Feature

Tantangan Baru Bagi Guru di Masa Pandemi

4 Mins read

Sejak pertengahan bulan Maret kemarin pemerintah meliburkan sekolah sebab pandemi corona. Libur sekolah dilakukan secara menyeluruh dari tingkat PAUD sampai perguruan tinggi. Hingga detik ini setidaknya sudah dua setengah bulan, murid-murid  belajar di rumah sekaligus memberikan tantangan baru bagi para guru.

Pembelajaran yang biasa dilakukan di sekolah kini diganti dengan pembelajaran daring. Tak terkecuali di sekolah tempat saya mengajar. Mulai tanggal 16 Maret 2020 lalu sekolah tempat saya mengajar resmi meliburkan diri.

Tantangan Baru Bagi Guru

Di hari terakhir saya bertatap muka dengan murid-murid, saya mengumumkan beberapa hal berkaitan dengan model pembelajaran yang akan mereka lakukan selama belajar di rumah. Pembelajaran daring namanya.

“Apa daring?” anak-anak cliguk-an toleh kanan toleh kiri saling bertanya. Agaknya mereka belum begitu familiar dengan kata tersebut.

“Nanti kita akan belajar secara online. Tugas – tugas akan bu guru kirim via whatsapp grup paguyuban.” 

 “Yeeeeeey!. Asyiiiik!” Sorak kompak ramai dari mereka. 

Tanpa babibu saya mengumumkan beberapa teknis berkaitan dengan pembelajaran daring. Sesuai dengan instruksi dari pengawas sekolah, bahwa pembelajaran daring dilakukan dengan medium Whatsapp.

Misalnya, tugas diberikan setiap hari, tugas bisa berupa materi, penilaian atau sedikit pengetahuan tentang virus korona, tidak boleh memberatkan siswa, sebab nanti bisa menurunkan daya imun mereka. Padahal dalam kurun waktu tiga bulan hari efektif belajar, mestinya saya harus menyampaikan dua materi tema dari sembilan tema yang masih tersisa di semester genap. Tentu saja harus selesai sebelum penilaian akhir tahun tiba.

Waktu berkata lain, saya mulai menjalankan kegiatan work from home sesuai aturan pemerintah. Saya mulai melaksanakan pembelajaran daring untuk memenuhi tanggungjawab saya sebagai guru. Ini terkesan mudah, namun bisa sangat terasa sulit jika dikerjakan terus-menerus, sebab belum terbiasa. Bagi saya, inilah tantangan baru bagi guru.

Baca Juga  Stasiun Balapan dan Berjuang dalam Ketidakberdayaan ala Didi Kempot

Aktivitas Belajar Daring

Setiap hari, sebelum jam 07.00 pagi saya membuka kelas dengan menyapa mereka. Selanjutnya saya bagikan beberapa materi yang akan mereka pelajari, pula memberikan tugas sebagai bahan refleksi setelah memahami materi. Belum ada semenit, puluhan pesan tersebut riuh dengan tanggapan serta pertanyaan dari sebagian wali murid atau murid itu sendiri. Semua pertanyaan saya tanggapi satu per satu, tuntas tanpa tersisa. 

Satu pekan, dua pekan, pembelajaran daring terus belangsung seiring dengan rentenan pemberitahuan belajar di rumah diperpanjang. 

Anak-anak kelihatanya senang dengan metode belajar seperti ini. Indikasi ini saya  simpulkan sendiri dari rasa antusias mereka saat menerima materi dan mengerjakan tugas yang harus disetorkan setiap hari. Mereka tampak semangat, tanpa bermalas-malasan dalam mengerjakan rangkaian tugas yang saya berikan. Hal ini berbeda sekali ketika saya memberikan tugas pekerjaan rumah saat pembelajaran klasikal sebelum pandemi. 

Pasti ada barang satu dua anak yang tidak mengerjakan atau terlambat mengumpulkan tugas. Tugas biasa disetorkan dalam bentuk video, gambar, ataupun suara. Mungkin itu yang membuatnya menarik, sehingga seringkali membuat mereka berlomba ingin menjadi yang tercepat yang mengirimkan tugas.

“Bu, tugas hari ini apa?” 

“Bu, tugasnya sudah belum?”

Saya tercengang sepersekian detik saat melihat pesan di Whatsapp grup paguyuban kelas dari salah seorang murid, padahal jam baru menunjukkan pukul 04.32. Mata saya masih kriyip-kriyip belum ambil wudu tapi sudah pegang hape.

Di lain hari saya mendapat pesan bernada serupa.

“Bu, hari ini nggak ada tugas?” 

Ini juga pesan Whatsapp dari murid saya. Ia mengirimkan pesan pukul 10.10 sih, sudah agak siang. Memang tidak biasanya saya telat mengirimkan tugas. Lha tapi nak, ini kan tanggal 1 Mei, tanggal merah. Bu(g)uruh juga butuh liboooooor.

Baca Juga  Keterbatasan

Begini banget ya rasanya diteror sama murid sendiri. Biasanya saya yang semangat sekali menagih, memburu, dan mengejar tugas murid-murid saya. Kali ini beda cerita, mereka yang mengejar saya minta tugas. Ini bukan karma kan?

Suasana Belajar Daring

Dalam situasi seperti ini, guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi daring. Tidak hanya sekadar tugas, tugas, dan tugas. Tidak sekadar materi, tugas, ayo kumpulkan. Bukan. Bukan perkara mudah seperti itu.

Saya sendiri harus menyiapkan beberapa materi khusus sebelum menyampaikan tugas setiap harinya selama pandemi. Ini sungguh berbeda ketika menyiapkan rancangan pembelajaran merdeka belajar, konsep yang digaungkan Pak Nadiem Makarim sedari awal saat menjabat sebagai menteri pendidikan. Kami para guru, harus menyampaikan materi dengan cara yang berbeda dengan cara penyampaian ketika belajar klasikal.

Selain Whatsapp kami juga sedang belajar Google Clasroom, sesekali bermain dan menyapa anak-anak menggunakan Zoom. Hal ini saya lakukan selain untuk mengurangi kerinduan anak-anak bertemu dengan teman-teman sekelas juga agar tidak lupa wajah gurunya, hahaha.

Untuk soal penilaian dan evaluasi kami menggunakan aplikasi beda lagi, sekarang ini kami juga harus lebih sering berkutat dengan Google Formulir untuk memberikan evaluasi. Dalam satu minggu di kelas lima, kelas yang saya ajar, ada 17 mata pelajaran belum temasuk mata pelajaran tema, yang didalamnya ada lima mapel lain semacam IPA, IPS dan kawan-kawanya.

Jika dalam seminggu kami harus membuat evaluasi, bayangkan betapa repotnya kalau semuanya harus dibuat penilaian dalam bentuk google formulir.

Selain itu sebagai media alternatif untuk penilaian, kami juga berlatih membuat soal dengan aplikasi Quizizz yang bisa diakses dan dikerjakan berkali-kali dengan diiringi latar musik yang membuat berdebar. Seperti saat menjawab kuis family 100, yang kalau salah jawab akan dapat nada ‘tetot’.

Baca Juga  Sepotong Akar Gigi yang Tertinggal di Gusi

Beratnya Tugas Guru

Belum lagi untuk jam tatap muka, eh jam konsultasi ding kalau di  pembelajaran daring. Dalam kegiatan pembelajaran klasikal saya hanya bertugas dari jam 07.00-12.45, nah untuk pembelajaran daring ini saya menyediakan waktu lebih panjang untuk memfasilitasi anak-anak. Ada jam pagi dan jam sore. Pagi jam 07.00-12.00, sementara sore jam 16.00-20.00. Ya meskipun nggak stay fulltime seperti di pembelajaran klasikal tapi kan melelahkan juga to

Tidak cukup sampai disitu, kami para guru juga harus memastikan semua paham, semua mengerti akan materi yang kami sampaikan. Pun harus menjawab dengan tuntas semua pertanyaan dari murid, terlebih bagi mereka yang mengalami kesulitan. Ini menjadi daftar selanjutnya tantangan baru bagi guru. Sebab, maaf, tidak semua wali murid paham dalam membelajari anak mereka.

Apalagi jika ada materi baru dari kurikulum 2013 yang mungkin orang tua mereka belum pernah dapat saat sekolah. Sebagai tambahan, saya juga beberapa kali membuat video pembelajaran ala Youtuber gitu sebagai bahan penguatan jika mereka masih kesulitan mencerna materi.

Coba, dengan beban pekerjaan seperti itu, siapa yang berani mengatakan bahwa tugas para guru jadi lebih ringan di masa pandemi?

Editor: Nabhan

Avatar
1 posts

About author
Guru Madrasah Ibtidaiyah, hobi memasak, bercita-cita menjadi ibu yang profesional
Articles
Related posts
Feature

Sidang Isbat dan Kalender Islam Global

6 Mins read
Dalam sejarah pemikiran hisab rukyat di Indonesia, diskusi seputar Sidang Isbat dalam penentuan awal bulan kamariah telah lama berjalan. Pada era Orde…
Feature

Tarawih di Masjid Sayyidah Nafisah, Guru Perempuan Imam Syafi’i

3 Mins read
Sore itu, sambil menunggu waktu buka, saya mendengarkan sebuah nasyid yang disenandungkan oleh orang shaidi -warga mesir selatan- terkenal, namanya Yasin al-Tuhami….
Feature

Warrior dan Praktik Diskriminasi

4 Mins read
Cerita fiksi ini mengangkat sisi kehidupan warga kota San Fransisco pada akhir abad 19. Kehidupan mereka diangkat dalam Film seri “Warrior”, tayang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *