Tarikh

Problematika Politik Khulafa Al-Rasyidin, Bagaimana Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Hadis?

3 Mins read

Pada dasarnya, sejarah perkembangan hadis telah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw., tetapi belum terjadi perkembangan yang signifikan dan belum terkodifikasi secara sistematis. Perkembangan hadis, secara sadar terjadi setelah Nabi Muhammad saw. wafat, dengan tujuan untuk memudahkan generasi berikutnya dalam mencari hadis-hadis Nabi.

Berbagai problematika baru dalam bidang politik bermunculan setelah Nabi Muhammad saw. wafat. Sehingga, para sahabat pun berdebat terkait siapa yang layak untuk menjadi pengganti Nabi Muhammad saw. dalam memimpin umat Islam.

Pada akhirnya, terdapat kesepakatan bahwa sahabat Nabi yang layak dan pantas untuk menggantikan Nabi sebagai pemimpin umat Islam yaitu Khulafa al-Rashidin. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa pergantian tersebut masih menuai banyak perdebatan atas ketidaksetujuan dari berbagai kelompok.

Metode dalam Mempelajari Hadis

Adanya perselisihan tersebut tentu berpengaruh terhadap kelangsungan perkembangan hadis pada masa setelah beliau wafat, yaitu masa Khulafa al-Rashidin. Pada dasarnya, para ulama telah menggunakan beberapa metode dalam mempelajari hadisnya, yaitu sebagai berikut:

Pertama, menghafal. Mayoritas para sahabat dalam mendalami hadis dengan cara menghafalkannya. Sebab pada masa tersebut belum semua para sahabat dapat menulis dengan tulisan yang sistematis, sehingga mereka cenderung menggunakan andalan hafalannya.

Para ulama pada masa ini terkenal dengan kemampuan daya ingatnya yang masih tinggi. Sehingga, mereka tidak terjadi kendala yang signifikan dalam menghafalkan hadis-hadis yang telah disampaikan oleh gurunya. Meskipun demikian, pada perkembangan periode berikutnya, tidak dapat dipungkiri akan mutlak terbebas dari kritikan para ulama ahli kritikus hadis.

Kedua, melalui tulisan. Para sahabat mendalami hadis melalui tulisan. Adapun para sahabat yang menerapkan metode tulisan dalam mempelajari hadis dari gurunya, di antaranya yaitu Abdullah ibn ‘Umar.

Baca Juga  Pesantren Selalu Identik dengan Moderasi Beragama

Metode penulisan ini tentunya banyak memberikan kontribusi bagi generasi berikutnya dalam mencari atau menelusuri hadis-hadis Nabi Muhammd SAW, baik sebagai rujukan, kepentingan hukum, kepentingan penelitian, dan lain sebagainya. Apabila sudah terdokumentasikan dengan sistematis, hadis akan tetap hidup sepanjang zaman.

Ketiga, praktik. Para ulama mempelajari hadis dengan cara menerapkan atau mempraktikkannya. Metode tersebut merupakan metode yang sangat baik untuk digunakan. Sebab, mengamalkan setiap ilmu yang telah diajarkan oleh para gurunya merupakan suri teladan yang dapat dijadikan contoh generasi berikutnya.

Dengan demikian, penguasaan hadis bukan hanya secara teori saja, tetapi juga langsung mempraktikkan setiap hadis yang dipelajarinya.

Pada pada masa Abu Bakar ash-Shiddiq r.a., periwayatan hadis dilakukan dengan berhati-hati. Bahkan, atas kehati-hatian tersebut beliau dikenal sebagai seorang ulama yang merupakan perintis awal penyeleksian terhadap kevalidan informasi akan hadis-hadis Nabi Muhammad saw.

Periode Perkembangan Hadis

Abu Bakar ash-Shiddiq telah menghadirkan saksi dalam menguji kebenaran informasi tesebut, supaya dapat meminimalisasi adanya kesalahan informasi terhadap hadis Nabi.

Adapun pada masa Umar ibn Khattab dengan menerapkan metode kehati-hatian yang sama seperti pada masa Abu Bakar ash-Shiddiq, terutama terhadap para sahabat yang memperbanyak dalam periwayatan hadisnya. Akan tetapi, periwayatan pada masa ‘Umar ini lebih banyak dibandingkan dengan periwayatan yang terjadi pada masa Abu Bakar.

Umar dikenal lebih tegas dari Abu Bakar dalam menerapkan batasan-batasan aturan periwayatan hadis. Pasalnya, pada masa Umar, periwayatan hadis didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat rasional supaya para sahabat lainnya tidak berpaling dari sumber utama ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an.

Perkembangan hadis pada masa Usman ibn ‘Affan dan Ali ibn Abi Talib, pada dasarnya dalam segi periwayatan tidak jauh berbeda dengan apa yang diterapkan oleh khalifah sebelumnya. Akan tetapi, pada masa Usman dan Ali perkembangan periwayatan hadis telah mengalami perluasan.

Baca Juga  Nabi Ibrahim AS (1): Keistimewaan dan Keterpilihan

Pada masa Ali ibn Abi Thalib, perkembangan problematika dengan berbagai permasalahan baru semakin bermunculan. Termasuk perselisihan antara kelompok Syi’ah yang mendukung Ali dan kelompok yang mendukung Mu’awiyah.

Perselisihan antar dua kelompok tersebut akhirnya berhasil terselesaikan. Akan tetapi, muncul perselisihan baru dalam bidang politik, yaitu kemunculan kaum Khawarij yang tidak menyetujui kepemerintahan Ali dan Mu’awiyah. Setelah terjadi pembunuhan terhadap khalifah Usman kemudian berlanjut dengan perpecahan-perpecahan kelompok atas dalih utama kekuasaan politik.

Problematika Politik dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Hadis

Adanya berbagai perselisihan politik tersebut mampu memotivasi kelompok untuk membuat hadis-hadis palsu dengan tujuan untuk memperkuat kelompoknya masing-masing. Oleh karena itu, para ulama ahli hadis pada masa ini lebih memperketat dalam segi periwayatan agar dapat meminimalisasi adanya pengaruh hadis-hadis palsu tersebut.

Adapun metode pembatasan periwayatan yang telah dilakukan oleh ulama, di antaranya yaitu metode taqli al-riwayah, ketelitian dalam periwayatan, baik pada saat menerima maupun menyampaikan hadis dan adanya kritik terhadap matan hadis dengan cara melakukan perbandingan terhadap Al-Qur’an dan kaidah-kaidah dasar lainnya.

Kegiatan pengetatan tersebut bertujuan untuk tetap menjaga kemurnian hadis-hadis Nabi dari kepalsuan yang telah dibuat oleh kelompok tertentu.

Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan hadis pada masa Khulafa al-Rashidin dikenal dengan permulaan masa penyeleksian periwayatan hadis dengan cara yang selektif. Adapun pada masa Usman dan Ali ibn Abi Thalib periwayatan hadis telah mengalami perluasan dibandingkan dengan dua khalifah sebelumnya.

Berbagai permasalahan politik bermunculan, sehingga menjadi dorongan motivasi dalam melakukan pemalsuan terhadap hadis. Oleh karena itu, perlu diberlakukan adanya pengetatan dan uji kevalidan periwayatan hadis, supaya umat Islam tidak semakin terpengaruh adanya hadis-hadis palsu.

Baca Juga  Khalifah Ali (20): Kezhaliman dan Perdamaian dalam Perang Shiffin

Editor: Lely N

Andris Nurita
4 posts

About author
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *