Perspektif

Pengaruh Lockdown Corona Virus Terhadap Harga Saham

3 Mins read

Lockdown dan Naik Turunnya Saham

Penyebaran wabah COVID19 di Indonesia terutama di Jakarta, membuat investor khawatir akan dampaknya terhadap keberlangsungan bisnis di ibu kota.”Total 686 kasus positif, ini angka kumulasi,” ujar juru bicara pemerintah terkait penanganan wabah Corona, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers yang ditayangkan BNPB di YouTube, Selasa (24/3/2020).

Semakin meningkat jumlah yang terjangkiti Covid19, sangat menutup kemungkinan perdagangan saham didunia. Pada penutupan perdagangan saham, Senin (23/3/2020), IHSG ditutup anjlok 205,42 poin atau 4,9 persen ke posisi 3.989,51. Sementara itu, indeks saham LQ45 melemah 6,62 persen ke posisi 583,41.

Tangkal dampak corona, kebijakan fiskal disiapkan selama wabah virus corona dapat terselesaikan. “Dampak corona ini sudah mempengaruhi global ekonomi, supply change, kita akan menggunakan studi itu ataupun estimasi kita sendiri dalam kementrian keuangan dan dilakukannya kerjasama BEI untuk mengetahui mana insektor dan pelaku ekonomi mana yang terkena” Ucap Sri Mulyani, ditayangkan di Youtube 17/3/20.

Perkembangan virus corona saat ini dapat dianggap sebagai pergerakan pasar modal. “Dampak virus corona dalam ekonomi nasional, akan sangat dirasakan dari sisi rantai pasokan barang. Terbatasanya stok barang dan impor yang tak kunjung datang maka terjadi perlambatan ekonomi” ujar penilai Ekonom. Keterlambatan barang akan sangat menghambat jalannya bisnis.

Negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, masih ramai dengan wabah corona dan sebagian melakukan lockdown. Sehingga aktivitas ekonomi pun terganggu yang berpotensi memicu perlambatan ekonomi. Namun demikian, kabar baik yang bisa memberikan sentimen positif bagi aset berisiko termasuk rupiah, datang dari China yang berhasil menurunkan secara drastis penyebaran virus corona dan aktivitas ekonominya mulai naik lagi.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi tajam tajam 4,90 persen atau 205,43 poin ke level 3.989,52. IHSG sendiri juga bisa menjadi pemicu turunnya harga saham. Jika IHSG tampak up-trend, maka umumnya saham-saham di bursa akan ikut naik juga, dan demikian sebaliknya, jika IHSG tampak downtrend maka banyak saham juga akan ikut turun.

Baca Juga  HUT RI ke-76: Rajut Kebhinekaan, Tinggalkan Pertikaian
***

Hal ini disebabkan karena banyak investor juga menjadikan IHSG sebagai acuan untuk membeli atau pun menjual saham. Hal ini sangat dikhawatirkan sehubungan dengan virus corona yang tak kunjung usai. Covid19 dapat menurunkan IHSG, karena bisnis yang dilakukan tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Kekhawatiran investor belum akan pulih sebelum vaksin virus corona ditemukan. Janson melanjutkan, meski Bank Sentral AS, The Fed, telah menginjeksikan dana ke pasar keuangan,  ‘radang’ pasar belum berhasil disembuhkan. “Selama vaksin (virus corona) belum ketemu, investor akan tetap pegang uang tunai, artinya IHSG masih bisa turun lagi. Potensi ke arah 3.500-3.800,” katanya. Hal ini dapat menghambat para investor untuk invest karena menurunya permintaan dan penawaran saham di pasar modal akibat virus corona tak kunjung usai.

IHSG Selasa, 24 Maret 2020, perdagangan pagi dibuka di posisi 3.989, menguat sebanyak 20,17 poin atau setara 0,5 persen. Sedangkan LQ45 masih melemah sebesar 3,07 poin atau setara 0,5 persen ke posisi 580 dan JII terpantau tertekan sebanyak 1,45 poin atau setara 0,4 persen ke posisi 401. (sumber Medcom.id). Seluruh 10 sektor pada IHSG tertekan di zona merah, dipimpin industri dasar (-5,87 persen), manufaktur (-5,77 persen), dan barang konsumen (-5,75 persen).Dennies .C. meyakini IHSG akan menguat terbatas hari ini.

Penguatan didorong optimisme stimulus perekonomian terutama dari the Fed yang diperkirakan akan mendorong optimisme pasar. Kebijakan The Fed itu membuat pasar Asia bergerak positif. Kendati demikian, sentimen negatif datang dari Kongres AS yang menolak stimulus fiskal senilai Rp1 triliun.

Adannya lockdown corona virus menyebabkan perdagangan saham turun bahkan tidak stabil. Pada perdagangan minggu lalu saja, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah dua kali ‘memaksa’ perdagangan dihentikan sementara karena penurunan tajam indeks lebih dari 5 persen di hari yang sama.

Baca Juga  Emansipasi Wanita dan Jilbab Menurut Qasim Amin
***

“OJK dan SRO juga akan terus mengupayakan keberlangsungan aktivitas perdagangan bursa efek yang teratur, wajar dan efisien, dan layanan pasar modal kepada seluruh stakeholders,” ujar Deputi Komisioner Humas dan Logistik, Anto Prabowo dalam keterangannya, Senin (23/3/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun bebas pada perdagangan awal pekan ini. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.760.

Saham-saham yang melemah dan mendorong IHSG terjun diantaranya ISSP yang turun 7 persen ke Rp 93 per lembar saham, INDY melemah 7 persen ke Rp 452 per lembar saham dan BTPS turun 7 persen ke Rp 2.260 per lembar saham. Saham yang menguat antara lain MYTX naik 19,23 persen ke Rp 62 per saham, KBLM naik 17,54 persen ke Rp 268 per saham dan KAEF naik 15,67 persen ke Rp 770 per saham, (sumber: Liputan6.com).

Penerapan kebijakan pemerintah terhadap lockdown corona virus ini akan berdampak pada pertumbuhan perekonomian khususnya pada harga saham saat ini yang mengalami penurunan sangat signifikan, naiknya harga saham dipengaruhi sentimen dan sektor kondisi ekonomi pasar modal yang baik. Maka lockdown sangat berpengaruh kepada naik turunnya keadaan ekonomi di suatu negara.

Editor: Yahya FR
Related posts
Perspektif

Menjalankan Ibadah Puasa yang Ramah Lingkungan

2 Mins read
Bulan Ramadan merupakan bulan penuh berkah bagi umat Islam. Karena di bulan ini segala rahmat akan diturunkan bagi mereka yang menjalankan ibadah…
Perspektif

Muhammadiyah: Semangat Pembaharuan untuk Kebangsaan dan Kemanusiaan

7 Mins read
Pertama, di bawah langit Jogja yang membiru, di jantung pergerakan Kauman yang bersejarah, terbitlah semangat baru yang memadukan cahaya Sang Surya Islam…
Perspektif

Ka'bah dan Wajah Dunia Arab Modern

4 Mins read
Tulisan ini sebagai pertanyaan lanjutan dari tulisan Buya Syafi’i Maarif di Suara Muhammadiyah pada tahun 1992 dan dimuat juga dalam buku (Islam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *