebih giat bersyukur walaupun virus corona menjadi ujian bersama dan jangan lupa DirumahAja!

Maternuwun.

Wallahu A’lam Bishawab.

Editor: Yahya FR
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *