Review

Konsep Rezeki dalam Kitab Al-Hikam

4 Mins read

Dalam kitab Al-Hikam, terdapat banyak nasehat tentang rezeki dalam perspektif Islam. Dalam pandangan Al-Hikam, rezeki bukanlah hanya sebatas harta atau materi saja, tetapi juga mencakup sesuatu yang lebih luas seperti kesehatan, kedamaian, dan kebahagiaan hidup. Oleh karena itu, setiap individu seharusnya memandang rezeki dengan sikap yang baik, bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah, dan berusaha mengoptimalkan penggunaannya untuk kepentingan yang lebih baik.

Di sisi lain, Al-Hikam juga menekankan pentingnya bersabar dan berusaha keras untuk mendapatkan rezeki yang halal dan berkah. Dalam pandangan Al-Hikam, kesuksesan dan keberhasilan bukanlah semata-mata didapatkan dari kekayaan atau kedudukan, namun juga dari ketulusan hati dan amal yang baik di sisi Allah. Oleh karena itu, sebagai Muslim seharusnya senantiasa berupaya untuk berbuat baik, menjalankan kewajiban sehari-hari, dan berserah diri kepada Allah Swt dalam mendapatkan rezeki yang diinginkan.

Definisi Rezeki Menurut Al-Hikam

Dalam kitab Al-Hikam, terdapat penjelasan mengenai definisi rezeki. Menurut penulisnya, Ibnu Athaillah, rezeki adalah segala apa yang Allah tetapkan bagi hamba-Nya sebagai penghidupan. Rezeki bukanlah hanya sebatas urusan materi atau harta, namun juga termasuk di dalamnya hal-hal yang tidak kasat mata seperti ilmu, kebijaksanaan, dan kedudukan yang baik. Oleh karena itu, sebagai hamba yang beriman, kita harus bersyukur dan menjaga amanah yang telah diberikan Allah dalam bentuk rezeki, baik itu yang sudah kita dapatkan maupun yang sedang kita upayakan.

Dengan demikian, kita akan memanfaatkan rezeki dengan sebaik-baiknya dan tidak mudah terlalu berambisi dalam mencari rezeki yang belum pasti didapatkan. Sebagai seorang muslim, kita harus mengikuti jalan Allah yang telah ditetapkan, memohon keberkahan dalam rezeki, serta berusaha untuk memperoleh rezeki dengan jalan yang halal dan berkah.

Konsep Rezeki Menurut Al-Hikam

Al-Hikam adalah sebuah kitab yang ditulis oleh Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari. Kitab ini berisi kumpulan nasehat-nasehat kebijaksanaan yang disusun dengan bahasa yang indah dan bermakna mendalam. Salah satu konsep yang sering dibahas di dalam Al-Hikam adalah konsep rezeki.

Baca Juga  Manusia Tak Sebatas “Hewan yang Berakal”

Menurut Al-Hikam, rezeki bukan hanya sebatas harta atau materi yang dimiliki seseorang, melainkan mencakup seluruh aspek kehidupan, baik itu kesehatan fisik maupun mental, kebahagiaan, serta keberkahan dalam setiap langkah yang dilakukan.

Konsep rezeki menurut Al-Hikam mengajarkan kepada kita untuk tidak terpaku pada harta semata, namun juga memperhatikan kebahagiaan dan keberkahan dalam hidup.Selain itu, Al-Hikam juga memberikan pemahaman bahwa rezeki tidak selalu berupa uang atau harta yang kita dapatkan dengan cara yang mudah, namun juga meliputi pahala yang kita dapatkan dari amalan-amalan yang baik.

Konsep ini mengajarkan kita untuk tidak terlalu fokus pada harta semata, melainkan juga memperhatikan amalan kebaikan yang kita lakukan. Dalam Al-Hikam, dijelaskan bahwa rezeki merupakan pemberian dari Allah Swt yang harus kita syukuri.

Dengan bersyukur atas rezeki yang telah diberikan, kita akan mendapatkan keberkahan dan limpahan rahmat dari Allah Swt. Sebaliknya, jika kita tidak bersyukur atas rezeki yang telah diberikan, maka rezeki tersebut tidak akan membawa manfaat bagi kita.

Dalam konsep rezeki menurut Al-Hikam, kita diajarkan untuk selalu berusaha dan berdoa, serta mempercayakan segala urusan kepada Allah Swt. Sebab, hanya Allah Swt yang maha kaya dan mampu memberikan rezeki kepada hamba-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.

Dengan memegang teguh konsep rezeki menurut Al-Hikam, kita akan memiliki pandangan yang lebih dalam tentang kehidupan serta dapat memper

Kutipan Ayat Al-Qur’an dan Hadis

Dalam kitab Al-Hikam, terdapat banyak kutipan ayat Al-Qur’an dan hadis terkait dengan rezeki. Salah satu kutipan ayat Al-Qur’an yang terkait dengan rezeki adalah QS Al-Baqarah ayat 155 yang berbunyi: “Dan sungguh Kami akan menguji kamu dengan sedikit rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” Dalam hadis, Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt akan memberikan rezeki kepada hamba-Nya sesuai dengan takdir yang telah ditentukan-Nya. Maka janganlah kamu takut dan gelisah terhadap apa yang belum kamu peroleh, karena rezeki akan datang kepadamu sebagaimana telah ditentukan oleh Allah Swt.”

Dari kutipan ayat dan hadis tersebut, dapat disimpulkan bahwa rezeki adalah sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah Swt dan perlu disikapi dengan kesabaran dan ketenangan. Oleh karena itu, sebagai hamba Allah, kita harus selalu berserah diri dan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan rezeki yang halal.

Baca Juga  Muhammad Ali: Mengapa Manusia Beragama?

Cara Mencari Rezeki Menurut Al-Hikam

Kitab Al-Hikam merupakan kumpulan bijak dan mutiara kata dari seorang sufi terkenal, Ibn Athaillah. Dalam kitab tersebut, terdapat berbagai ajaran dan nasihat dalam mencari keberkahan rizki. Ibn Athaillah mempercayai bahwa mencari rezeki harus dilakukan dengan cara yang benar, yaitu dengan mengandalkan Allah dan mempercayai bahwa segala rezeki telah diatur oleh-Nya.

Menurutnya, cara terbaik untuk mencari rezeki adalah dengan memperbaiki hubungan kita dengan Allah, menghindari hal-hal yang haram, dan berbuat baik kepada sesama. Ibn Athaillah juga meyakini bahwa cobaan dan kesulitan dalam mencari rezeki sebenarnya adalah ujian dari Allah, yang harus kita jalani dan hadapi dengan sabar dan tawakal.

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya bersyukur atas rezeki yang telah diberikan oleh Allah, dan menghindari sifat bakhil dan kikir yang dapat merusak keberkahan rizki. Dalam kitab Al-Hikam, Ibn Athaillah mengajarkan bahwa dengan mengikuti ajaran Allah dan menjalankan kewajiban-kewajiban kita sebagai manusia, rezeki yang kita dapatkan akan berkah dan barokah.

Kesimpulan

Dalam agama Islam, rezeki adalah suatu yang sudah ditentukan oleh Allah Swt. Rezeki bukan hanya terbatas pada materi atau harta, namun juga meliputi segala hal yang bermanfaat dan baik bagi kehidupan kita di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, sebagai manusia yang beriman, kita tetap harus berusaha untuk mendapatkan rezeki dengan cara yang halal dan tidak merugikan orang lain. Namun, terkadang kita merasa rezeki yang kita dapatkan tidak seimbang dengan usaha yang kita lakukan.

Sebagai hamba Allah, kita harus senantiasa bersabar dan bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh-Nya. Sebab, mungkin saja Allah telah memberikan rezeki yang lebih berharga, seperti kesehatan, keluarga yang bahagia, dan rasa syukur yang mampu membuka pintu rezeki yang lebih luas.

Baca Juga  Apakah Ideologi Komunis Masih Diminati?

Di dalam Al-Hikam, Syekh Ibnu Athaillah menjelaskan bahwa “rezeki yang baik bukan hanya datangnya dari yang berlimpah dan melimpah, akan tetapi datangnya dari Allah melalui hikmah-Nya”. Oleh karena itu, tidak ada yang sebanding dengan karunia dan pemberian Allah.

Ketika kita mendapatkan rezeki yang banyak, janganlah kita sombong dan lupa untuk bersyukur. Begitu juga ketika kita mendapatkan rezeki yang sedikit, janganlah kita berputus asa dan melupakan bahwa setiap rezeki yang kita dapatkan pasti ada hikmahnya.

Maka, sebagai manusia yang beriman, marilah kita senantiasa bersyukur dan mempercayai bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita, meskipun terkadang mungkin tidak sejalan dengan harapan kita.

Namun, janganlah kita menyerah dan tetaplah berusaha dengan niat dan tindakan yang baik. Sebab, rezeki yang baik akan datang pada waktu yang tepat dengan cara yang tidak terduga sekalipun. Akhir kata, mari kita jadikan syukur sebagai kunci pembuka pintu rezeki yang lebih luas.

Editor: Soleh

Avatar
5 posts

About author
Bekerja di UMSurabaya
Articles
Related posts
Review

Madzahibut Tafsir: Meneliti Madzhab Tafsir dari Klasik hingga Kontemporer

4 Mins read
Prof. Abdul Mustaqim menulis buku berjudul “Madzahibut Tafsir, Peta Metodologi Penafsiran Al-Qur’an Periode Klasik Hingga Modern”. Buku ini terbit cetakan pertama pada…
Review

Debat Bergengsi Epikureanisme vs Stoikisme Tentang Tuhan

3 Mins read
Wacana mengenai ketuhanan bukanlah persoalan yang baru muncul pada zaman kontemporer ini. Jauh sebelum Islam dan Kristen lahir di dunia ini, manusia…
Review

Pasang Surut Politik Islam dalam Gelanggang Sejarah Bangsa Indonesia

5 Mins read
Islam sebagai sumber moralitas dan idealitas tidak mungkin dipisahkan dari wawasan kekuasaan. Kekuasaan tanpa didasari moralitas hanya akan melahirkan banalitas sebagaimana yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *